Di bawah lampu kerlap-kerlip euforia club, Rane, si Single Mom terpaksa menjalankan profesi sebagai penari striptis dengan hati terluka, demi membiayai sang anak yang mengidap sakit jantung.
Di antara perjuangannya, kekasih yang dulu meninggalkan dirinya saat hamil, memohon untuk kembali.
Jika saat ini, Billy begitu ngotot ingin merajut asmara, lantas mengapa dulu pria itu meninggalkannya dengan goresan berjuta luka di hatinya?
Akankah Rane menerima kembali Billy yang sudah berkeluarga, atau memilih cinta baru dari pria Mafia yang merupakan ipar Billy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Paman Marc, apa kau bisa pergi ke sekolah ku nanti jika aku membutuhkan mu?"
Meski kurang paham dengan maksud Dande yang berbisik bisik padanya di depan Rane, Marc tetap mengangguk sebagai jawabannya.
"Bisa galak kan?"
Jangankan bersikap galak, mematahkan tulang atau membunuh orang saja sanggup.
"Eum ... Kenapa? Apa ada guru mu yang nakal dan kau menyuruhku untuk memukul guru mu?"
Sialan, apa sih yang dibicarakan Dande dan Marc yang berbisik bisik itu? Rane kan jadi penasaran. Melihat anaknya yang menggeleng sekarang, membuat Rane makin kepo.
"Bukan guru yang nakal, tapi ada sekelompok teman kelas yang selalu mengganggu ku. Dia selalu mengatai ku anak manja karena ke sekolah terus ditungguin Mama sampai jam pulang."
Marc melirik Rane yang duduk paling pojok sofa ruang tamu. Ia tahu kecemasan wanita itu yang rela menunggu anaknya sampai pulang karena khawatir suatu saat jantung Dande kambu tak terduga. "Apa kau sudah pernah bilang Mama mu kalau kau tak nyaman ditungguin?"
"Eum, sudah. Cuma Mama keras kepala."
"Baiklah, nanti Paman akan datang ke sekolahmu untuk menakuti mereka yang nakal. Gimana?"
Dande tersenyum puas. Lalu menatap Rane. "Oke, Mama... aku terima Paman Marc jadi Papa ku."
Rane berdecih samar melihat Dande berkedip kompak dengan Marc. Anaknya ini sangat polos, tidak tahu saja kalau pria itu meggunakan dirinya untuk mengancam. Sialnya, Rane tidak bisa berkutik untuk saat ini.
"Oke, anak manis. Kalau begitu, aku pinjam Mama mu untuk mengurus surat pernikahan. Kau di sini bersama pelayan. Tidak apa apa kan?"
"Eum, Pergilah."
Marc mengedikkan kepala, kode untuk Rane agar mengikutinya keluar.
"Tunggu dulu." Rane menahan lengan Marc tepat di teras villa. Sejurus menarik tangannya karena lirikan tajam Marc yang serasa tidak mau disentuh. "Maaf."
"Katakan cepat!' Suara Marc berubah dingin yang sebelumnya hangat di dengar Dande.
"Aku tidak percaya Dande akan aman di sini. Bisa kah dia ikut saja__ Ah, tidak jadi. Biarkan dia istirahat di sini." Rane buru buru meralat ucapannya melihat perubahan wajah Marc yang mengancam seolah olah berkata tidak mau dibantah.
Sudut bibir Marc tersungging dingin. "Sudah beberapa kali ku katakan, kalau Dande akan aman tegantung sikap mu. Jika kau membangkang, maka tau sendiri akibatnya."
Tangan Rane diam diam mengepal menahan amarah akan sikap semena-mena Marc.
***
Rane memandang nanar akte nikah yang sudah sah tercatat di mata hukum. Pernikahan di atas kertas yang ia jalani hanya untuk menyelamtkan Dande dari ancaman keji Marc.
Drrrrt...
Adanya dering telepon, membuat Rane kaget menjatuhkan dokumen itu, bersamaan Marc yang sudah tiba di belakang nya sehabis dari toilet, tanpa sepengetahuan Rane.
"Siapa yang menelpon mu sampai kau membiarkan surat nikah kita jatuh, eum?"
Rane bergegas menolak panggilan lalu menunduk meraih akte nikah tersebut. "Bukan siapa-siapa__" Drrrt... Sialaan, kenapa Billy terus menelponnya? "Eh..." Rane terkesiap, Marc berhasil merebut hape yang ada di genggamannya begitu mudah.
"Billy?" Marc melirik dingin.
"A-aku, aku tidak tau kenapa dia menelepon ku. Marc, maksudku Tuan Marc, tolong jangan berpikir negatif__"
"Aku tidak akan menghitung pelanggaran kali ini, karena suasana hati ku sedang baik. Ayo pulang."
Rane tertegun di tempat menatap punggung Marc yang sudah beranjak duluan. "Suasana hati ku sedang baik? Apa maksudnya?" Sungguh, Rane tidak bisa mengartikan dengan baik kata kata sederhana Marc. "Menikahi ku demi keuntungan Sia, dan mengorbankan masa depan nya sendiri, tidak mungkin dianggap membahagiakan bukan? Ck, dasar raja tak berperasaan."
"Apa yang sedang kau pikirkan? Buruan atau aku akan membiarkan mu berjalan sampai ke rumah!"
"Tunggu aku!" Rane bergegas berlari ke arah Marc yang sudah membuka pintu mobil, tidak mau ditinggal demi segera bertemu dengan Dande di villa Marc.
kasihan rane nanti