Kejadian malam itu membuatku hampir gila. Dia mengira kalau aku adalah seorang jal*ng. Dia merebut bagian yang paling berharga dalam hidupku. Dan ternyata setelah aku tau siapa pria malam itu, aku tidak bisa berkata-kata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heyydee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Ya gak mungkinlah! Masa gue suka sama abang sendiri? Omong kosong macam apa itu?" tanyaku kesal.
"Tapi gue liat, lo sama abang tiri lo itu cocok sih. Kalian lebih cocok jadi pasangan daripada jadi kakak adik," ucap Nina.
"Udah deh, kok malah gue yang kena sih?" tanyaku kesal.
"Ya kan gue cuma berpendapat aja," ucap Nina.
"Hmm, oh iya gue dengar Bryan udah balik loh dari luar negeri," ucap Karina.
Saat tengah asik bergosip, tiba-tiba dosen datang dan membuat kami berhamburan kembali ke tempat duduk semula.
***
Naura, Nina dan Karina berjalan bersama. Mereka berpisah di depan kampus dan pulang ke rumah masing-masing.
Pukul 16.20 waktu setempat, Bu Ellen datang ke rumah. Aku langsung mempersilahkannya untuk masuk. Kami belajar di ruang tamu agar lebih nyaman. Para pelayan juga menyiapkan beberapa makanan dan minuman untuk Bu Ellen.
Tanpa basa-basi, Bu Ellen langsung memulainya. Dia berbagi banyak pengetahuan denganku baik tentang kuliahku atau yang lainnya. Dia menjelaskan dengan detail dan menarik sehingga membuatku tidak cepat bosan. Sesekali dia juga bisa bercanda denganku agar suasana tidak terlalu cringe.
Bu Ellen memberiku poin-poin penting dalam. mengerjakan skripsi dengan baik dan benar. Dia membantuku mengerjakan skripsi.
Hari pun mulai gelap, tak terasa waktu mulai berlalu. Bu Ellen sudah harus pulang karena hari sudah gelap.
"Bu Ellen naik apa pulangnya?" tanyaku.
"Saya udah mesen taksi online kok," jawabnya.
"Kau begitu saya pamit pulang ya," ucapnya lalu berjalan menuju pintu keluar.
Saat akan keluar, ia terhenti kala di depannya berdiri seorang laki-laki yang tidak lain adalah Revandra.
Mereka berdua tepat berada saling berhadapan satu sama lain dengan beradu tatapan yang dalam.
"Revandra," ucap Ellen cukup terkejut.
Flashback~
Saat Revandra duduk di kelas satu SMA, ia telah memperhatikan Ellen. Ia menyukainya karena dia adalah gadis yang baik. Dia gadis yang ramah pada semua orang. Selalu tersenyum manis kepada siapapun dan suka menolong.
Ia mengumpulkan niat dan tekad untuk bisa mengungkapkan perasaannya pada Ellen. Dia terus berlatih untuk mengungkapkannya agar tidak terlalu gugup.
Sampai akhirnya hari itu tiba, Revandra dengan berani mengungkapkan seluruh perasaannya pada Ellen. Ellen menanggapinya dengan senyuman manis. Dia sangat mengagumi keberaniannya dalam mengungkapkan perasaan padanya.
"Aku tidak tau kalau selama ini kau menyukai ku? Tapi....apa yang kau sukai dariku?" tanya Ellen.
"Aku suka semuanya," jawabnya.
"Hah?"
"Jadi, apakah kau mau menjadi pacarku?" tanya Revandra dengan suara yang sedikit bergetar.
Tanpa pikir panjang, Ellen menerimanya sebagai pacar. Revandra merasa sangat senang dan usahanya selama ini tidak terbuang sia-sia. Dia berjanji akan menjadi pacar yang baik dan selalu melindungi Ellen.
Semenjak mereka pacaran, keduanya tampak serasi dan menjadi couple goals di sekolahnya.
Banyak orang mengagumi keduanya yang tampak akur dan saling mencintai juga menyayangi.
Setiap kali mereka pergi ke kantin pasti mereka selalu bergandengan tangan. Guru saja sampai minder di buatnya.
Setelah beberapa bulan kemudian, Revandra agak kurang suka dengan sikapnya yang terlalu ramah dan friendly terhadap siapapun terutama pada lelaki lain.
Dia terbakar api cemburu saat melihat Ellen dekat-dekat dengan lelaki lain.
"Ellen, bisakah kau jangan terlalu dekat-dekat dengan mereka?" tanya Revandra.
"Revandra, kamu cemburu?" tanya Ellen.
"Iya,"
"Ya ampun, mereka kan cuma teman-teman aku dan kamu lah pacar aku, jadi jangan khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang salah," ucapnya.
