Bagaimana perasaan jiwamu jika dalam hitungan bulan setelah menikah, suami kamu menjatuhkan talak tiga. Lalu mengusirmu dan menghinamu habis-habisan.
Padahal, wanita tersebut mengabdi kepada sang suami. Dia adalah Zumairah Alqonza. Ia mendadak menjadi Janda muda karena diceraikan oleh suaminya yang bernama Zaki. Zaki menceraikan Zumairah karena ia sudah bosan dan Zumairah adalah wanita miskin.
Bagaimana nasib Zumairah ke depannya? Apakah dia terlunta-lunta atau sebaliknya? Yuk, cap cus baca pada cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Sekti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Gelarmu?
Saat sore, Zumairah penasaran dengan perubahan sikap yang dialami oleh Arga Dinata yang terdiam saat Zumairah menanyakan tentang mamanya.
"Enggak apa, Zuma. Mamaku pasti boleh kok kamu tinggal di sini. Kamu jangan ragu ya? Pizza-nya sihabiskan ya? Zuma, aku ada pekerjaan yang cocok untukmu. Kamu mau nggak?"
Arga berbohong agar Zumairah tidak pergi darinya. Ia takut kehilangan wanita yang membuat hari-harinya indah. Ternyata Arga juga menawarkan pekerjaan untuk Zuma agar wanita itu tidak mencari pekerjaan sendiri.
"Pekerjaan apa Arga? Saya sudah tidak mau bekerja di Resto kamu."
Julia mengira bahwa ia akan disuruh Arga bekerja di resto itu kembali.
Arga tersenyum. "Aku tahu, yang menyebabkan kamu nggak mau bekerja di Resto karena Lina 'kan? Saya sudah tahu tentang kebusukan hatinya kepadamu. Tenang saja Lina sudah aku pecat. Akan aku jadikan kamu sekretaris ku di Perusahaan yang satunya. Pokoknya kamu harus mau!"
Perusahaan Arga tidaklah satu. Beberapa cabang di bidang Property tersebar di berbagai kota. Ia bersaing dengan usaha milik Jonson. Dan Arga masih membutuhkan sekretaris yang jujur untuknya.
Julia menarik nafas. "Tapi kamu tidak sedang memecat seseorang sekretaris 'kan? Aku nggak mau kamu tidak profesional.
Arga terkekeh. "Nggak Zuma. Masih butuh satu orang sekretaris lagi. Kamu bisa 'kan? Jangan membuat saya kecewa. Terlebih, saya khawatir jika kamu di rumah sendirian. Kalau kamu bekerja sama saya. Kamu terpantau dan terlindungi," tutur Arga tegas.
Zuma tersipu. "Bisa saja kamu Arga. Memangnya saya Putri Raja. Gimana yah, kalau itu memang pekerjaan halal, saya mau saja kok. Asalkan tidak ada yang marah jika aku bekerja menjadi sekretaris."
Zumairah tidak mau lagi ada keributan jika iya bekerja. Zuma sudah kenyang akan masalah.
"Oke. Berarti kamu setuju. Nanti aku WA jika kamu sudah sehat. Zuma, aku pulang dulu ya? Rumahku nggak jauh dari sini kok. Kalau ada hal yang mencurigakan, kamu bisa telepon aku."
Karena waktu hampir petang, Arga harus pulang. Ia dan Zuma belum menjadi suami istri sehingga tidak mau berlama-lama di rumah tersebut.
Zuma mengangguk dan menatap Arga tak berkedip sampai Arga tidak kelihatan dari pintu masuk. Arga mengunci pintu tersebut.
Tidak perlu Zuma yang mengunci, karena Arga membawa kunci duplikat. Sewaktu-waktu ia bisa masuk sendiri. Namun, Arga bukanlah pria lancang. Ia akan sopan jika bertamu ke rumah orang.
Di malam itu, akhirnya Zuma di rumah sendiri setelah Arga pulang. Ia merasa lebih tenang tidak bersama dengan Jonson maupun Zaki yang berwatak plin pan.
Drrtt drrtt
Baru saja Zumairah ingin tidur, ponselnya bergetar pertanda sedang ada yang menelepon dirinya. Tidak lama, Zuma mengangkat telepon tersebut. Hatinya diliputi kegelisahan karena yang menelepon adalah Zaki Firmansyah.
Telepon pun diangkat. "Ada apa Zaki?" tanya Zuma dengan tegas kepada nomor yang bernama Zaki. Ia sedang tidak berbasa-basi.
Zaki di seberang sana menjawab. "Zuma, kamu di mana? Bolehkan saya berbicara denganmu empat mata? Saya baru saja menyelesaikan masalah dengan Naura dan keluarganya. Saya khilaf Zuma."
Terdengar suara Zaki yang memohon ingin bertemu dengan Zuma.
Zuma terkejut. "Bicara di telepon saja Mas. Cepat katakan. Jangan banyak drama," jawab Zuma dengan ketus. Ia masih sakit hati dengan Zaki karena pria itu sudah mengkhianati cintanya.
