menceritakan tentang seorang gadis yang menyimpan hati pada seorang anak laki laki yang saat kecil dia jumpai. Hingga besar pun,gadis kecil itu masih mencintai laki laki itu.
gadis itu bermimpi ingin menjadi pasangan hidup si laki laki itu,dan yah impian nya terwujud kan. Namun sayang tuhan mempersatukan nya dengan cara yang salah,gadis itu menikah bukan karena cinta melainkan karena kesalahan satu malam.
akankah pernikahan mereka bisa bahagia? atau berakhir dengan nestapa karena hubungan yang mereka jalani berawal dari sebuah kesalahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon h.alwiah putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7.garis dua
Diam diam zea pergi ke apotek untuk membeli sesuatu,zea menggunakan pakaian serba hitam dengan masker dan juga kacamata hitam untuk menutupi identitasnya agar tak di kenali.
Jaga jaga jika dia bertemu dengan orang yang dia kenal. Sepulangnya dari apotek zea langsung pergi ke kamar mandi.
"Ya Allah,semoga apa yang aku pikirkan tak terjadi."ucap zea menggenggam sebuah alat persegi panjang.
Dia pun melakukan sesuatu sesuai dengan instruksi dari bungkus barang yang tadi dia beli.
Beberapa menit dia menunggu hingga keluarlah hasil nya yang menunjukan dua garis merah.
Degh
Saat melihat dua garis itu,zea langsung terdiam lututnya terasa lemas. Hatinya terasa sesak seperti di tusuk ribuan pisau.
"Enggak ini pasti salah."zea pun kembali mengulang pengecekan nya, dengan alat dengan merk yang berbeda.
Tadi zea sempat membeli beberapa alat tes kehamilan,dari mulai yang termurah sampai yang paling mahal.
Sudah sepuluh testpack yang dia gunakan dan hasilnya menunjukkan hasil yang sama,dua garis merah.
Zea menjejerkan semua alat tes kehamilan itu,air matanya tak lagi bisa di bendung. Baru saja dia sedikit pulih dari keterpurukan nya karena kejadian dua Minggu lalu,kini kembali mendapatkan luka yang teramat sangat.
Zea meremas perutnya sendiri. "Kenapa,kenapa kamu harus hadir disini. Seharusnya kamu tak ada."ucap zea.
Air matanya semakin deras mengalir. Dia memukul mukul perutnya sendiri,menjambak rambut nya untuk meluapkan emosi dan kekecewaan nya.
"Kenapa,kenapa ini harus terjadi sama aku."zea terus meraung,menangis di dalam kamar mandi.
Merutuki nasibnya sendiri,zea linglung dia tak tau apa yang harus dirinya lakukan. Bagaimana jika kehamilan nya ini diketahui oleh keluarganya.
Bagaimana nasib zea kedepannya, terbesit di dalam benak zea untuk menggugurkan janin yang tengah ia kandung.
"Apa aku gugurkan saja dia, dia masih kecil aku tak mau mengorbankan masa depan ku."monolog zea di tengah keterpurukan nya.
Baru saja dirinya sedikit pulih dari kejadian dua Minggu yang lalu,kini dirinya harus kembali terpuruk mengetahui fakta dirinya telah mengandung,benih dari laki laki brengsek yang telah merenggut kesuciannya.
****
Dua minggu setelah mengetahui dirinya tengah mengandung,zea kembali menutup diri. Yang tadinya akan cuti kerja selama dua Minggu kini bertambah menjadi satu bulan.
Karena tak ingin terus berlarut larut dalam keterpurukan, apalagi atasan nya di kantor sudah terus menelpon agar dirinya masuk kerja, karena ada projek yang harus dia selesaikan.
Jadilah hari ini zea pergi ke kantor, sebelum pergi dia sarapan terlebih dahulu bersama dengan keluarga nya.
Namun baru saja dia tiba di ruang makan,bau makanan yang sudah tersaji di meja makan membuat dirinya mual.
Huek huek
Karena tak tahan dengan bau nya zea berlari ke wastafel lalh memuntahkan cairan bening.
Setelah puas muntah dia pun kembali ke ruang makan dengan telapak tangan menutupi hidungnya.
"Lo kenapa?"tanya Riska.
"Gue gak suka bau nya,terlalu menyengat gue gak makan itu. Gue makan roti aja."zea mengambil roti panggang dan langsung pergi dari ruang makan itu.
