Rea adalah gadis manis anak angkat keluarga Mahendra. Rea tumbuh menjadi gadis manis, anggun, lemah lembut namun pendiam. Dirinya jarang berekspresi karena didikan mamanya yang melarangnya untuk terlalu terlihat ceria. Rea selalu tersenyum, meskipun dirinya tak menyukai hal yang dia lakukan, dia akan tetap tersenyum
Saat kepindahannya, dirinya mengenal Arjuna. Juna mungkin terlihat nakal, namun Rea tak malu untuk tertawa dihadapan Juna dan Rea tak perlu memakai topeng saat berhadapan dengan orang lain. Rea menganggap bahwa Juna adalah tempatnya untuk pulang
Namun hubungan mereka kandas karena perbuatan mamanya. Membawa Rea pergi jauh dari Juna. Sampai akhir pun Rea dipaksa pindah agar bisa jauh
~Aku akan melepas topeng itu dan akan membuatmu menjadi jauh lebih berekspresi. setelahnya kau tidak akan pergi dariku~ Arjuna'
~Terima kasih Juna, aku menjadi sosok yang lebih baik setelah mengenalmu. Aku selalu menyayangimu Juna~ Andrea
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 - MENGEJAR CINTA
Hari ini adalah ke 6 pasca operasi pengangkatan tumor otak, Rea melakukan pengecekan pada Arin untuk mengetahui perkembangan pasca operasi. Melihat ruang rawat Arin yang ramai membuat Rea senang karena melihat kondisi Arin yang lebih baik.
“Selamat siang, Nona Arin. Bagaimana kondisi anda saat ini. Apa ada keluhan?” tanya Rea sambil mengecek kondisi tubuh Arin
“Selamat siang dokter. Saya tidak merasa keluhan apapun.”
“Tidak merasa pusing atau mual?”
“Tidak dokter. Hanya awal setelah operasi saya merasa pusing. Namun untuk sekarang tidak dokter”
“Baiklah, jika kondisi anda terus membaik kemungkinan besok sudah bisa pulang. Namun, itu juga atas persetujuan dari Dokter Iza ya, nona,”
“Oh iya, saya akan meresapkan obat jika tiba-tiba merasa pusing atau mual. Ingat hanya di saat itu, nona bisa meminumnya” Ujar Rea sambil menuliskan resep obat.
“Baik dokter, terima kasih” ujar Arin
“Terima kasih Kak Rea” ujar Rea
Rea hanya menganggul sebagai balasan dan berpamitan pergi karena harus mengecek pasien yang lain.
“Tita, sebenarnya aku penasaran banget. Kamu mengenal Dokter Rea secara pribadi?” Tita yang ditanyakan hal itu dari Arin membuat Tita kelabakan. Bingung, harus menjawab apa. Tita tidak ingin ikut campur masalah kakaknya
“Sebenarnya, dokter itu adalah mantan Kak Juna. Namun aku tidak terlalu mengerti penyebab mereka putus” jelas Tita
“Begitu ya, sayang sekali. Dokter Rea baik, cocok dengan Juna” Arin membayangkan adiknya Juna bersanding dengan Rea
“Kak Juna sepertinya akan mengejar Kak Rea, mbak? Tita teringat beberapa hari ini Juna sering ke rumah sakit dengan alasan menemani Tita merawat Arin. Namun, sebenarnya Tita tau alasan Juna mau datang ke rumah sakit, padahal dirinya tidak menyukai rumah sakit sama sekali.
***
Juna datang ke rumah sakit seperti hari-hari sebelumnya. Alasan yang selalu diberikan adalah membantu Tita merawat Arin, namun ada alasan tersembunyi dirinya mau menemani Tita di rumah sakit padahal dirinya tak menyukai rumah sakit sama sekali. Alasan itu ada ingin melihat Rea. Dirinya berencana mendekati Rea kembali secara perlahan tidak seperti dulu saat SMA.
Juna datang bertepatan waktu Rea pulang. Dilihatnya Rea yang berdiri seperti menunggu taksi.
“Rea, mau kemana?” tanya Juna berbasa-basi.
“Pulang,” ujar lembut Rea
“Dan saat ini saya sedang menunggu taksi”
“Kemana mobilmu?”
“Bengkel, sepertinya ada masalah pada mesinnya”
“Mau ku antar?”