"Tapi aku tetap tidak suka jika kau terlalu dekat dengan mereka! Tidak apa-apa jika dengan perempuan, tapi...masalahnya kamu dengan laki-laki seperti mereka," ucap Revandra.
"Revandra, please deh jangan berlebihan! Aku gak suka kalau kamu larang-larang aku buat temenan sama siapa? Aku itu juga punya kebebasan Rev," ucap Ellen.
"Ellen, kok kamu jadi marah?"
"Udah deh Rev, aku capek kalau ribut sama kamu," Ellen pergi kembali ke teman-temannya.
Mereka memang sering kali ribut perkara hal sepele. Tapi itu tidak akan lama hanya sebentar saja, setelah itu mereka akan baikan.
Sampai di hari kelulusan sekolah, Revandra berencana untuk melamarnya. Namun semua itu gagal.
"Rev, ada yang mau aku omongin," ucap Ellen.
"Aku juga mau ngomong sesuatu," ucap Revandra.
"Ya udah kalau gitu kamu duluan aja," ucap Ellen.
"Kamu luan aja," ucap Revandra.
"Rev, sebelumnya aku minta maaf sama kamu," ucapnya.
"Minta maaf untuk apa?" tanya Revandra.
"Aku mau kita putus," ucapnya membuat Revandra terkejut.
"Kau bercanda?" tanya Revandra tidak percaya.
"Rev, aku bakal lanjutin hidup di luar negeri! Aku gak bisa jalanin hubungan ini lagi," ucapnya.
"Apa maksudmu? Apakah kau punya masalah denganku? Bukankah selama ini kita baik-baik saja? Lalu kenapa kamu minta putus?" tanya Revandra.
"Rev, aku hubungan kita gak bisa di lanjutkan lagi!"
"Tapi kenapa?" tanya Revandra.
"Karena dia udah gak cinta sama kamu, Revandra!" ucap Rendi yang datang begitu saja.
"Kamu?"
"Rev, aku sama Rendi ternyata udah di jodohkan sejak kecil," ucap Ellen.
"Setelah kuliah aku selesai, kita berdua bakalan nikah," ungkapnya.
Mendengar hal itu, Revandra terpaku dengan tatapan kesedihan.
"Sayang, ayo kita pergi dari sini! Mama sama papa udah nunggu," ucap Rendi.
Seketika hati Revandra hancur lebur dan air matanya keluar membasahi pipi. Dia mengambil cincin yang ia siapkan untuk melamar Ellen lalu membuangnya ke sungai.
Flashback off~
Tatapan Revandra tampak sangat dingin dan datar.
"Kenapa dia bisa ada disini?" batin Revandra.
"Ka-kamu.....
Revandra tampak acuh dan tidak peduli padanya.
"Minggir lah, kau menghalangi jalanku!" ketus Revandra dengan tatapan dingin.
Ellen langsung minggir dan Revandra masuk begitu saja.
"Hah, kenapa bisa aku bertemu dengannya lagi?" batin Ellen heran.
Ellen langsung buru-buru pergi dari sana.
Revandra mendekatiku saat aku tengah fokus pada laptopku dan buku yang masih berserakan.
"Naura!" panggil Revandra.
"Iya, ada apa?" tanyaku.
"Apa guru privat mu sudah datang?" tanyanya.
"Udah, barusan aja dia pulang," jawabku santai.
"Maksudmu Ellen?" tanya Revandra.
"Loh, lo kenal sama Bu Ellen?" tanyaku heran.
"Apakah tidak ada guru yang lainnya? Kenapa harus dia?" tanya Revandra.
"Emangnya kenapa sama Bu Ellen? Lagian Bu Ellen itu orang baik, udah gitu cantik lagi!" ucapku memujinya.
Revandra menghembuskan nafas kasarnya dengan perasaan kesal.
"Lo kayaknya harus kenalan lebih dekat deh sama Bu Ellen! Siapa tau Bu Ellen bisa jadi calon lo? Kalau Bu Ellen mau sama lo, gue dukung banget!" ucapku.
"Ini kesempatan bagus buat lo deketin Bu Ellen! Kalau mau, biar gue bantu pendekatan sama Bu Ellen," ucapku.
"Tidak perlu!" ketusnya.
"Kenapa? Kalian keliatannya cocok banget," ucapku.
"Aku tidak suka jika kamu terus menjodohkan ku dengannya! Lebih baik diam dan kerjakan saja skripsimu itu," ucapnya kesal lalu meninggalkanku begitu saja.
"Ihhh...kenapa sih dia? Kok kayak kesel gitu?" tanyaku heran.