Almayira seorang gadis yang sangat religius, dia tidak pernah melepaskan niqobnya.
Namun di suatu hari ketika dia mengantar temannya, untuk menemui seorang laki_laki justru dirinya yang malah direnggut kehormatannya secara paksa sehingga
menyebabkan dia hamil saat masih sekolah, demi menutupi kehamilannya dia selalu menggunakan jaket.
Bagaimana nasib mayira? Apakah pria itu akan bertanggung jawab?
Penasaran? makanya baca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat Wajah Istri
Mayira bahkan menarik tangannya kembali, tapi tidak bisa karena ditahan oleh Sarah.
"Ni anak kenapa sih? Batin Bara, Justru biassnya para perempuan kegirangan kalau tidak sengaja bersentuhan dengan Bara. Namun beda cerita dengan Mayira, yang bahkan sudah menjadi istrinya.
Karena sepertinya mayira tidak banyak drama lagi, Bara segera menyematkan cincin dijari manis mayira. Dan sebaliknya, gadis itu pun melakukan hal yang sama dibantu oleh bundanya.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan sesi fhoto, dua pengantin itu tidak ada senyum yang tulus dari mayira. Hanya bara yang tersenyum kecil, bahkan hampir tidak terlihat justru mayira cemberut dibalik cadarnya.
Sekarang acara makan_makan, tamu undangan dipersilahkan untuk makan. Bara memilih untuk duduk di sofa, entah ruang apa ini kalau bisa ditebak mirip ruang keluarga.
"Gimana perasaan kamu? Tanya Risma yang tiba_tiba ada di depannya.
Dengan masih ekspresi wajah yang sama, bara menjawab: "Entahlah..
Risma mengerti perasaan anaknya sekarang, ia memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.
"Seharusnya tadi ksmu terima tawaran, untuk melihat wajah mayira sebelum akad"
"Ngga penting.. Kata Bara, "Lagian Bara udah tau pasti wajahnya jelek" Kalau dia cantik gak mungkin harus ditutupi, seperti itulah pemikiran bara.
Risma menggeleng dan menggoyangkan jari telunjuknya, "Tapi kali ini tebakanmu salah, dia itu cantik ah bukan sangat cantik malah" Ucap Risma, karena tadi diberi kesempatan untuk melihat wajah mayira sebelum akad.
Bara mendongak, menatap ibunya: "Mana mungkin?
"Ihh beneran, gini deh gimana kalau kita taruhan. Kalau mayira cantik, kamu harus temui papa kamu. Tapi kalau jelek, mama gak akan maksa kamu untu nemui papa kamu lagi" gimana?
Bara tersenyum sinis. "Hemm menggiurkan, ok deal" Bara menjabat tangan risma.
"Ya sudah mama mau lihat, mantu mama dulu" Risma memutar kursi rodanya, namun belum jauh ia menoleh kearah bara.
"Bara kata mertuamu, dari kemarin mayira belum makan dia gakmau makan mama kawatir. Takut dia sakit dan berdampak pada kandungannya" ungkap risma, raut wajahnya sangat jelas menampakan kecemasan.
Sontak saja saat mendengar imformasi dari mamanya, Bara berdiri dari duduknya. Tanpa mengatakan apapun Bara mendorong kursi roda mamanya, menuju meja makan dimana keluarga mayira sedang makan.
"Bara, ada apa? tanya Sarah.
"Apa mayira belum makan? Bara balik bertanya.
Sarah menghembuskan nafasnya pelan, "Dari kemarin mayira susah untuk diajak makan, bahkan sudah diancam kalau tidak makan. Maka kelereng akan dibuang, tapi tetep aja gak mempan. Bunda mohon, kamu coba bujuk dia ya" Sarah menyodorkan sepiring makanan, dan menunjukan arah kamar mayira diatas.
Bara segera membawa piring berisi makanan itu, ke arah kamar mayira yang diberitahu mertuanya tadi.
Sesampainya disana, bara mendapati astrid sedang menggedor_gedor pintu. Namun tidak dibukakan juga, oleh yang punya kamar.
Menyadari kehadiran Bara, astrid memberi ruang untuk bara mengetuk pintu membujuk mayira.
"Biar gue aja..
Tok tok tok
"Woy tuyul buka pintunya"
"Lo harus makan, ntar anak gue kenapa_napa lagi" omel bara.
"Kak Bara, gak boleh begitu ngetuknya. Kakak harus pake salam.. tiba_tiba terdengar suara mayira dari dalam seperti itu, astrid bahkan sampe menganga. Tadi pas dirinya yang bujuk, mayira tidak menyahut dan Bara dengan mudahnya seperti itu.
"Ck ribet, lo buka pintunya atau gue cium" Ucap Bara spontan, yang mungkin saja dirinya pun tidak sadar.
Astrid terbelalak dan makin menganga, dia tidak salah denger kan? bara mengatakan apa tadi. Dia akan mencium mayira? sebenarnya sudah sejauh mana sih hubungan mereka.
"Kak Bara barusan ngomong apa? tanya astrid.
Bara menoleh lalu menautkan alisnya, beberapa saat kemudian dia baru sadar. Akan ucapannya barusan, bara mengatupkan bibirnya.
"Gue cancel omongan gue..
Sambil menahan tawa astrid mengangguk.
