PLAK
Dewa menatap kaget campur kesal pada perempuan aneh yang tiba tiba menampar keras pipinya saat keluar dari ruang meeting.
Dia yang buru buru keluar duluan malah dihadiahi tamparan keras dan tatapan garang dari perempuan itu.
"Dasar laki laki genit! Mata keranjang!" makinya sebelum pergi.
Dewa sempat melongo mendengar makian itu. Beberapa staf dan rekan meetingnyaa pun terpaku melihatnya.
Kecuali Seam dan Deva.
"Ngapain dia ada di sini?" tanya Deva sambil melihat ke arah Sean.
"Harusnya kamu, kan, yang dia tampar," tukas Sran tanpa menjawab pertanyaan Deva.
Semoga suka ya... ini lanjutan my angel♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Setelah ditampar
Emily menurut ketika Carmen dan Nanni membawanya pergi. Mereka tidak.jadi makan di restoran Jepang tadi.
Mereka sempat menjadi fokus tontonan gratis tadi.
Selama.perjalanan ngga ada yang berbicara, hingga mobil Carmen berhenti di sebuah parkiran luas restoran yang menyajikan makanan ala Jawa Timur.
"Mil, kamu sudah mengenal mereka, ya?' tanya Carmen hati hati.
Melihat sikap Emily dan juga si kembar tampan itu, kecurigaan Carmen makin kuat. Apalagi saat melihat salah satunya menahan tangan Mama Nagita yang akan menampar Emily
So sweet.....
Nanni yang duduk di belakang sampai mencondongkan tubuhnya ke arah keduanya. Dia juga penasaran.
"Aku dijodohkan dengan salah satu diantara keduanya."
"Oh-My-God....! Serius?" respon Nanni surprise. Sedangkan mulut Carmen terbuka tanpa mengatakan apa apa. Dia kelewat shock.
"Seriuslah. Tapi syukurlah dengan kejadian ini perjodohannya pasti akan dibatalkan," ucap Emily dengan nada yang mengandung beban.
"Kamu kelihatan menyesal kalo perjodohanmu gagal?' sindir Carmen dengan senyum penuh ledekkannya.
Nanni pun terkekeh.
"Sembarangan. Bukan itu yang aku sesalkan," bantah Emily cepat dengan wajah kesal.
"Jadi apa?" tanya keduanya kompak.
"Hubungan kerjasama papa akan rusak."
Ya, ya, Carmen dan Nanni sangat maklum kenapa Emily terlihat gundah.
"Papanya si kembar itu juga memintaku membuat beberapa desain. Mungkin akan dibatalkan secara sepihak," sambungnya lagi.
"Sabar, ya, Emily. Semoga yang kamu takutkan ngga terjadi," hibur Carmen penuh harap.
"iya. Semoga orang tua si kembar nantinya tau alasannya kenapa mereka memang wajib ditampar."
Ketiganya pun tersenyum, yang awalnya tipis kini tambah melebar.
"Keren juga, ya, kalo perjodohanmu ngga dibatalkan. Dua duanya tampan dan high quality. Kamu beruntung," tukas Carmen antusias.
"Carmen benar. Kamu diam diam udah dapat tangkapan paus," kekeh Nanni.
Emily menatap mereka dengan wajah mangkelnya.
Beruntung dari mana? Yang satu kurang ajarnya terang terangan. Sedangkan yang satu lagi kurang ajarnya ngga terlalu diperlihatkan. Seperti bahaya laten. Batin Emily sibuk mengomel.
"Kedua temannya juga tampan tampan. Mereka kating kita, kan," imbuh Nanni tentang Sean dan Ziyan yang tadi ada di sana.
"Iya, kating kita," jawab Carmen membenarkan. Sepasang matanya tampak berbinar.
Benarkah? Batin Emily. Dia ngga terlalu memperhatikan. Teman teman satu kelasnya saja dia ngga hapal, apalagi kakak tingkatnya. Boro boro.
"Berarti yang satu lagi dijodohkan dengam Nagita, ya," tebak Carmen yakin.
"Iya."
"Uuuh... Yang mana pun aku juga mau," kekeh Nanni berderai
Carmen pun tergelak dengan keinginan yang sama.
Sedangkan Emily hanya mencibir.
Dasar matre...
*
*
*
Dewa tersenyum saat melihat Deva saat ini sedang mengompres pipinya dengan handuk kecil yang di dalamnya berisi es batu kecil kecil.
Di pipi itu tergambar cap lima.jari yang cukup jelas. Sama seperti yang pernah dia dapatkan.
Mereka tetap berada di restoran Jepang, karena Sean sudah mereservasi ruang privat untuk mereka.
Bodoh amat dengan orang orang yang memperhatikan mereka dari tadi.
"Senang, kan, lo," kecam Deva keki.
Dewa, Sean dan Ziyan tergelak mendengarnya.
Tentu saja. Hiburan gratis, batin Sean.
"Ngga aku sangka dia akan langsung menampar Deva," cetus Ziyan dalam tawanya.
"Sama sekali ngga ada basa basi ataupun sungkan," lanjut Ziyan lagi.
