Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29
Ferdi datang ke kampung untuk bertemu dengan Claudya, tapi sayangnya setelah dia sampai di sana Ferdi dikejutkan karena dirumah Claudya tidak ada siapa-siapa, padahal Ferdi sangat berharap ada Claudya dan ada Tuan Ibnu Abbas juga di sana.
"Tuan Ferdi," panggil seseorang yang suaranya begitu familiar ditelinga Ferdi.
"Anda masih ingat aku?" Pria itu mendekat pada Ferdi yang membuat Ferdi terkejut karena melihat pria itu lagi.
"Mau apa kamu, Rian?" tanya Ferdi marah pada Rian.
Ternyata Ferdi dan Rian saling mengenal, apa jangan-jangan Rian dekat dengan Claudya karena Rian mengenal orang tua Claudya? Apa hubungan Rian dan Ferdi? Kalian penasaran gak? Kalau nggak, ya, gak papa. Hehe canda...
"Sedang apa kamu disini?" tanya Ferdi menatap tajam pada Rian yang berdiri tanpa rasa takut pada Ferdi.
"Jangan dekati Claudya, atau kau akan tau akibatnya!" ancam Ferdi yang membuat Rian malah tertawa mendengarnya.
Rian memasukkan tangannya kedalam saku celana, dia masih tertawa sambil menatap rendah pada Ferdi.
"Aku tidak sangka, seorang pria gagah seperti mu masih berburuk sangka padaku! Aku berharap kau mati saja tuan Ferdi," seru Rian yang membuat Ferdi naik pitam.
"Beraninya kau! Ternyata mulutmu itu sama seperti mulut ibumu yang busuk itu." Ferdi menghina Rian sambil menunjuk-nunjuk ke arah wajah Rian.
"Jangan menghina ibuku, dasar biadab! Kau pria tua bangka tidak sadar sama kesalahan sendiri, dasar pria bau tanah!" maki Rian membuat Ferdi semakin kesal.
"Awas saja kau!" ancam Ferdi yang langsung pergi dari sana.
((Untuk cerita Ferdi dan Rian, Ceu othor lanjut nanti ya. Mohon di maklum karena Ceu othor lagi Malas ngebahas perselingkuhan...hehe))
**
Anjani mengambil sebuah kotak perhiasan yang tersusun rapi di dalam lemari, Anjani memberikan kotak perhiasan pada Claudya.
"Nak, ambillah. Anggap ini adalah hadiah karena kamu sudah melahirkan anak kandung William," ujar Anjani.
"Nyonya, tidak perlu repot-repot." Claudya ingin menolak tapi Anjani memaksa agar Claudya mengambil kotak perhiasan itu.
Claudya membuka kotak perhiasan itu ternyata isinya adalah satu set perhiasan yang sangat indah dengan banyaknya berlian yang bersinar untuk mempercantik perhiasan itu, kalung emas bermotif rantai bertengger indah di sana, bukan hanya itu ada gelang, anting, dan cincin juga yang sama-sama indah dengan kilauan berlian di tengahnya.
Claudya menatap pada pinggir kotak itu ternyata kotak itu terdiri dari dua tahap, Claudya menarik seutas tali dari kotak itu guna membuka isi kotak yang kedua.
Claudya membelalakkan matanya karena terkejut dengan isi dari papan yang kedua itu.
"Nyonya, benarkah ini? Tapi ini logam mulia lima gram. Nyonya, aku tidak bisa menerima ini," tolak Claudya.
"Jangan menolak, aku akan senang kalau kamu menerimanya." Anjani berucap dengan senyuman sambil mengusap lembut kepala Claudya.
Sungguh karena perlakuan Anjani yang sangat baik pada Claudya, membuat Claudya nyaman pada Anjani dan mulai merasakan kasih sayang dari seorang ibu lagi. Walaupun Claudya tidak kenal pada Anjani tapi tetap saja, Claudya sudah nyaman pada keluarga William yang terlihat sangat menghargainya, bahkan Claudya tidak melihat sedikitpun rasa benci dari tatapan orang tua William. Padahal orang tuanya sudah blak-blakan mengusirnya dari rumah.
"Tapi Nyonya, ini sangat banyak logam mulia ini ada 5 buah dan kalau di timbang mungkin ada 25 gram, ini akan sangat mahal kalau dijual. Mending Nyonya simpan saja karena aku tidak membutuhkan ini," tolak Claudya lagi.
