"Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela.
"Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra.
Instagram : @wp.definasyafa
@haikal.mhdr
TikTok : @wp.definasyafa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon definasyafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
⋆˚𝜗 responsibility 𝜚˚⋆
"Lo harus tanggung jawab, gara-gara kecerobohan lo temen gue ada di UKS sekarang."
Haikal menyergit kegiatan mengunyah nya pun terhenti, dia menatap gadis cepol satu itu bingung, "gue?" tunjuk nya pada diri sendiri sambil kembali mengunyah roti di dalam mulutnya.
Vani menatap Haikal yang malah terlihat begitu santai menikmati roti nya, "iyalah lo siapa lagi, buruan tangung jawab anjir jangan ngunyah mulu lo."
"Lo ngehamilin anak orang, kal?"
Ucapan Rey sontak membuat yang lainnya terkejut bahkan sekarang seluruh pasang mata yang ada di kantin itu menatap tak percaya Haikal.
Haikal menatap sekeliling yang menatapnya penuh curiga, dia meletakkan sisa roti nya di atas meja dengan kasar. "astagfirullah ya kagak lah, kenal cewek aja nggak pernah gue giman mau ngehamilin."
Haikal menatap teman-temannya serius, dia berani bersumpah bahwa dia tidak pernah menghamili anak orang. Mengenal atau sekedar berbicara dengan perempuan saja Haikal tidak pernah, apalagi menghamili.
Haikal membalikkan badannya menatap nyalang gadis yang masih berdiri di sampingnya itu, "heh lo, gue nggak kenal ya lo siapa. Datang-datang marah-marah nggak jelas, mana mau mencemari nama baik gue lagi lo."
"Van balik yuk, malu tau di lihatin banyak orang." gadis dengan pita di belakang kepalanya itu masih setia menarik-narik tangan temannya, dia juga berusaha menghindari tajam dari salah satu lelaki di antara ketujuh anggota Peaceable itu.
Tanpa memperdulikan bisikan temannya Vani tetap pada pendiriannya untuk meminta pertanggung jawaban lelaki di depannya, "kita emang nggak kenal, tapi tetep aja lo harus tanggung jawab, gara-gara lo alergi temen gue kambuh sekarang."
Haikal menyergit, alergi? Tangung jawab? Teman gadis ini? Maksudnya apa sih , dia tidak faham. Gadis di depannya saja dia tidak mengenalnya, apalagi temannya.
Haikal berdiri menatap gadis di depannya gemas, gemas sebab ingin mencokel kedua mata yang sedari tadi menatapnya tajam, padahal dia tidak memiliki salah apapun padanya.
"Heh tukiyem, sama lo aja gue nggak kenal, apa lagi sama temen lo."
Kedua tangan Vani mengepal, "ya lo emang nggak kenal, tapi gara-gara roti lo yang ketuker sama roti temen gue, mengakibatkan alergi temen gue jadi kambuh."
Haikal berdecak, mengapa juga harus dia yang di salahkan disini. Mana dia tau jika yang dia ambil tadi bukan roti kacang miliknya.
"Salah temen lo sendiri, siapa suruh naruh roti samping roti gue."
"Ya nggak bisa gitu dong, lo tetep harus tanggung jawab!"
Masalahnya Ella harus segera di bawa ke rumah sakit sebab di UKS ini tidak menyediakan obat alergi, dan maba seperti mereka tidak di perbolehkan membawa kendaraan selama MPLS berlangsung. Lantas siapa yang akan membawa Ella kerumah sakit selain meminta pertanggung jawaban pada lelaki ini. Dia pasti membawa kendaraan dan kendaraan itu yang dapat membawa Ella ke rumah sakit secepatnya.
Haikal dengan menyalangkan bantahannya, namun terurungkan sebab Arkan yang tiba-tiba berdiri dan melangkah tepat di depan gadis cepol satu, menatap gadis itu nyalang.
"Pergi sebelum gue bertindak kasar sama lo!" Arkan berucap tajam ada penekanan di setiap kalimatnya.
Vani sedikit menciut, kakinya sedikit melangkah mundur. Aura Arkan begitu dominan hingga membuat gadis tomboy bar-bar sepertinya ketakutan, sementara gadis yang berdiri di belakang Vani meremat pergelangan tangan temannya itu erat. Sedangkan anggota Peaceable yang lainnya hanya diam, begitu juga dengan seluruh penghuni kantin iyu yang seketika mematung was-was, takut jika mereka juga akan terkena sasaran Arkan nantinya.
Haikal menghembuskan nafas beratnya, gawat jika nanti Arkan yang bertindak. Haikal melangkahkan kaki jenjangnya dan berhenti tepat di samping Arkan, menepuk pundak ketuanya itu pelan.
"Udah bos, biar gue sendiri aja yang urus." Haikal beralih menatap gadis di depannya yang menunduk takut, "balik lo berdua, gue bakal tangung jawab ntar gue nyusul."
Dua gadis itu mendongak mengangguk pelan kemudian segera melangkah pergi dari area kantin yang aura nya mampu membuat bulu kuduk keduanya meremang.
Haikal menoleh kepada keenam sahabatnya, "gue duluan."
Cakra berdirk dengan cepat sebelum Haikal melangkahkan kakinya, "gue ikut."
Haikal berdecak pelan, "nggak usah nyet, lo kira gue bocah di kintilin mulu, udah habisin noh somay lo."
***
Kaki Haikal melangkah memasuki UKS dengan mulut yang dari tadi komat-kamit tanpa henti, menyumpah serapahi gadis bercepol satu itu kesal. Lihat saja, dia tandai muka gadis itu gadis bar-bar yang sudah mencemarkan nama baiknya begitu saja. Tanpa Haikal sadari kaki itu sudah membawanya masuk ke salah satu balik UKS dimana disitu sudah ada seorang gadis yang tengah berbaring lemas di temani dengan satu gadis berjilbab.
Haikal melangkah mendekat ke samping kanan brankar sebab di samping kiri sana seorang gadis berhijab berdiri sambil mengompres dahi gadis yang terbaring lemas.
"Lo yang roti nya ketuker sama roti punya gue?"
Haikal menatap datar gadis yang berbaring itu, tatapanya yang datar itu mampu membuat gadis itu cukup takut. Mereka jelas tau bahwa lelaki yang berdiri di dekatnya saat ini adalah salah satu inti Peaceable. Orang-orang yang harusnya mereka hindari, tapi kini sekarang malah mereka harus mendapat masalah hanya karena sebuah roti yang tanpa sengaja tertukar.
Gadis berhijab itu menatap Haikal sekilas sebelum kembali menatap temannya yang berbaring di atas brankar, "iya kak dia temen ku, harus segera di bawa ke rumah sakit sekarang."
Haikal berdecak pelan, "ya kenapa nggak lo bawa ke rumah sakit dari tadi."
"Selama ospek maba nggak boleh ada yang bawa kendaraan kak."
Hembusan nafas berat terdengar dari arah Haikal, lagi-lagi dia berdecak pelan. "aturan apaan begitu, osis b3r3n9s3k emang."
Haikal menatap gadis yang terbaring di atas brankar dengan wajah yang sudah di penuhi dengan bintik-bintik kemerahan. Ternyata gadis mungil tadi yang berdiri di sampingnya saat mengantri di kantin. Gadis yang tidak sengaja menyenggol nya sebab berusaha mengambil air mineral dan berakhir Haikal mengambilkannya.
"Bisa berdiri nggak, gue anter lo ke rumah sakit."
Gadis dengan wajah pucat itu mengangguk pelan, berusaha berdiri dari baringannya dengan bantuan gadis berhijab di sampingnya. Kemudian berjalan sambil di papah oleh temannya itu melangkah keluar UKS diikuti Haikal di belakangnya.
kringg
Kringg
Kringg
Gadis berhijab itu menatap temannya tak enak, begitu juga dengan gadis pucat itu yang menatap seketika temannya lekat.
"Udah bel, kamu balik ikut kegiatan aja Humaira. Ella gapapa kok, bisa jalan sendiri." lirihnya pelan.
Gadis yang di panggil Humaira itu pun menatap temannya lama, "kamu beneran bisa jalan sendiri?"
Gadis bernama Ella mengangguk pelan, "iya, udah kamu cepet kesana nanti telat."
Gadis berhijab itu mengangguk pelan, kemudian pamit melangkah berlari kembali menuju lapangan
mengikuti kegiatan MPLS kembali.
Sementara Ella berusaha menetralkan rasa pusingnya, melangkahkan satu kakinya namun badannya itu kembali oleng. Haikal yang dari tadi diam pun dengan cepat meraih badan gadis itu yang hendak terjungkal ke belakang, menggendong tubuh mungil itu tanpa banyak bicara membawanya menuju motornya berada.