"Aku juga berpikir begitu. Gadis bar bar itu memang pendendam," komen Sean tambah ngakak.
"Dengan siapa pun gadis bar bar itu berjodoh, kalian harus siap siap mengalami kdrt darinya," tambah Ziyan.
"Aku berikan dia padamu, Wa. Aku ikhlas," sembur Deva jengkel. Dia masih sayang pipinya untuk harus mendapatkan cap lima jari setiap hari.
Tawa pun semakin meledak, hanya Deva yang hanya bisa meringis.
Dalam tawanya Dewa masih memikirkan ekspresi shock gadis itu ketika istri daddynya datang, dan hampir menamparnya kalo saja tadi dia tidak berinisiatif ikut campur.
Emily terlihat tidak akan menghindari tamparan itu.
Dewa juga teringat cacian mama Nagita padanya.
Dia akan mencari informasi tentang gadis itu.
"Kamu sudah mikir jawaban apa yang akan kamu katakan kalo mami Zoya sampai tau hal ini?" tanya Ziyan setelah beberapa lamanya kemudian.
Deva terdiam.
Gawat, batinnya panik.
Mami Zoya pasti ngga akan membelanya.
Deva menghembuskan nafas panjang.
Apes sudah nasibnya.
Melihat wajah Deva yang tambah suram, ketiganya kembali ngakak.
Mereka tau, mami Zoya ngga akan bisa mentolerir sikap kurang ajar Deva pada Emily.
*
*
*
Mama Nagita langsung melapor pada suaminya tentang kekasaran putri suaminya dengan perempuan malam itu di restoran Jepang.
"Emily menampar Deva?"
"Ya. Sangat keras." Dia langsung menemui suaminya di perusahaannya.
Juhandono terdiam. Mulai kepikiran lagi dengan kata kata Nathan.
Ternyata mereka memang sudah saling kenal, batinnya menahan senyum.
"Tapi kenapa?" Juhandono baru tau kalo putrinya berani menampar seorang laki laki. Selama ini yang dia lihat, putrinya terlalu pendiam walaupun kadang kadang menyukai dunia malam.
Karena perjodohan? Emily ngga setuju? Dia mencoba menduganya dalam hati.
"Cari perhatian mungkin. Sifat gatalnya menurun dari mamanya," decih istrinya sinis.
Rahang Juhandono mengetat.
"Jangan bicara sembarangan."
"Huh.... Bela saja terus kelakuan minusnya," dengusnya sinis
"Kamu tau, saat aku akan menampar putrimu, si kembar yang satu lagi malah menahan tanganku. Bisa bisanya dia membiarkan kembarannya dianiaya dan membela anak perempuan malam itu," adunya sewot.
Kedua tangannya mengepal kuat mendengar caci maki istrinya terhadap putrinya, Emily.
"Kamu mau menampar Emily?" sentaknya kesal.
"Ya. Untuk membalas sakit hati anak rekan bisnismu," jawab mama Nagita berani.
Dia segera mengambil file di atas meja.
"Lebih baik kamu pulang sekarang, " usirnya tanpa mau melihat wajah istrinya.
"Kenapa? Kamu marah?" ejek istrinya.
Juhandono ngga menggubrisnya.
Mungkin nanti dia akan bertanya pada Emily tentang kejadian yang dilaporkan istrinya. Dia yakin pasti ada alasannya.
"Yang harus kamu pikirkan bagaimana hubunganmu nanti dengan Pak Nathan setelah putranya mengadukan kelakuan kasar putrimu," ketus istrinya sebelum beranjak pergi.
Juhandono mengabaikannya.
Masalah anak muda, dia yakin kalo Nathan ngga akan mencampur adukkannya dengan bisnis mereka.
Dari pada memikirkan reaksi Nathan, Juhandono lebih khawatir dengan reaksi orang tuanya. Mereka setali tiga uang dengan istrinya. Pasti akan menghujat putrinya. Mungkin juga akan ikutan menampar Emily, seperti istrinya.
Juhandono menghela nafas panjang.
Dia terpaksa mengambil keputusan berat ini.
"Wira......," panggilnya saat pengawalnya sudah mengangkat telpon darinya.
"Ya, tuan."
"Carikan Emily apartemen di dekat kampusnya."
Hening.
"Baik, tuan."
"Kabari istrimu untuk mengemasi baju baju dan buku buku Emily. Emily jangan pulang ke rumah dulu."
"Siap, tuan."
KLIK
Juhandono menghela nafas lagi, kali ini lebih panjang.
Dia terpaksa mengabulkan keinginan Emily selama ini. Dia akan menugaskan Wira dan beberapa pengawal yang lain agar lebih menjaga Emily di apartemennya nanti.
rasakan kau Baron.. sekarang rasakan akibatnya mengusik calon istrinya Dewa... 😫😫
sudah tahu bakal besan juhan orang berkuasa mlh cari masalah muluk baron
kalau mereka ketemu gimana ya...
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
atau nanti Agni juga ikut-ikutan bersandiwara... buat ngetes calon menantu... he he he he ..
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan