Berawal dari jebakan berujung menikah paksa. Sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Satria guru Matematika yang datang setelah mendapatkan ancaman dan secarik kertas dengan bertuliskan alamat. Tak mengira jika kedatangannya ke rumah salah muridnya akan merubah status menjadi menikah. Terlebih murid yang ia nikahi terkenal cantik namun banyak tingkah.
"Ayu!"
"Nama aku Mashayu Rengganis, panggil aku Shayu bukan Ayu! Dasar guru Gamon! Gagal move On!"
Mampukah Satria menghadapi tingkah istrinya?
Dapatkah keduanya melewati masa pengenalan yang terbungkus rapi dalam ikatan pernikahan? Atau menyerah di saat cinta saja enggan hadir di hati keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Drama apa lagi...
Satria harus banyak bersabar, mungkin memang ia pun salah. Tadi pagi Mashayu meminta uang jajan tapi malah tidak dia pedulikan. Jangan salahkan Mashayu jika ia meminta pada pacarnya. Meskipun tidak masalah tetapi rasanya Satria seperti tidak berguna dengan gelarnya sebagai suami.
"Ck, dari awal bukan mau aku menikahi dia. Pengen cuek tapi kok kejam banget, tapi pengen sayang jauh dari khayalan. Pengennya keibuan, malah dapet yang masih harus banyak diarahkan. Duh Gusti..."
Setelah mandi Satria pergi lagi untuk menjemput sang istri. Lelah letihnya sudah hilang dimakan angin malam.
Sesampainya di depan pagar besar yang menjulang kokoh. Scurity segera membukakan gerbang tanpa diminta. Mungkin karena sudah tau dia menantu di rumah ini setelah kejadian kemarin malam. Satria pun segera masuk dan memarkirkan motornya.
"Makasih ya Pak," seru Satria.
"Sama-sama Den, sudah di tunggu Bapak di dalam."
Satria menganggukkan kepala, alamat panjang urusannya jika Papah mertua sudah turun tangan. Satria melangkah menuju pintu masuk dan melihat di meja makan sudah ada Pak Danuaji dan putrinya. Dia menarik nafas dalam sebelum melangkahkan kakinya masuk ke rumah.
"Assalamualaikum."
"Wa'allaikumsalam, masuk!" titah beliau sedikit ketus. Mashayu menoleh sekilas ke arah Satria kemudian kembali fokus menghabiskan makanannya.
Satria duduk dengan kalem, sikapnya ramah meski hatinya gemas dengan gadis yang saat ini berada di sampingnya.
"Mau apa datang?"
"Ingin menjemput Mashayu Pah," jawab Satria tanpa basa basi. Memang ia datang bertujuan untuk menjemput istrinya yang pulang ke rumah orang tua tanpa pamit.
Pak Danuaji menoleh ke arah Mashayu yang bersikap cuek, kemudian kembali menatap Satria yang terlihat kalem dengan perangai begitu sopan. Beliau menggelengkan kepala melihat interaksi keduanya yang tidak seperti pasangan pengantin baru.
"Shayu! Cepat habiskan makananmu dan ikut suamimu pulang!"
Dengan cepat Shayu menoleh ke arah sang Papah. Padahal dia malas untuk pulang tapi malah Papah seakan mengusirnya.
"Shayu ingin menginap di sini Pah."
"Ibu mencari kamu, dia menanyakan kamu sejak aku pulang. Pulanglah dulu, nanti jika libur sekolah baru menginap di sini!" Dengan sabar Satria meminta Shayu untuk pulang. Apa lagi jika bukan ibu sebagai alasan.
"Kalian ini baru menikah sehari sudah ngambek-ngambekan. Besok Papah ada tugas keluar kota. Pulanglah ke rumah suami mu agar ada yang menjaga! Dan kamu Satria, putriku sudah menjadi tanggung jawabmu, jadi jangan buat putriku kelaparan dan pulang ke rumah karena tidak di beri uang jajan!"
Wajah Satria sudah memerah saat ini, ternyata apa yang di katakan Cakra benar. Kini Papah mertuanya tau jika tadi ia tidak memberi uang jajan pada putrinya. Padahal itu karena belum terbiasa dan lupa status membuatnya mengabaikan kewajiban memberi nafkah.
Setelah mengatakan itu Pak Danuaji segera masuk ke dalam kamar. Memberikan kesempatan untuk keduanya untuk bicara dan meneruskan pekerjaan beliau yang masih menumpuk.
"Ayo pulang!" ajak Satria dengan sikapnya yang membuat Shayu geregetan.
"Makan dulu baru pulang karena menghadapi aku harus dalam kondisi perut kenyang. Apa lagi kalo masih kepikiran mantan," ketus Mashayu kemudian segera beranjak untuk membereskan barang yang akan ia bawa.