"Aku ingin memperbaiki pernikahan kita. Mas janji, akan setia denganmu dan tidak berselingkuh lagi," tutur Zaki yang mengutarakan unek-uneknya saat ini.
Zuma tersenyum sinis. "Aku sudah nggak percaya denganmu, Mas. Biarkan aku terbang bebas mencari ketenangan. Semuanya sudah telat. Aku akan menggugat kamu cerai, Mas. Persiapkan itu. Aku nggak mau tersiksa seperti ini. Kamu sekarang di mana Mas? Kapan-kapan aku akan mengirimkan surat perceraian itu!"
Zuma dengan tegas menolak Zaki untuk memperbaiki hubungan pernikahan mereka. Emangnya Zuma wanita gampangan? Sudah tersakiti satu kali, maka, tidak ada kesempatan kedua untuk memperbaiki. Rasa hambar, itulah yang dirasakan Zuma kepada Zaki saat ini.
"Zuma. Tolong, kamu jangan menggugat aku cerai. Mas khilaf. Ternyata Mas masih mencintaimu," suara Zaki terdengar sendu dan tak mau perceraian terjadi di antara dia dan Zumairah.
"Keputusanku sudah bulat Mas! Nggak bisa diganggu gugat! Kamu sekarang di mana Mas!"
Zumairah ingin segera menyelesaikan masalah perceraian dengan sang suami.
"Aku di rumahku. Aku hampir masuk penjara gara-gara Naura! Kita ketemuan yok? Mas sudah kangen ini? Mas nggak nafsu makan memikirkan kamu terus. Aku pun juga bolos kerja tiga hari!"
Zaki sedang kalut memikirkan Zumairah yang pergi. Ia belum tahu keberadaan Zumairah di mana.
"Aku sudah nggak peduli denganmu, Mas. Dulu kau tega mengusirku. Kok, kamu plin plan? Sudah, ya aku akhiri teleponnya."
Karena Zaki merengek-rengek kepada Zuma agar rujuk kembali, akhirnya Zuma memutuskan sambungan telepon.
'Tuhan, Zaki itu pria macam apa sih? Nggak boleh apa, lihat orang tenang dan bahagia sedikit. Semoga proses perceraian ini cepat selesai. Ah, baiknya aku tidur. Kepalaku pusing,' batin Zuma yang kesal kepada perubahan sikap Zaki yang tidak konsisten.
Karena baru dari rumah sakit, Zumairah ingin tidur agar cepat pulih.
***
Pagi harinya
Julia sudah bangun dari tidur. Ia akan ke dapur untuk membuat sarapan ala kadarnya. Tidak lama ia hanya membuat nasi goreng terasi kesukaannya. Dua puluh menit ia sudah memasak nasi goreng tersebut.
Saat tengah menikmati nasi goreng buatannya, ada seseorang yang menggedor pintu rumahnya. Ia segera mengintai dari balik gorden siapa gerangan orang yang berani menggedor rumahnya.
Saat dilihat, ternyata seorang ibu-ibu berparas cantik yang memakai gaun warna merah selutut.
'Siapa dia? Apa harus aku buka? Tapi aku sangat takut,' batin Zuma yang bimbang apakah ia akan membuka pintu tersebut atau tidak.
"Cepat buka pintunya! Di situ ada orang 'kan?"
Karena wanita itu bernada nyaring, akhirnya pintu pun ia buka. Saat dibuka, wajah sinis memandang Zuma.
"Kau tinggal di rumah siapa, wanita murahan! Apa kau tak sadar, kau tinggal di rumah Arga Dinata. Anak saya yang seorang pengusaha ternama. Kamu siapanya?"
Sangat nyaring suara wanita itu hingga membuat Zuma terkejut tidak karuan. Batinnya tersiksa kembali.
"Maaf, saya bukan wanita murahan. Apakah ini benar orang tuanya Arga Dinata?"
Zuma memastikan bahwa wanita yang ada di depannya adalah mamanya Arga Dinata.
"Ini identitas saya!"
Wanita paruh baya itu menyodorkan kartu identitasnya. Dan benar, ia adalah ibu kandung seorang Arga Dinata. Di kartu identitasnya tertulis nama 'Reva Dinata'.
"Maaf, saya hanya disuruh oleh Arga tinggal di sini," ucap Zuma dengan lirih sambil menatap wanita itu dengan berkaca-kaca.
Wanita itu mendongakkan kepala sambil berkacak pinggang. "Cepat kemasi barang-barangmu dan pergi jauh dari tempat ini! Apa gelarmu? Hanya wanita miskin 'kan? Enak saja numpang di rumah orang!" ujar wanita itu dengan pongah. Ia sangat benci dengan rakyat jelata seperti Zumairah Alqonza.
Apakah yang terjadi? Apakah Zuma akan pergi lagi?