Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senja
Di hari yang sama, jam menunjukan pukul 16.22. Siswa/siswi High School Nusantara sudah pulang dari jam 15.10 tadi.
Marley pun sudah selesai akan urusan nya di ruang olimpiade, biodata peserta olimpiade sudah ia berikan pada Bu Wulan.
Niat Marley ingin bersantai di taman. Jadilah ia sekarang di taman, dengan buku genre thriller dan earphone di telinga nya.
Langit sudah semakin orange berjalan nya matahari yang akan di gantikan oleh bulan. Banyak pepohonan membuat segar, ia seperti di taman seorang diri. Walau terlihat di depan nya ada yang main skateboard, ada yang sedang lari, ada yang berpacaran malah.
Marley tak peduli dengan semua yang ada di depan nya. Ia lebih peduli dengan buku nya, tak peduli juga tadi ia mimisan di sekolah karena sudah menjadi hal yang tak perlu di kejutkan, ia sudah sering.
"roti rotii, kak mau roti"
Marley langsung melepaskan earphone yang ada di telinganya agar tahu apa yang adik kecil di hadapan nya tawarkan.
"mau" jawab Marley sembari tersenyum manis.
Anak laki laki itu bersimpuh menyiapkan roti nya "hei jangan di bawah, sini duduk aja" ajak nya sembari menepuk samping kursi nya.
Anak laki laki itu menggeleng, namun Marley "duduk sini, temenin kakak"
Dengan ragu anak laki laki itu duduk di samping nya. "k-kakak mau rasa apa" ucap nya.
Marley terlihat mencari cari sesuatu di dompet nya, lalu ia keluarkan uang berwarna merah 2 lembar "kalau semua cukup ga?" tanya nya sembari memberikan uang nya.
Anak laki laki itu mengangguk "cukup kak, lebih dari cukup malah"
Marley tersenyum mengambil roti yang di tawarkan itu "nama nya siapa?" tanya Marley sedikit menengok ke arah kanan dan menunduk untuk melihat anak laki laki itu.
"aku Abian"
"aku Marley, mau berteman?"
Anak laki laki yang melihat itu mengangguk setuju menerima tangan genggaman tangan Marley.
Tak bisa menyembunyikan wajah gemas nya, Marley mengusap lembut kepala Abian. "sudah makan belum, kalau belum..." ia mengambil roti yang sudah ia beli tadi "makan roti ini".
Abian menolak "itu kan punya kakak" ujar nya tak enak.
Marley menggeleng lembut "iya ini punya kakak, maka nya kakak bagi ke kamu. Makan dong abian, perut kamu nanti sakit"
Abian tersenyum bahagia mengambil roti itu "terimakasih, terimakasih banyak kak Marley"
"sama sama ganteng"
"kalo begitu, biarkan kakak bertanya tentang kamu boleh?" tanya nya takut anak kecil di hadapan nya tak mau di tanya tanya.
Abian seperti bersiap duduk nya, dan mengangguk "boleh"
"kamu umur berapa?" tanya Marley dengan roti di mulut nya.
Abian menelan roti yang ada di mulut nya "aku umur 10 tahun"
Ya, Abian jika ia sekolah maka ia sudah kelas 5 SD. Walaupun begitu, roti yang di jual Abian sungguh lezat.
Dengan postur wajah tinggi, membuat Marley menduga bahwa Abian sudah SMP.
"sekolah dimana kamu bian?"
Abian menggeleng "gak sekolah, gak punya uang" jawab nya polos.
"kalo orang tua kamu?" sungguh Marley ragu menanyakan ini, namun apalah daya ia ingin marah kenapa anak sekecil ini tidak sekolah jika orang tua Abian masih ada.
"udah pergi, tuhan lebih sayang papa sama mama kak" jawab nya tenang, di akhiri senyuman yang manis.
"turut berduka adik" ucap nya mengelus lembut punggung Abian.
"kalau rumah kamu? Kamu bikin roti dimana?"
"kaka banyak nanya banget sih"
"maap deh, ga akan nanya lagi" ucap Marley memperagakan bibir nya ia sleting.
Abian tertawa "bercanda kak, rumah aku kontrakan kecil, bekas dulu sama papa dan mama. Roti nya aku bikin sendiri, maaf kalo ga enak."