Satria menghela nafas berat, dia yakin Cakra lah yang menceritakan kisah cintanya sehingga membuat Shayu tau jika dirinya belum bisa melupakan masa lalu. Rasanya Satria tidak berselera makan, sudah wibawanya hilang sebagai suami karena terkesan pelit. Di tambah lagi harus menghadapi Mashayu yang tidak bisa menjaga nama baiknya di depan Papah mertua.
"Ayo Pak, mau pulang tidak? Atau Bapak mau menemani Papah?"
Menyuruh makan tapi hanya dalam hitungan lima menit Shayu kembali turun dan mengajak pulang. Satria tidak menjawab hanya bisa mengelus dada dan beranjak dari sana. Padahal baru saja dia akan menyendok nasi.
"Kenapa bawa mobil sendiri?" tanya Satria saat melihat Mashayu membuka pintu mobil.
"Takut ketularan beku kalo ikut bapak!" Tanpa memperdulikan suaminya, Mashayu segera masuk ke dalam mobil. Dia memang pulang karena niat mau mengambil mobil dan masalah Satria yang tidak memberikan uang jajan hanyalah alibi.
"Kenapa keluar lagi?" tanya Satria yang sudah akan menyalakan motornya tetapi ia urungkan saat melihat Shayu malah keluar dari mobil.
"Belum pamit Papah!"
Satria menggelengkan kepala, rasanya kepalanya mau pecah melihat tingkah Mashayu. Dia pun mau tidak mau kembali masuk untuk pamit dengan Papah mertua.
...****************...
"Ibu!" seru Shayu kemudian memeluk Ibu mertuanya. Baru dua hari menjadi mantu sudah membuat kepikiran. Merasakan dekapan Ibu begitu erat membuat Mashayu merasa bersalah.
"Dari mana to Nduk, kok tidak langsung pulang? Tidak betah di rumah Ibu?" tanya Ibu dengan memperhatikan wajah Mashayu yang imut. Ibu masih tidak menyangka akan memiliki menantu anak remaja. Meski sudah cukup umur untuk menikah tetapi melihat wajah dan tingkah Shayu membuat ibu seperti memiliki anak bontot.
"Shayu betah kok, betah karena ada Ibu. Shayu kangen di peluk Mamah, tapi karena ada Ibu membuat Shayu seperti memiliki Mamah lagi." Mata Shayu berkaca-kaca dengan bibir mengerucut. Rasanya ingin menangis tapi malu, terlebih ada Bapak mertua, Cakra dan Pak gurunya yang baru masuk dengan wajah kusut.
Ya, Satria dibuat kerepotan. Dia diberi pekerjaan tambahan memakirkan mobil Mashayu di halaman rumahnya yang tidak begitu besar. Alhasil harus pandai-pandai jika tidak, body mobil akan kena.
"Drama apa lagi," batin Satria setelah melihat wajah sendu istrinya.
"Sekarang Ibu kan sudah menjadi Ibu kamu, anggaplah Ibu seperti Mamah Shayu. Jangan sungkan sama Ibu dan Bapak! Ya kan Pak?"
"Iya, kita kan keluarga sekarang. Shayu sudah makan?" tanya Bapak penuh perhatian.
"Sudah Pak, tadi sebelum kesini Shayu makan dulu." Shayu tersenyum menatap kedua mertuanya. Di sini ia menemukan keluarga yang utuh, keluarga yang perhatian dengan kasih sayang yang melimpah. Berbeda dengannya di rumah yang seakan haus akan kasih sayang karena Papah menjadi single father dan sibuk di kantor.
"Ya sudah kalo gitu istirahat Nduk!" Ibu menoleh ke belakang, disana putranya masih diam memperhatikan. "Ajak Shayu ke kamar, jangan sampai salah kamar dan tidur di kamar sebelah!" sindir Ibu setelah tau apa yang terjadi semalam. Siapa lagi kalo bukan dapat informasi dari Cakra.
Satria menatap jengah adiknya yang berpura-pura tidak mendengar, kemudian menarik tangan Shayu dan membawanya masuk kamar.
Sampai dikamar Shayu melirik tangannya yang masih di genggam oleh Satria. Dia melihat wajah Pak gurunya yang datar, sontak membuatnya gerah tapi tergiur ingin menggoda.
"Tangan Shayu lembut ya Pak? Betah banget pegang tangan istri. Hari ini pegang tangan, awas aja kalo besok tergoda pegang yang lain! Aku sentil nanti!" ucap Shayu dengan wajah imut menggoda.
asyik juga jalan cerita nya...
bucin gk ad obat
aku mah sampe 40 hari ya suami anteng² aja tuh,,apalagi anak pertma sampe 2 bln dia baru minta krn kasian katanya 🤗
jd bini yg baik dn penurut jauh lebih mnyenangkan kok shay dn ttep bisa lanjut meraih gelar setinggi apa yg kamu mau,,dari pd jd bini durhakim 🤣