Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB SEPULUH
Hera pulang dengan perasaan kesal. Bisa-bisanya ada cowok bilang dia genit, niat hati hanya ngajak kenalan karena teman kelas kenapa jadi ribet dan panjang. Bikin pusing, pikirnya.
"Kamu kenapa nak? Ngedumel gitu, masuk rumah harusnya salam." ucap sang ibu dari teras rumah.
"Loh, ibu diteras?" tanya Hera heran, gara-gara marah gak jelas, dia sampai tidak memperhatikan bahwa ibunya duduk-duduk diteras rumah.
"Dari tadi ibu disini. Kamu kenapa? Pulang kok ngedumel begitu! Gak baik ya anak cewek ngedumel dijalan begitu, didengar orang nak." nasehat ibu. Akhirnya Hera dan ibu Ros masuk ke dalam rumah beriringan.
"Duduk sini dulu yuk." ajak sang ibu. "Ada apa?" ketika mereka sudah duduk dengan tenang.
"Begini bu, aku kan punya teman. Dia itu laki-laki, satu kelas ku. Dulu, waktu masih mahasiswa baru, Hera minta kenalan duluan dengannya. Nah, sekarang Hera dibilang cewek genit bu. Gimana gak kesal coba?" tanya sang anak usai menceritakan keluh kesahnya.
"Kamu ini ada-ada saja nak." jawab ibu dengan tersenyum. "Kalau begitu abaikan saja nak, kamu juga harus menjunjung harga diri, gak perlu meminta kenalan lebih dulu nak." nasehat ibu Ros.
Hera mengangguk mendengarkan. "Jadi kalau kamu suka sama cowok jangan langsung kentara, biar pun kamu menganggap dia teman tapi kamu gak perlu minta kenalan. Harus bisa jaga image." jelas ibu Rosita lagi.
"Begitu ya bu. Jadi wajar kalau dia mengatai Hera genit bu?" tanya Hera memastikan.
"Ya gak juga lah nak. Genit bagaimana sih? Memang kamu waktu kenalan bagaimana?" tanya ibu memastikan.
"Aku hanya biasa saja bu, memperkenalkan diri begitu. Hai kenalkan namaku Hera, kita satu kelas. Begitu saja kok bu, apa itu genit?" meminta pembelaan dari sang ibu.
"Kalau hanya begitu kamu bukan termasuk genit nak, itu hal yang wajar. Apalagi kalian satu kelas, memang perlu saling kenal satu dengan yang lainnya." jawab Ibu yang membuat Hera bernafas lega.
"Terima kasih ibu nasehatnya, aku jadi bisa bernafas lebih lega." ucap Hera sambil tersenyum, dia pandangi ibunya. Ya! Ibunya memang selalu ada untuknya dan wanita terbaik sepanjang hidup.
"Ya sudah, sana ganti pakaian. Jika belum makan carilah di dapur." ucap ibu mengusap kepala Hera yang mengenakan jilbab. Hera mengangguk sambil tersenyum kemudian beranjak menuju kamarnya.
Usai berganti pakaian, ponsel Hera berdering.
"Nomor baru, siapa ya?" gumamnya pelan. Dia mengambil minum di atas nakas sebelum mengangkat panggilan teleponnya.
"[Halo]" jawab Hera. Dia mendengarkan suara diseberang telepon tapi sunyi. Tidak berselang lama, ada helaan nafas kasar. "Siapa ya?" batin Hera bergidik ngeri.
"[Hera, ini aku Aldo]" ucapnya setelah cukup lama terdiam.
Deg....
"[Ada apa Aldo?]" tanya Hera masih kesal lantaran dikatakan genit.
"[Maaf, maaf atas perkataanku tadi di kampus.]" ujar Aldo menjeda ucapannya. "[Kamu mau kan memaafkan aku?]" tanyanya terbata. Dia sudah menduga jika Hera tidak akan memaafkannya.
"[Iya. Lupakan saja]" jawab Hera ketus. "[Kalau sudah aku tutup telfonnya]" ucap Hera lagi.
"[Nanti malam boleh ketemu gak?]" tanya Aldo lagi sebelum sambungan telfonnya ditutup.
"[Iya. Datang saja ke rumah]" jawab Hera ketus, langsung memutuskan sambungan sepihak.
"Aneh banget jadi orang, kemarin-kemarin diam kayak es batu. Beku! Sekarang dah mencair ya? Oh kena matahari kayaknya deh!" gumam Hera pelan. Dia yang bertanya, dia juga yang menjawab sendiri.
Hera keluar kamar untuk makan, kemudian istirahat di kamar sebelum sorenya dia ingin pergi jalan ke taman.
"Hai Hera." sapa Rika, mereka bertemu di taman tanpa janjian. "Ke taman gak ajak-ajak." ucapnya.
"Nah kan, kamu juga ke taman gak ajak aku!" jawab Hera. "Aku mau lari-lari biar sehat." imbuhnya meninggalkan Rika dan sepupunya.
"Ya dia main pergi begitu saja. Kamu mau ikut lari?" tanyanya pada sepupunya, dia sudah bersiap lari menyusul Hera.
"Gak kak, kamu saja kesana. Aku disini ya dekat penjual somay." ucap Naura agak keras karena Rika sudah berlari mengejar Hera. Naura sepupu Rika dari Kampung, dia kuliah di Universitas Andi Djema di Kota P.
"Mana Hera?" batin Rika menyusul. Cukup ramai orang berlarian di taman, apalagi jika dihari libur. Di tempat lain, Naura sibuk beli somay dan memakannya sendirian.
"Lelah juga. Istirahat dulu deh!" gumam Hera pelan. "Lupa bawa minum nih." batinnya. Tiba-tiba ada yang menyodorkan air mineral tepat disampingnya. Hera menoleh, siapakah gerangan?
"Ambillah." ucapnya sambil tersenyum manis. "Haus kan!" dia berucap lagi karena Hera tetap diam bahkan dia menatap lelaki itu dengan heran.
"Kok kamu disini? Kamu kehabisan obat ya? Makin banyak bicara." ucapnya ketus. Hera masih enggan menerima air yang diberikan Aldo, meski sudah dibuka tutup botolnya.
"Minumlah supaya lega tenggorokan." ucap Aldo lagi menyodorkan air yang sama. Selang beberapa detik dia sodorkan yang barunya, mungkin Hera gak mau minuman terbuka, pikirnya.
Belum sempat Hera menerima, datang Rika dengan mengambil botol ditangan Aldo. "Makasih banyak Aldo, pengertian banget sih." ucap Rika setelah menerima air mineral dari Aldo.
Rika meminumnya tanpa rasa bersalah. Hera menatap Rika dengan kesal, dia haus tapi gengsi. Aldo pun kesal, dia menatap Rika tajam seolah berkata. Itu bukan untukmu.
Rika bergidik ngeri, tapi masih saja berada disitu. Dia bahkan duduk disebelah kanan Hera, Aldo sebelah kirinya. "Aldo serem." batin Rika bermonolog.
"Kalian pacaran ya? Romantis amat ketemuan di taman." celetuk Rika lagi sambil melihat-lihat orang berlarian. Dia juga mencari keberadaan sang sepupu.
"Gak kok." jawab Hera cepat. Dia masih kesal sama Aldo. "Katanya mau ke rumah nanti malam, kok sekarang ada disini ini anak!" batin Hera bertanya-tanya.
"Kok kamu bisa ada disini Aldo?" pertanyaan Rika mewakili perasaan Hera yang penasaran.
"Aku tahu dari Mala." jawab Aldo singkat. Dia melirik Hera yang cemberut. Sedang yang dilirik menatap ke arah anak-anak yang sedang main bola.
"Mala? Siapa?" kepo Rika, dia menatap Hera dan Aldo bergantian bahkan sampai berdiri.
"Kamu kepo banget sih!" jawab Hera geram. Dia bangkit lalu melanjutkan lari sore yang tertunda.
"Ya, dia pergi." gumam Rika ikut melangkah dibelakang Hera. Mereka tinggalkan Aldo sendirian. "Lucu juga." gumam Aldo pelan.
"Jadi dia sering jogging? Gampang juga rumahnya dicari, hanya dia cuek sekarang gara-gara ku tolak salam perkenalannya." ucap Aldo tersenyum sendiri. Kemudian dia berdiri mengambil ponsel dalam saku celananya.
[Maaf ya Hera, jika keberadaanku mengganggumu. Aku tidak akan datang ke rumahmu jika kamu belum sepenuhnya memaafkan aku]. Pesan terkirim, Aldo berbalik meninggalkan taman menuju rumahnya.
cocok