“Tidak perlu, bukankah kamu harus merawat, Mbak Arin”
“Ada Tita, jadi aku bisa kesana nanti setelah mengantarmu. Ayo masuk, cepat” Akhirnya Rea hanya mampu menuruti. Rea sudah lelah menunggu taksi yang tak kunjung datang
“Kita akan pergi mana?. Apakah ke rumahmu masih sama?” tanya Juna. Selama di perjalanan mereka hanya diam dan Juna tidak tau harus mengantar Rea kemana
“Ahh… aku lupa memberitahumu. Aku tinggal di Pastri Park Apartement. Kau antar aku kesana” Rea begitu malu saat ini. Dirinya lupa mengatakan alamat dirinya tinggal saat ini
Juna tersenyum kecil, mengingat kebiasaan Rea yang selalu lupa mengatakan alamat tujuan. Kebiasaan yang cukup buruk menurut Juna.
Namun mengingat bahwa Rea tinggal di Pastri Park, itu adalah apartemen milik perusahaannya. Juna pun berpikr untuk tinggal disana juga.
Sesampainya di Pastri Park, Rea turun dan mengucapkan terima kasih pada Juna yang sudah mengantarnya. Juna yang melihat Rea telah memasuki area apartemen pun segera menelepon Bayu untuk membeli apartemen di Pastri Park dan segera membantunya untuk memindahkan barang. Setelah menghubungi Bayu, Juna merasa tidak sabar dapat tinggal di satu area dengan Rea.
***
Malam ini terasa udaranya cukup dingin, membuat Rea tidak ingin keluar dari kamarnya. Namun, karena merasa lapar mau tidak mau membuat dirinya harus beranjak dari tempat tidurnya.
Saat keluar dari kamar, terlihat seseorang sedang duduk dengan santainya di sofa ruang tamunya. Melihat orang asing ada di dalam apartemennya, Rea segera mengambil sebuah sapu kemudian berjalan perlahan mendekati orang itu dan bersiap akan memukul.
Saat sapu sudah bersiap menerjang kepala ora itu, Rea terhenti setelah mendengar suara seseorang yang ia kenali
“Rea, kau ingin memukul kepala kakakmu”
“Kak Deo” pekik Rea saat mengetahui siapa yang duduk di sofanya
Deheman Deo membuat Rea merasa bersalah karena tidak mengenali postur tubuh kakaknya. Rea segera meletakkan kembali sapunya di tempatnya dan duduk disamping kakaknya.
“Kau ini, bisa-bisanya ingin memukul kakakmu sendiri” Deo merasa kesal, meliihat adiknya yang ingin memukulnya tadi
“Kan masih belum kupukul kak, tapi kenapa kakak sudah semarah ini. Bagaimana jika tadi kena pukul” lirih Rea.
Ucapan Rea yang lirih itu masih terdengar oleh Deo, membuat Deo semakin kesat. Deo lansung melirik tajam Rea. Rea yang melihat tatapan tajam kakaknya hanya bisa tersenyum paksa
“Kakak, apa yang kakak lakukan malam-malam ke apartemenku?” Rea mencoba mengalihkan pembiacaran karena takut kakaknya akan semakin kesal.
“Hanya menginap. Kakak lelah jadi ingin menginap di tempatmu. Jika di apartemen aku akan sendirian dan jika pulang ke rumah terlalu jauh jadi aku pergi ke tempatmu”
“Ohhh… begitu”
“Hanya itu yang kau ucapkan Rea” kesal Deo
“Lalu, aku harus menjawab apa?” tanya Rea dengan polos
“Sudahlah. Lalu apa yang akan kau lakukan. Bukankah tadi kau sudah tidur”
“Siapa yang tidur. Aku hanya beristirahat dan aku lapar jadi ingin mencari makanan”
“Kau belum makan Rea. Ini sudah pukul 9 mala dan kau belum makan?” Deo menekankan setiap kata dalam kalimat pertanda bahwa dia sedang sangat kesal sekarang pada adiknya dan adiknya ini hanya bisa menunduk serta menggelengkan kepala sebagai jawaban.
“Sudahlah, kakak lihat dulu apa ada sesuatu yang bisa dimasak di kulkasmu ini” Deo beranjak pergi menuju dapur
Tak lama terdengar suara teriakan yang memanggilnya, membuat Rea segera berlari menuju dapur untuk melihat kakaknya
“Kulkas besarmu ini hanya berisikan satu telur, seikat sawi dan sosis Rea. Kau mengumpulkan air putih dingin dan es krim saja Rea?” Deo tidak habis pikir, kapan terakhir kali adiknya ini berbelanja
“Kakak, kakak kan tau aku tidak bisa memasak. Jadi untuk apa berbelanja. Aku hanya membeli bahan yang bisa aku olah”
Deo kemudian beranjak pada laci dapur, dan terlihat banyaknya jumlah mie instan disana. Deo menatap tajam Rea dan Rea hanya bisa menyengir sebagai jawaban
“Malam ini kakak akan memasak bahan yang ada saja. Setelah ini kau harus belajar memasak dan kakak akan menyuruh seseorang untuk selalu mengecek bahan makanan disini. Mengerti, Rea”
“Mengerti, kakak” Rea menjawab dengan cepat. Lebih baik menjawab daripada kakaknya akan berteriak marah lagi.