"Aneh,dikit dikit mual kayak orang hamil aja, Sensitif bau."ucap Riska.
"Hust kamu ini bicara apa,jangan sembarangan."tegur Arumi.
Namun, perkataan Riska itu membuat seseorang langsung terdiam. Tingkah zea memang akhir akhir ini berubah dan membuat dirinya sedikit curiga.
"Bang mau kemana?"tanya Arumi saat melihat Felix bangkit dari duduknya.
"Mau keatas dulu,ada barang yang ketinggalan."ucap Felix lalu pergi ke lantai atas.
Tidak,dirinya bukan pergi ke kamarnya melainkan kamar zea. Sangat kebetulan sekali kamar zea tak di kunci. Felix pun langsung masuk kedalam, dirinya ingin memastikan apa yang menjadi kekhawatiran nya.
Felix mencari sesuatu sebagai berang bukti,atau penguat dari apa yang dirinya pikirkan.
Namun Felix harap apa yang dia pikirkan tak terjadi. Lama Felix berada di dalam kamar zea,dia sudah mencari ke kamar mandi, lemari,meja,laci,bahkan di bawah bantal pun dia cek.
"Ah itu mungkin prasangka ku saja,tak mungkin ze melakukan hal itu."ucap Felix lalu melangkahkan kakinya untuk pergi dari kamar zea.
Namun saat dirinya akan membuka pintu tiba tiba pandangan nya menangkap sebuah benda dari tong sampah yang terletak di samping pintu.
"Apa itu."ucap Felix lalu jongkok dan mengambil barang yang dirinya curigai,yang tertimpa sampah tisu.
Saat Felix menyingkirkan tisu yang menghalangi barang itu, matanya langsung terbelalak saat melihat beberapa barang itu ada di tong sampah.
Felix langsung mengambil semua barang itu dan melihat nya dengan teliti.
Degh
Jangan tanyakan bagaimana keadaan Felix sekarang. Tangannya bergetar saat melihat dua garis dari barang itu,yang tak lain adalah testpack.
"Enggak m,gak mungkin ze melakukan itu. Dia gak mungkin kayak gitu."sekuat tenaga Felix menepis semua pikiran negatifnya pada zea.
Padahal bukti sudah berada di tangannya,namun dirinya masih berusaha meyakinkan diri bahwa ini hujan milik ze.
Dia meyakinkan dirinya jika alat ini salah,dia percaya adiknya tak mungkin melakukan hal sekeji itu.
"Ini pasti alat nya yang salah,ya adik saya tak mungkin melakukan itu."walaupun demikian Felix mengamankan alat itu dengan memasukkan nya kedalam saku celana.
Dia akan bertanya langsung pada zea, setelah zea pulang. Dia masih akan mempercayai adiknya jika apa yang dia lihat dari alat ini semuanya salah.
"Abang harap kamu gak mengecewakan Abang dek."gumam Felix.
****
Di lain tempat saat zea sudah tiba di kantor nya,para teman teman nya langsung mendekat.
"Ze Lo sakit apa? Parah banget yah sampai gak masuk satu bulan?"tanya Johan.
"Enggak kok,sakit biasa cuman emang lama aja pemulihan nya. Hampir drop banget tapi sekarang udah biasa kok."ucap zea.
"Simpan kita berdua panik banget ze,kita mau jenguk Lo malah Lo larang."
Zea pun hanya tersenyum membalas ucapan dari kedua teman nya itu.
"Ze are you okey?"tanya Vans.
"Hemm gue baik baik aja kok."jawab zea dengan senyuman nya.
"Gue duluan yah,Bu Siska pasti udah nungguin."zea pun pergi meninggalkan kedua sahabatnya itu.
"Lo ngerasa ada yang beda gak sih sama zea?"tanya Johan sembari menatap punggung zea yang mulai menjauh dari mereka.
"Mungkin masih kurang fit,udah gak papa nanti juga kayak biasa lagi."ucap Vans yang memang merasakan hak yang sama seperti Johan.
"Apa mungkin ze ada masalah yah?"Johan masih terus bertanya pada Vans.
Johan itu bagaikan seorang Kakak bagi zea,dia sangat peka jika terjadi sesuatu pada adiknya. Kedua sahabat zea itu selalu memperlakukan zea bagaikan seorang ratu.
Selalu membuat zea tertawa bahagia,selalu ada di samping zea saat zea membutuhkannya.
semangat author💪