Ceklek
Munculah mayira dari balik pintu, karena tinggi badannya mayira setinggi dada bara. Jadi dia harus mendongak, menatap suaminya.
"Gimana caranya kak bara mau nyium aku, kan pintunya belum dibuka"..
"Lah ini udah kamu buka.. Jawab Bara.
Mayira bergidik takut, lalu dengan sigap masuk kembali kedalam kamar. Naasnya bara yang akan ikut melangkah masuk, justru harus mencium pintu. Bara mengepalkan tinjunya di depan wajah, ia berusaha menahan emosi.
"Untung lo lagi hamil anak gue" gerutu bara.
"Mencium istri sih bukan, mencium pintu iya" kekeh astrid.
Astrid yang menyaksikan adegan menyakitkan bara, hanya terkikik geli. Astrid pamit undur diri, ia berlari meninggalkan bara.
Bara mencoba mengontrol raut wajahnya, kembali ke mode datar kaya sebelum_sebelumnya.
Bara meletakkan piring di depan pintu, "Nih terserah lo mau makan atau tidak" tidak ada sahutan.
Bara memutuskan untuk pergi, namun langkah kakinya terhenti memutar badanya. Melihat makanan depan pintu, entah ada apa dengan tubuh bara. Seolah bergerak mengikuti insting, bara mengambil kembali piring itu.
Tok tok tok
"Lo makan atau...bibir bara terkatup, ucapannya terpotong.
"Kak Bara gak mungkin nyium aku kan, jadi gak usah ngancem.. Ucap Mayira.
"Idih kepedean lagian siapa juga yang mau nyium lo" Ucap Bara.
"Ya Kak Bara lah" Jawab Mayira.
"Pede Lo ketinggian, buruan makan atau gue buang semua kelereng yang ada di taman belakang" kebetulan tadi ia melihat begitu banyak kelereng, ditaman belakang dia pikir punya tetangga sebelah ternyata punya tetangga. Ehh ternyata punya mayira..
Ceklek
Mayira kembali membuka pintu kamarnya. "Iya aku makan, tapi kelerengnya jangan dibuang ya" mayira memohon, matanya sudah berkaca_kaca.
Bara menyodorkan piring kehadapan mayira, dengan cepat gadis itu meraihnya. laki_laki itu tidak mengatakan apapun, dia hengkang dari hadapan mayira.
______
Matahari pun sudah ingin kembali keperaduannya, tenggelam membiarkan kelam menguasai langit. Namun cahaya orange keemasan, masih menjadi pemandangan saat ini. Senja seolah menghangatkan, tapi juga menandakan perpisahan bertahan hanya sebentar. Hingga akhirnya pamit, matahari benar_benar menghilang dari permukaan bumi akan digantikan dengan terang rembulan.
Setelah sholat maghrib berjamaah keluarga besar mayira, tengah berkumpul diruang tamu disitu juga ada bara dan mamanya.
"Sebaiknya bu Risma nginep aja disini" Ucap Sarah.
"Takut merepotkan.. Jawab Risma.
Sarah menimpali dengan senyuman, "Seperti sama siapa aja, kita sekarang sudah jadi besan"
Risma menatap Bara meminta persetujuan, Bara hanya mengangguk saja.
"Yasudah Bara sepertinya kamu capek, kamu ke kamar mayira saja sekarang" Ucap Sarah, namun Bara seperti melihat pergerakan pelan dari nenek mayira, seolah memberi kode tidak setuju.
"Ngga papa kan mereka sudah menikah" Ucap Sarah lagi.
Sampai didepan pintu bara mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Tadi bara baru mengetahui jika astrid sudah pulang, yang artinya mayira sendirian dikamar. Tak menunggu waktu lama lagi, bara melangkah masuk tapi ia tak menemukan mayira. Kamar mayira cukup luas, bahkan sebesar rumah sederhananya. Hanya saja kamarnya sedikit berantakan, bara duduk diatas ranjang menyandarkan badannya dikepala ranjang.
Ceklek
Seseorang membuka pintu, tadinya bara ingin membuka mata tapi ia menutupnya kembali. Dengan rambut basah dan berbalut handuk mayira keluar dari kamar mandi, mayira yang belum menyadari kehadiran bara dikamarnya.
Mayira menggunakan dua handuk satu untuk kepala, satu untuk badan. Lengan leher paha dan muka mayira terekspos dengan jelas, kulitnya putih mulus seperti bayi. Bahkan tidak ada belang, karena menggunakan hijab dan cadar.
Masih dengan santai ia berjalan kearah lemari, untuk mengambil bajunya tadi dia lupa membawa kekamar mandi.
Dengan tidak sengaja Bara justru membuka matanya, ia tersedak melihat sosok gadis yang kini menjadi objek matanya. Air liurnya seperti akan keluar katakanlan bara lebay, tapi kenyataannya mayira cantik. Sangat cantik, kecantikannya melebihi primadona sekolah.
Bara sepertinya kalah taruhan dengan mamanya, dan karena itu ia harus menemui si bajingan papanya.
Mayira terdiam seperti menyadari sesuatu, perlahan tapi pasti ia memutar badannya menghadap keranjang. Tubuhnya seketika menegang, "Astagfirullah Kak Bara" teriak mayira histeris.
____Tbc____