Tamara Lourine Aditama, biasa dipanggil dengan tama, dia seorang gadis yang lemah lembut dan cerdas. walaupun selalu di kucilkan keluarga dan tidak pernah di anggap sebagai anggota keluarga aditama tetapi Tamara selalu menjadi gadis yang ceria.
suatu ketika Tamara di fitnah oleh adik kembarnya Tamariska yang merasa iri dengannya. dia di fitnah dan terusir dari rumahnya, menjadi terluntah-luntah namun karena sikapnya yang baik hati dan suka melakukan kebaikan maka iyapun lantas menuai kebaikan itu dengan di tolong oleh sesilia yang merupakan seorang anak yatim piatu yang pernah di bantu Tamara, Sesilia mengajak Tama untuk tinggal dirumah kontrakannya itu.
bersama temannya seusai pulang sekolah mereka bekerja akan tetapi adiknya masih selalu menganggu dan meneror hidupnya bahkan selalu membuat iya di berhentikan dari pekerjaannya berulang kali.
Mampu kah Tamara menemukan kebahagiaannya ?
mampukah Tamara bertahan untuk menghadapi semuanya ?
yuk, ikuti kisahnya...............
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hulwund, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di usir
Tapi Robi terus hanya terdiam, mungkin dia bingung harus mempercayai siapa di sini. Tapi ternyata keputusannya membuat Tamara sangat kecewa dan terluka kepadanya.
"Maaf Tama bukannya Papa nggak percaya sama kamu, tapi buktinya sudah di depan mata kita semua! Kalau kalung itu berada di bawah kasur kamu!" tegas Fajar dengan perasaan kecewa kepada Tamara.
"Sumpah Pa, itu bukan Tama yang mengambilnya, Tama juga bingung bagaimana bisa kalung ith berada di kamar ini atau jangan-jangan ini ulah kamu Tamariska, kamu dengan sengaja menyembunyikan kalungmu di kamarku untuk menjebak aku, kok kamu jahat banget sih dek?" seru Tamara dengan air mata yang bercucuran.
"Jangan percaya sama dia Pa, orang buktinya sudah jelas-jelas ada di depan mata kita ini, buktinya sudah adq kok jadi kamu jangan mengelak terus, dasar maling teriak maling" seru Tamariska memprovokasi sang ayah.
"Tama.... sekarang juga kamu kemasi semua barang-barang kamu dan segera kamu pergi angkat kaki dari rumah ini! Saya tidak ingin mempunyai anak yang tukang maling seperti kamu!" titah Robi dengan tegas sambil berlalu keluar meninggalkan kamar Tamara dengan perasaan yang campur aduk.
"Papa....Mama...!!" Lirih Tamara
" buruan kemasi barang-barang Lo sana dan segera keluar dari rumah ini! Gue juga nggak sudi punya saudara kandung tukang pencuri seperti Lo!" tegas Tamariska juga yang kemudian ikut kedua orang tuanya berlalu dari kamar Tamara.
Setelah semuanya pergi meninggalkan kamar, Tamara pun menangis sejadi-jadinya, dia seperti orang yang di buang keluarganya.sekarang dia harus kemana? dia nggak mungkin pergi ke rumah saudara-saudara sang Ayah atau Ibu, pasti mereka nggak akan ada yang mau menerima kehadirannya. Sambil terus menangis Tamara pun mengemasi barang-barangnya, Bibi Surti datang dan langsung memeluk tubuh kecilnya Tamara.
"Bibi sangat yakin dan percaya bukan non Tama yang melakukan semua ini, pasti ada orang yang dengan sengaja ingin memfitnah non" lirih Bibi pada Tamara yang berada di dalam pelukannya.
Selesai membereskan semua barang-barangnya, Tamara pun segera menarik kopernya dan bergegas keluar dari rumah. Sebenarnya Tamara sendiri pun bingung harus ke mana, dia tidak begitu dekat dengan keluarga besar sang ayah maupun sang Ibu. Akhirnya Tamara pun memutuskan berjalan menyusuri jalan Raya, namun tidak lama kemudian turunlah hujan deras di serati angin kencang dan suara guruh gemuruh halilintar yang saling bersahut-sahutan. Dia pun segera menepi di depan sebuah musholla.
"Ya Allah.... sekarang aku harus pergi kemana? Mana sekarang hujan turun deras dan petir yang menyambar-nyambar, dan saat ini aku tidak punya tempat untuk berteduh" lirik Tamara sambil menangis
Hujan seakan tiada hentinya menguyur kota itu, membuat Tamara mengigil kedinginan di depan mushola. Dan keadaan itu membuat sang Bibi Surti yang ada di rumah begitu cemas dengan keadaan Tamara.
"Ya Allah lindungilah non Tama di mana pun ia berada dan permudahkanlah langkahnya, sebab hanya Engkaulah yang mampu melindungi dan menolong hamba-Mu ya Allah" lirih Bi Yuni sambil mengelap air mata yang menetas.
" Bu lagi ngapain? Kok Ibu lihatin hujan dari jendela sambil nangis? Ada apa Bu coba cerita sama Bapa" tanya pak Joko suami dari Bibi Surti.
"Aku nggak ada masalah Pa cuma aku kasihan banget sama non Tama dan aku khawatir dengan keadaan non Tama apalagi sekarang hujan menguyur deras dan angin kencang disertai petir yang menyambar-nyambar, non Tama neduhnya bagaimana dan dimana Pak?" Lirih Bi Yuni sendu.
"Bapak yakin Bu, non Tama pasti Allah akan mempermudah langkahnya, pasti akan ada orang yang membantunya dan menyayanginya karena non Tama itu anak yang berbakti dan sangat baik" ujar pak Joko.
"Semoga saja Pak"
Akhirnya Bibi Surti dan Pak Joko memilih untuk shopat sunnah supaya hati lebih tenang. Sedangkan di kamarnya Tamariska sedang melompat dan berjingkrak ria, karena dapat menyingkirkan sang kaka kembarnya dari rumah itu.