***
Setelah makan, Deo berbicara soal kabar yang ia dengar. Hal itu mengenai Juna.
“Juna mendekatimu lagi, lalu bagaimana perasaanmu saat ini?”
“Menurut kakak, aku harus bagaimana?”
“Jika suka lanjutkan jika tidak tinggalkan”
“Aku masih menyukainya. Sebenarnya aku ingin mendekatinya kak tetapi aku tidak tau caranya. Dan secara tiba-tiba Juna malah yang mendekatiku lebih dulu…”
“Sebenarnya aku curiga akan sesuatu, tetapi aku tidak yakin dengan hal itu” Rea ragu bahwa Juna telah memaafkannya, kemungkinan besar adalah Juna ingin membalasnya.
“Jika dia melukaimu, maka kakak yang akan membalasnya. Jadi nikmati saja apa yang ada”Deo selalu mengamati adiknya, sehingga dirinya mengetahui apa yang terjadi pada adiknya.
“Ini sudah malam, lebih baik kau tidur. Meskipun besok kau libur, tetapi kau ada kegiatan yang lain kan besok pagi” Ujar Deo
“Kalau begitu, selamat malam kak” Rea berjalan kearah kamarnya
Melihat adiknya sudah memasuki kamar, Deo segera menelepon Andi dan meminta untuk mengawasi Juna
***
Pagi ini adalah pagi yang cerah. Rea bersiap untuk lari pagi di taman sekitar area apartemennya. Lari pagi sudah menjadi kebiasaan Rea saat di Amerika. Secara tak sengaja saat berlari Rea meliaht Juna yang sedang membeli makanan di sekitar Taman Pastri. Juna yang melihat Rea yang sedang berlari pun menanggilnya
“Mengapa kamu disini?”
“Beli bubur. Bubur ayam disini sangat enak, cobalah” Juna memesankan satu porsi untuk Rea.
“Tidak perlu Juna”
“Tidak, aku sudah terlanjur memesan satu porsi lagi” Hal itu membuat Rea mau tidak mau harus menerima ajakan Juna
“Mengapa kau jauh-jauh beli bubur disini?”
“Sudah kukatakan, bubur disini rasanya enak”
“Kau sering kesini, untuk membeli bubur?”
“Tidak juga, hanya beberapa kali aku kesini.”
Apakah sebuah kebetulan, pikir Rea. Kawasan apartemen ini, kakak yang mencarinya dan secara kebetulan Juna sering datang ke kawasan ini. Dan tak lama pesanan mereka sudah datang
“Hari ini kau mau ke rumah sakit?” tanya Juna saat sedang makan
“Tidak, aku sedang libur hari ini.”
“Ahh… begitu ya, lalu kau ada rencana”
“Ada, aku harus ke cafe hari ini”
“Perlu aku antar, bukankah mobilmu sedang di bengkel”
“Tidak perlu Juna, Pak Surya akan datang menjemputku. Dan tolong Juna makanlah dengan diam” Rea sangat tidak suka saat dirinya makan namun diajak berbincang
“Ahh.. aku lupa” Juna mana mungkin lupa dengan kebiasaan Rea saat makan. Rea selalu makan dengan anggun. Namun dirinya sengaja membuat Rea kesal, karena itu adalah cara dia untuk kembali mendekati Rea. Kali ini dirinya akan menunjukkan dirinya yang sebenarnya.
“Aku selesai, ini kamu yang traktir atau aku yang traktir atau kau lebih suka split bill” Rea tidak ingin menyinggung Juna seperti terakhir kali
“Aku yang traktir, kau tenang saja” Juna tau bahwa Rea berusaha agar tidak menyinggunya seperti terakhir kali. Tapi keadaan yang sebenarnya adalah dirinya saja yang sensititf saar itu bukan tersinggung karena Rea.
“Baiklah, tapi maaf Juna aku tidak bisa terlalu lama. Aku ada janji” Rea yang melihat jam tangannya membuat dirinya harus segera pergi karena ada janji
“Sampai ketemu lagi Rea” Rea mengangguk dan pergi meninggalkan Juna. Juna melihat kemana Rea akan pergi dan segera menelepon Bayu
“Bayu, suruh seseorang untuk selalu mengawasi Rea. Kau mengertikan?”
“…”
“Ya, sekitar 5 orang. Awasi Rea, jangan sampai kecolongan.”
“…”
“Ya, aku tutup dulu”