Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.
Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.
Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17~ OM DOKTER
"Umm, kue nya enak sekali, Bunda. Bunda beli dimana, ini pasti mahal? Memangnya Bunda ada uangnya? Kan, kemarin udah bayar kontrakan."
Jihan terkekeh pelan mendengar pertanyaan beruntun putranya, sebelah tangannya telur mengusap sudut bibir Dafa yang sedikit celemotan.
"Bunda gak beli, Nak. Ini kue nya dikasih gratis sama Bos-nya Bunda. Alhamdulillah, besok Bunda sudah mulai kerja di toko kue." Jawabnya sembari tersenyum, hatinya terasa menghangat melihat putranya makan dengan sangat lahap. Sejak meninggalkan rumah Fahmi, mereka berdua makan dengan seadanya. Dalam hati tak hentinya mengucapkan syukur dan terima kasih pada Nayra yang telah memberikan kue itu sebelum pulang.
"Bos-nya Bunda baik banget, pasti tiap hari bakal dikasih kue gratis, Dafa bisa makan kue enak tiap hari." Ujar Dafa.
"Gak boleh terlalu berharap begitu, Nak. Alhamdulillah hari ini kita dikasih rezeki bisa makan enak. Kita gak boleh terlalu berharap sama manusia, selagi kita sehat kita harus usaha sendiri dan selebihnya kita serahkan pada Allah."
Dafa tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang terdapat sisa-sisa cokelat kue, "Iya Bunda," ujarnya. "Bunda kok gak makan kue nya juga?"
"Bunda masih kenyang, kue nya buat Dafa aja." Jawab Jihan.
"Ya udah, ini simpan untuk Bunda makan nanti." Dafa mengambil sepotong kue lagi lalu menutup kotak kue yang masih berisi dua potong itu dan menyodorkan ke hadapan bundanya.
Jihan berkaca-kaca, ia benar-benar merasa terharu akan sikap kepedulian Dafa terhadapnya, "Terima kasih, Nak."
"Sama-sama, Bunda."
"Oh ya, kata Bos Bunda, besok Dafa boleh ikut ke toko kue."
Mendengar itu Dafa seketika bersorak, senang karena ia bisa ikut sang bunda bekerja dan tidak akan ditinggal sendirian lagi di rumah.
"Tapi Dafa nanti jangan nakal ya di sana." Pesan Jihan.
"Iya, Bunda."
.
.
.
Keesokan harinya...
"Loh, Mbak Jihan sama Dafa pagi-pagi udah rapi mau kemana?" Tanya bu Neneng yang pagi itu datang dengan membawa plastik besar berisi pakaian kotor.
"Mau berangkat kerja, Bu Neng. Alhamdulillah saya diterima kerja di toko kue." Jawab Jihan.
"Yah, padahal ini saya bawa cucian loh. Saya tungguin Mbak Jihan gak datang-datang, ya jadinya saya bawa sendiri langsung kesini. Jadi Mbak Jihan gak ambil orderan cuci gosok lagi nih?"
"Iya Bu Neng, maaf sekali ya, Bu. Duh, saya jadi gak enak, Bu Neng sudah repot-repot bawa cucian kesini." Ujar Jihan sembari mengatupkan kedua tangannya.
"Padahal saya suka banget loh sama hasil cuciannya Mbak Jihan, bersih banget. Tapi gak apa-apa deh, saya ikut senang Mbak Jihan sudah dapat kerjaan tetap, selamat ya."
"Terima kasih, Bu. Sekali lagi saya minta maaf, kalau begitu kami berangkat dulu ya, Bu." Pamit Jihan sembari menggenggam tangan putranya.
"Dafanya ikut ya?"
"Iya Bu Neng, Alhamdulillah Bos saya memperbolehkan bawa anak."
"Syukurlah kalau begitu, kasihan juga Dafa nya kalau ditinggal sendirian. Ya sudah, kalian hati-hati di jalan ya,"
Setelah bu Neneng berlalu, Jihan dan Dafa pun lekas berangkat menuju toko kue dengan mengendarai angkutan umum.
Beruntung jalanan tak begitu macet, sehingga tak membutuhkan waktu terlalu lama di jalan mereka pun akhirnya sampai.
"Assalamualaikum," ucap Jihan begitu masuk ke toko kue.
Nayra yang sedang melayani pembeli itu menoleh, "Waalaikumsalam," jawabnya tersenyum. "Sebentar ya." Ujarnya lalu kembali menghitung belanjaan pembeli, sesekali menoleh melihat putrinya yang rebahan di dalam stroller.
Setelah melayani pembeli, ia menggendong putrinya lalu mengajak Jihan dan Dafa duduk di kursi tunggu yang tersedia.
"Ini pasti Dafa ya?" Tanya Nayra sembari mengusap pucuk kepala anak lelaki itu.