"ini enak loh bian, hebat banget kamu bisa bikin roti ini sendiri."
"bian mah kapan ga hebat" jawab Bian dengan jari ia tempatkan di bawah dagu nya.
"yeuuu."
"terakhir deh, kamu selalu jualan di sini?"
Abian mengangguk "iyaa kak setiap hari, kecuali hari kiamat"
Dengan candaan Abian Marley tertawa "bisa aja lo jokes nya"
"pulang gih, udah sore. Uang nya jangan di pake yang engga engga ya Abian" suruh nya sembari mengambil kresek roti itu.
Abian mengangguk "biasa nya aku sampe malem tau kak, makasih udah borong roti aku ya"
"iya dah, bawel. Tapi bian, ayok sama kakak aja di anter pake motor." ajak nya.
"ga mau, ngerepotin"
"yeuuu engga kakak kan emang mau di repotin, yuk?" ucap Marley lebih ke agak maksa walau Abian mau mau aja.
Dengan motor Ello si Scoopy nya, Marley mengikuti arahan dari Abian untuk mencapai rumah tempat nya tinggal.
Setelah sampai, suasana kontrakan masih ada yang berlalu lalang. Marley hanya mengantarkan Abian di depan saja kontrakan saja. Terlihat kontrakan kecil tapi tak kumuh, mungkin Abian selalu merawat itu.
Setelah pamit pada Abian, Marley baru sadar sekarang jam 17.30. Ia ingin mampir ke toko es krim lalu ia pulang.
"assalamualaikum" salam nya sembari membuka pintu.
Tak seperti biasa nya, Marvel, Daniel dan Nadira yang duduk di sofa dengan langsung melihat ke arah Marley secara bersamaan.
"di kasih tau hp nya Jangan di dnd, kalo mau kemana mana dulu bilang bukan nya ngilang gitu aja" ketus Marvel lalu naik ke tangga kesal.
Marley mematung dalam posisi nya, menatap heran sang kakak dengan tadi nada yang ketus itu.
Daniel pamit ia ada telpon mendesak, dan langsung masuk ke ruang kerja yang ada di rumah nya.
Elusan lembut terasa di pinggir kepala "adek, kita kan baru ngalamin adek di culik. Kita takut itu kejadian lagi, untuk akhir akhir ini kita khawatir sayang. Hp nya jangan mode dnd dulu bisa?" ucap lembut Nadira, membuat air mata dari mata Marley turun dengan sendiri nya.
"kok nangis? Kamu kaget ya? Maaf maaf, kakak kamu khawatir banget sama kamu, maka nya kaya gitu" ucap Nadira menenangkan anak bungsu nya walau sembari terkekeh.
Menarik napas nya, ia melepaskan pelukan dari sang bunda. "maaf bunda ga ngasih kabar"
Nadira tersenyum "gapapa, bersih bersih sana" suruh Nadira mendorong sedikit punggung Marley untuk menaiki tangga, ke arah kamar nya.
Sesampainya dikamar Marley tak langsung mandi, ia memakan es krim yang ia beli di jalan, sampai habis.
...*...
"ngapain sih marah marah" ucap Marley langsung membuka pintu kamar Marvel.
Marvel yang sedang bermain game di atas kasur, menepuk kasur di samping nya "duduk sini"
"gw ga marah lo pulang malem, asal bisa jaga diri aja. Kebiasaan buruk nya coba di buang, kakak, ayah, dan bunda khawatir sama kamu." tutur Marvel sembari memainkan rambut Marley.
Marley menunduk, bersalah "maaf, tadi kan di panggil ke ruang olim, terus suruh hp nya di dnd dulu biar ga ganggu. Aku lupa nyalain lagi"
Marvel tersenyum"maaf ya udah marah, mau cerita tentang hari ini ke kakak? Kakak liat kamu bawa roti dari mana? Cerita sampe tidur mau?"
Tawaran Marvel membuat Marley mengangguk semangat, ia bercerita tentang hari ini ke kakak nya. In another life Marley ingin ia masih dengan kakak nya yang sangat ia cintai ini.
...****************...
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 🤝🏻🫰🏻🫰🏻