"kamu beneran sayang kan sama Kakak?"
"Iya kak" jawab Marsya
"Kalo gitu buktikan"
"Hah, gimana caranya?" Tanya Marsya kebingungan, bukankah selama ini Marsya sudah menunjukan rasa sayangnya itu padanya dari sikap, dan perhatiannya, apalagi yang kurang dari itu semua?
"Ayo kita lakukan itu" jawabnya sambil mengusap lembut pipi Marsya.
"Lakukan apa?" Tanya Marsya tidak mengerti dengan arah pembicaraan tunangannya itu.
"Berci*ta dengan Kakak."
"B-berci*ta? A-apa aku harus ngebuktiin dengan cara seperti itu?"
Tanya Marsya tergagap karena gugup dan sedikit takut mendengar pernyataan tunangannya.
"Ya, untuk membuktikan kalau kamu benar-benar sayang sama Kakak, kamu harus membuktikannya dengan cara memberikan apa yang selama ini kamu jaga"
Ucapnya merayu seraya terus mengelus pipi Marsya.
"T-tapi apa harus seperti itu? A-aku masih sekolah kalau kamu lupa, lagipula aku cuma mau ngasih itu ke suami aku nanti"
"Marsya sayang, jangan lupa, Kakak ini tunangan kamu, sekarang atau nanti sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berjalan seperti biasanya
"Kakak, Adek, bangunnn" Mama Wulan mengguncang tubuh kedua anaknya, ia membangunkan mereka ketika Papa Erwin pulang kerja, karena Oriza sudah berpesan padanya untuk membangunkannya ketika Papa Erwin tiba.
"Kakak, adek bangun, ini papah udah pulang" mendengar mamanya memberi tahu bahwa papanya sudah pulang Marsya dan Oriza membuka kedua matanya, mereka berdua beranjak dari kasur, lalu menghampiri papa Erwin, mereka mencium tangan Papa Erwin yang sedang duduk di sofa ruang tamu sambil menonton televisi.
"papa bawa sate, mau makan?" ucap Papa Erwin.
"mauu" ucap Marsya dan Oriza berbarengan, meskipun mereka berdua sudah makan, tetapi mereka sangat menunggu kedatangan Papa Erwin, dan sangat senang saat Papa Erwin pulang dari tempat kerjanya sambil membawa sesuatu.
Mama Wulan pun menyiapkan meja makan, lalu mereka berempat makan malam bersama.
Setelah selesai makan bersama, Papa Erwin memberikan bungkusan berisi buah-buahan, setelah memakan buah-buahan Marsya dan Oriza kembali masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan tidur mereka, sedangkan Papa Erwin dan Mama Wulan mengobrol sambil menonton televisi di ruang tamu.
*****
"ahhh shit here we go again" ucap Marsya sambil melangkahkan kakinya memasuki area sekolah.
"ngapa lu masih pagi juga udah ngedumel aja" ucap Azalea sambil mengapit kepala Marsya di ketiaknya.
"anjrittt Aza rambut gua bau ketek nanti sialan" ucap Marsya, mentang-mentang dirinya bertubuh paling pendek diantara teman-temannya, jadi teman-temannya sering kali menistainya.
"sialan ketek gua wangi ya" ucap Azalea semakin mengapit kepala Marsya.
"tetep aja anjir, mau wangi kek gimana juga tetep aja, mana ada kepala bau ketek, kepala tuh bau shampoo" ucap Marsya melepaskan dekapan tangan Azalea di kepalanya.
"shampoo mah wangi, bukan bau" ucap Azalea.
"semerdeka lu aja dah Malih" ucap Marsya merapihkan rambutnya.
Mereka berdua melangkahkan kakinya menuju kantin sekolah, disana sudah berkumpul teman-temannya yang lain, dan seperti biasa Ruella sedang jongkok di pojok kantin sambil merokok bersama teman-teman prianya.
"nyarap nyarap" ucap Rania
"lu aja dah" ucap Marsya mendudukkan dirinya di samping Hazel dan menyandarkan kepalanya pada bahu Hazel, sedangkan Azalea memesan nasi uduk.
"sarapan lu" ucap Hazel.
"gak ah males"
Setelah menunggu teman-temannya menghabiskan sarapannya, mereka pun melangkahkan kaki meninggalkan kantin, dan menuju kelas masing-masing.
"lu duduk sama gua" ucap Rania pada Marsya.
"sama gua" ucap Hazel.
"kemaren dia udah duduk sama lu ya, gantian sekarang dia duduk sama gua" ucap Rania.
"ah ilah ribut banget, udah lu duduk berdua, gua duduk sendiri" ucap Marsya.
Akhirnya mereka pun setuju, Hazel duduk sebangku dengan Rania, sedangkan Marsya duduk sendiri di belakang bangku mereka, tak lama guru pengajar pun memasuki ruang kelas, ia mencatat pelajaran di papan tulis dan menyuruh para murid untuk menyalin catatan pada buku mereka masing-masing.
"hei, pinjem buku dong, gua gak bawa buku" ucap teman sekelas Marsya yang bernama Dirgantara Narendra, ia adalah cowok dingin, cuek, dan tampan menurut Marsya, tetapi penampilannya sedikit urakan, meskipun begitu banyak cewek yang menyukainya.