"Ambillah, aku ikhlas dan sangat ikhlas. Jarang sekali ada perempuan seperti kamu, Claudya. Mungkin diluaran sana kalau tau sedang hamil pasti akan langsung di gugurkan, tapi kamu berbeda." Anjani mengungkapkan rasa terima kasihnya pada Claudya membuat Claudya terharu pada sikap Anjani padanya.
Claudya hanya tersenyum saja sambil menatap pada kotak perhiasan itu.
Diruang tamu...
Rasman hanya diam mendengarkan obrolan keluarga Karisa yang menyalahkan William dan Claudya, jujur saja Rasman malah ingin sekali membela Claudya sekarang karena ternyata Claudya yang dikenal sebagai wanita tidak baik justru malah mengubah pemikiran Rasman tentang itu, apa lagi sikap Karisa berbanding jauh dengan Claudya.
"Lantas, sekarang mau bagaimana?" tanya Rasman mulai berbicara setelah tadi banyak mendengarkan.
"Kami tidak mau tau, yang paling penting sekarang adalah William dan Karisa harus baik-baik saja," ujar Devi, Mamanya Karisa.
Rasman menghela nafasnya kasar.
"Tapi mau bagaimana lagi? Kami punya cucu dari Claudya, jadi mau tidak mau maka kami harus adil sama anak dari Claudya." Rasman menatap pada Karisa yang terlihat keberatan.
Tapi orang tua Karisa terlihat keberatan, tapi Rasman tidak bisa berkata lagi.
Karisa langsung berdiri dari duduknya setelah melihat Claudya dan Anjani datang ke sana, terlihat kalau Agnia saat ini sudah berlari ke arah William dan langsung duduk di pangkuan William.
"Om, lihat Nenek memberikan aku uang." Agnia memperlihatkan uang seratus ribu pada William.
William terlihat sangat terharu karena mendengar ucapan Agnia itu, baru kali ini William merasa menjadi seseorang yang gagal selama bertahun-tahun ini. Memang William kurang gigih mencari Claudya dahulu padahal kalau saja William mencari Claudya sejak lama mungkin dia bisa menemani tumbuh kembang Agnia.
"Sekarang apa lagi? Kamu sudah mengambil suamiku dan kamu juga ingin mengambil harta suamiku?" tanya Karisa yang langsung menyemprot Claudya dengan perkataan pedas.
"Astaga, Karisa!" Anjani sedikit meninggikan suaranya karena kesal pada ucapan Karisa.
William melihat Ibunya yang saat ini terlihat jelas sekali raut amarahnya di wajah itu, William mulai sadar kalau memang Ibunya itu sangat marah padahal selama ini Anjani tidak pernah marah pada Karisa walaupun Karisa melakukan kesalahan, tapi sekarang? Anjani sudah sangat marah sekali.
"Karisa, pulanglah. Aku akan pikirkan hubungan kita nantinya!" ujar William meminta Karisa untuk pulang ke rumah mereka yang tidak jauh dari sana.
Karisa membantah karena tau kalau Claudya pasti akan menginap di rumah Rasman, mengingat sekarang sudah sore dan tidak mungkin Claudya pulang sekarang ke Bandung.
"Aku mau menginap disini, aku tau kalau Claudya juga akan menginap disini kan?" tanya Karisa.
Devi menatap pada William yang hanya bisa diam saja.
"Bu Anjani, katakan sesuatu. Kalian mau kalau William dan Claudya berbuat zi nah lagi? Kalian membiarkan mereka satu rumah maka bisa saja kan kalian membiarkan keduanya untuk melakukan hal yang terlarang dahulu." Devi menatap tajam pada Anjani.
"Nyonya Devi, disini banyak orang bukan hanya ada William dan Claudya saja, kalau Karisa memang mau menginap disini maka kami tidak melarang juga." Anjani menjadi sebuah tameng bagi William dan Claudya.
"Sudah Ma, kalian pulang saja karena aku akan tidur disini bersama dengan William," ujar Karisa meminta orang tuanya untuk pulang.
Padahal mereka belum mendapatkan jawaban dari William, sejak tadi William ingin sekali mengucapkan akan menceraikan Karisa tapi Rasman seolah menghalanginya untuk berbicara.