"Iya Tante," jawab Dafa. "Tante pasti Bos nya Bunda ya, yang kemarin kasih kue?"
Nayra tersenyum, "Iya. Gimana, kue nya enak gak?" Tanyanya.
"Enak banget Tante, makasih ya Tante udah kasih gue gratis. Semenjak Dafa sama Bunda udah gak tinggal bareng Ayah lagi, Dafa gak pernah makan kue seenak itu."
Jihan langsung bereaksi menyenggol lengan putranya serta memberi isyarat dengan gelengan pelan agar putranya itu tak berbicara demikian. Dafa pun terdiam dan menundukkan kepalanya.
Sementara Nayra merasa terenyuh mendengar ucapan Dafa. Dalam hati bertanya-tanya, apakah yang menyebabkan Jihan dan suaminya bercerai. Malang sekali Dafa, masih kecil tapi sudah harus merasakan getirnya perpisahan orang tua.
"Assalamualaikum," kedatangan seorang laki-laki menyita perhatian mereka.
Jihan menundukkan pandangannya, sementara Nayra berdiri menyambut adik sepupu suaminya itu.
"Waalaikumsalam, Ai. Tumben nih, pagi-pagi Pak Dokter mampir ke sini?" Tanya Nayra sembari terkekeh pelan.
"Tadi pas aku mau berangkat ke rumah sakit di telpon sama Mas Rian, katanya Adiva demam, ya udah aku langsung kesini dulu." Jawab lelaki yang bernama Aidan itu, dan merupakan seorang dokter spesialis anak. Sekilas ia melirik wanita berhijab dan anak lelaki yang duduk berdampingan itu, dan sepertinya ia merasa pernah melihat mereka.
"Iya, tapi Adiva udah mendingan kok, Ai. Udah gak terlalu panas seperti tadi subuh, tadinya sih Mbak juga mau ke rumah sakit kalau pegawai baru Mbak sudah datang. Eh, tapi kamunya udah keburu datang duluan."
"Ya udah Mbak, biar Adiva aku periksa dulu." Aidan lalu mendekat, ia menempelkan punggung tangannya di kening keponakannya. Suhu tubuhnya memang sudah tak terlalu panas, tapi sebagai dokter ia tetap harus memeriksa dengan teliti.
Setelah memastikan tidak ada yang terlalu mengkhawatirkan, ia pun mengeluarkan botol kecil sirup penurun panas dari dalam tasnya. Kemudian menyerahkan pada Nayra serta memberitahukan aturan minumnya.
"Terima kasih ya, Ai." Ucap Nayra.
"Sama-sama, Mbak. Oh ya, Mas Rian kemana ya, kok gak kelihatan?"
"Mas Rian ke bengkel, tadi dapat laporan kalau banyak sparepart yang mulai habis."
"Oh gitu, ya udah Mbak, aku pamit ya." Ucap Aidan.
"Ia Ai, hati-hati di jalan ya."
"Om Dokter," panggilan Dafa berhasil menghentikan langkah Aidan yang hendak pergi. Ia pun kembali berbalik dan menatap anak lelaki itu dengan intens.
"Kamu Dafa yang pernah jadi Pasiennya Om ya?" Tanya Aidan, seingatnya hanya anak itu yang pernah memanggilnya dengan sebutan om dokter.
"Iya, Om Dokter." Jawab Dafa.
Aidan tersenyum, "Pantas saja, tadi Om merasa kayak pernah lihat kamu. Kamu gimana kabarnya sekarang, sehat kan?"
"Alhamdulillah sehat, Om Dokter."
"Syukurlah, kalau gitu Om pamit dulu ya, harus ke rumah sakit sekarang." Pamit Aidan. Sebelum pergi, ia melirik sebentar Jihan yang sejak tadi hanya diam dengan pandangan tertunduk.
Setelah Aidan pergi, Nayra pun kembali duduk di tempatnya semula. "Wah, rupanya Dafa kenal sama ya Om Dokter."
"Iya Tante, waktu itu Dafa demam dan Om Dokter yang obatin Dafa."
"Alhamdulillah ya sekarang Dafa udah sehat. Ya udah, sekarang yuk Dafa ikut sama Tante. Biar Bunda nya kerja dulu." Ajak Nayra.
Dafa mengangguk, ia pun lekas turun dari tempat duduknya.
"Dafa, ingat pesan Bunda, jangan nakal dan jangan bikin Tante Nayra repot." Bisik Jihan memperingati putranya.
"Iya Bunda."
Jihan yang tenang ya jangan gugup keluarga Aidan udah jinak semua kok paling Fio aja yang rada2🤭🤭🤭
makanya Jihan jangan meragu lagi ya Aidan baik dan bertanggung jawab kok g kayak sie onta
sampai rumah langsung ajak papa Denis ngelamar ya Ai biar g ditikung si onta lagi soalnya dia dah mulai nyicil karma itu