Marsya mengeluarkan buku kosong dari tas nya, lalu memberikannya pada Rendra sekaligus pulpennya. Jika ia perhatikan Rendra memang sering tidak membawa alat tulisnya ketika sekolah, ia jarang sekali membawa tas.
Setelah menyalin catatan di papan tulis, guru pun memberikan tugas serta PR pada mereka.
"eh ini PR gimana? Lu kan pake buku gua" ucap Marsya pada Rendra.
"yaudah pas ada pelajarannya, lu bawa lagi nanti bukunya" ucap Rendra santai
"berarti lu gak ngerjain PR nya dong?" ucap Marsya menatap Rendra yang duduk di bangku sebelahnya.
"udah gampang, pokoknya ntar bawa aja pas ada pelajarannya" ucap Rendra.
Marsya tidak menjawabnya, ia melanjutkan kegiatan menulisnya.
*****
Marsya sedang menunggu Kalingga di depan gerbang sekolahnya, sebenarnya ia akan pulang menggunakan angkutan umum, tetapi Kalingga menghubunginya dan bilang akan menjemputnya.
"belum balik Sya?" ucap Rendra yang baru saja keluar dari area sekolah dengan motor vespanya.
"hemm nunggu jemputan" ucap Marsya menatap Rendra, sebenarnya ia cukup menyukai Rendra, tetapi cowok itu sangat cuek melebihi Naresh.
"oke, gua duluan" ucap Rendra.
"yo hati-hati" Rendra pun melajukan motornya meninggalkan Marsya.
Tak lama Kalingga datang dengan motor sportnya hitamnya, ia membantu Marsya menaiki motornya.
"mau mampir dulu ke suatu tempat?" tanya Kalingga dengan sedikit mengeraskan suaranya.
"gak usah Kak, langsung pulang aja" ucap Marsya.
30 menit berlalu, akhirnya mereka sampai di kediaman Marsya.
"Kakak langsung pulang ya, nanti malam Kakak balik lagi, latihan nanti" ucap Kalingga.
"oke makasih ya kak, hati-hati di jalan" ucap Marsya melambaikan tangannya pada Kalingga, lalu ia melangkahkan kakinya memasuki rumah setelah Kalingga melajukan motornya.
"assalamualaikum" ucap Marsya sambil melepaskan sepatunya.
"waalaikumsalam" ucap Mama Wulan.
Marsya memasuki ruang tamu dan mencium tangan Mama Wulan, lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya.
Marsya mengganti pakaiannya dengan celana boxer dan kaos oblong, lalu merebahkan tubuhnya di lantai, ia merasa sangat gerah saat ini.
"makan siang dulu Kak" ucap Mama Wulan menghampiri Marsya, lalu ia mendudukkan diri di depan komputer dan memainkan game zuma.
"nanti aja ah, nunggu Oriza" ucap Marsya, karena merasa nyaman dengan posisinya, tak terasa ia pun tertidur.
*****
"Kak bangun udah sore, malah tidur di lantai lagi" ucap Mama Wulan mengguncang tubuh anaknya.
"hmmm" Marsya menggeliatkan tubuhnya lalu bangun dengan tubuhnya yang terasa kaku.
"aduhh pada sakit badan Marsya mah" ucap Marsya memijat pelan bahunya.
"ya kamu malah tidur di lantai, bukan tidur di kasur" ucap Mama Wulan
"gerah mah tidur di kasur, beli kipas dong" ucap Marsya menampilkan cengirannya.
"iya nanti ada uangnya kita beli kipas ya" ucap Mama Wulan.
Marsya melangkah menuju dapur dan membersihkan wajahnya di wastafel, lalu setelahnya ia menyendokkan nasi dan lauk pauk pada piringnya, dan mulai memakannya di meja makan.
Brummm bruummm
Terdengar suara motor bersahut-sahutan berhenti di halaman depan rumah Marsya.
"assalamualaikum"
"walaikumsalam" ucap Marsya pelan.
Suara Arkana cs terdengar bersahutan meramaikan ruang tamu kediamannya, Marsya sedikit berdebar membayangkan dirinya bertemu dengan Naresh dan Kalingga di satu ruangan.
"Marsya mana Tan?" terdengar suara Kalingga yang menanyakan keberadaannya pada mama Wulan.
"di dapur tuh, lagi makan" ucap Mama Wulan.
"haiii" ucap Kalingga menghampiri Marsya.
"makan Kak?" ucap Marsya menawarkan Kalingga untuk makan.
"ah engga, Kakak udah makan tadi, ini buat kamu" ucap Kalingga memberikan kantong kresek berwarna putih, Marsya membuka kresek tersebut di dalamnya ada jus tomat dan juga kue balok rasa coklat keju.
"waahhh makasih ya Kak" ucap Marsya, Kalingga mengusap pelan kepala Marsya.
Marsya berbinar-binar melihat makanan dan minuman kesukaannya, ia gegas menghabiskan makanannya, untung saja tadi porsi makannya hanya sedikit, jadi dia masih bisa menampung makanan dan minuman favoritnya.