Lorong tak berujung
Kisah ini menceritakan tentang perjalanan ke lima sahabat yang ingin mencari popularitas di dunia Chanel YouTube.
Keinginan yang tinggi ini, membuat mereka nekad masuk ke dalam lorong yang disebut angker dan konon tidak berujung.
"Nekad yang berujung maut",
Simak dan baca kisahnya di karya ku yang berjudul:
"Lorong tak berujung"
karya putri cobain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengejar popularitas
Di suatu hari, Luna, Reno, Aska, Aldi dan Adi berniat untuk mengunggah video yang menurut mereka bisa menjadi salah satu postingan yang viral di akun YouTube mereka.
Mereka pun berpikir, dan setuju untuk pergi ke sebuah desa yang terkenal dengan keangkeran nya.
Desa itu bernama desa Angka yang berarti "angkara murka'', entah siapa yang memberi nama itu, hingga kini pun masih penuh dengan misteri.
Di suatu pagi, di desa muara, ke lima sahabat ini pun nekad untuk pergi ke desa sebelah yang bernama desa Angka.
"Mau kemana kalian pagi-pagi seperti ini."
Ujar salah seorang petani yang kenal dengan orang tua mereka.
"Mau ke desa Angka pak, sekalian pak, senyum sedikit pak, bapak lagi masuk di Chanel YouTube kita pak."
Ujar Reno yang justru merekamnya.
"Astaghfirullah, jangan kesana!!!, apa lagi kalian berlima, sebaiknya jangan di lanjutkan."
Ujar si petani yang melarang mereka untuk pergi.
"Memang nya kenapa kalau berlima pak?, justru bagus, hotel berbintang lima saja mahal."
Jawab Aldi yang justru menganggap itu sebagai candaan.
"Hus!!!, jangan ngeyel kalian, cepat pulang ke rumah!!."
Ujar si petani yang masih tetap melarang mereka.
"Kita bukan ayam paman, main hus saja."
Ujar Aldi yang justru tertawa bersama dengan Adi.
"Kita tidak percaya dengan hal yang begituan, jadi tidak perlu berlebihan."
Ujar Reno yang langsung mengajak mereka pergi.
"Kalau tidak percaya, kenapa kalian justru ingin kesana?."
Tanya si petani yang masih mengejar mereka.
"Cuma cari followers saja pak, siapa tau followers kita melonjak tinggi jika kita mencari informasi disana."
Ujar Reno yang masih memegang kamera di tangan nya.
Petani pun akhirnya menyerah, dan membiarkan mereka pergi, hanya saja petani itu berniat untuk memberi tahu pada ayah mereka jika sampai sore hari mereka belum kembali pulang.
Reno pun langsung melambaikan tangan nya pada si petani, yang ternyata teman baik ayah nya.
"Aduh,,, sudah susah di kasih tahu ini anak, kasihan sekali kamu Andi."
Ujar petani yang berbicara sendiri.
Di tengah perjalanan
"Reno!!!, sebaiknya kita tidak usah ke sana, aku merasakan hal yang aneh dari tadi."
Ujar Luna yang merupakan pacar Reno.
"Sama Luna, aku juga merasakan hal yang sama seperti kamu, seperti ada yang melarang kita kesana."
Ujar Aska yang berperasaan sama dengan Luna.
Ternyata, Luna melihat seorang nenek-nenek yang menggelengkan kepalanya, seakan mengatakan jika Luna tidak pergi ke sana.
"Itu hanya perasaan saja Luna, pasti kepikiran bapak yang tadi kan?."
Ujar Reno yang memeluk tubuh Luna.
"Tapi Reno, aku melihat sendiri, ada nenek-nenek yang melarang aku kesana."
Jawab Luna yang ketakutan saat itu.
"Mungkin itu pertanda Luna?."
Ujar Aska yang langsung melihat ke arah sekeliling nya.
"Aihhhh,,,, takhayul Luna, jangan percaya dengan ucapan Aska,dia hanya menakuti kamu."
Ujar Aldi yang melihat wajah Aska dengan tatapan mata yang tajam.
"Aku hanya bicara, tidak perlu marah juga."
Jawab Aska yang tidak nyaman saat di lihat oleh teman temannya.
"Kalau kalian tidak mau ikut pulang saja sana!!, kita juga tidak butuh kalian berdua."
Ujar Adi yang langsung menarik tangan Reno dan Adi.
Luna dan Aska pun saling bertatapan mata, mereka bingung antara ikut atau tidak.
"Ayolah sayang, tenang saja, aku akan menjaga kamu, jadi tidak perlu takut."
Ujar Reno yang kembali lagi menjemput Luna dan Aska.
"Ayolah ka, jangan penakut begitu, masa jagoan takut dengan hantu."
Ujar Reno yang juga membujuk Aska untuk ikut.
Aska dan Luna pun akhirnya ikut berjalan bersama, aneh nya, desa yang begitu dekat justru terasa jauh dan menghabiskan banyak waktu.
"Ya elah, kirain dekat, ternyata jauh."
Ujar Aldi yang baru sadar jika perjalanan mereka sangat jauh.
"Aku pernah kesini dengan ayahku, sepertinya kita salah jalan, setahuku hanya setengah jam jika kita berjalan kaki."
Ujar Aska yang ternyata pernah datang ke sana.
"Jadi kamu pernah kesini, bagus lah kalau begitu, jadi kita tidak perlu takut lagi."
Ujar Reno yang ternyata sedikit merasa takut.
"Hmmm, ternyata kamu juga takut Reno?."
Ujar Aska yang tersenyum pada Reno.
"Sedikit, tapi tenang, buktinya kamu juga masih hidup sampai sekarang."
Jawab Reno yang tersenyum pada Aska.
Aska pun hanya tersenyum dan terus berjalan bersama dengan teman temannya.
Warung satu
Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak di warung yang mereka lewati.
"Kita istirahat dulu, sekalian isi bensin, perut ku sudah lapar."
Ujar Reno pada teman temannya.
"Tunggu, sepertinya tidak ada warung disekitar sini."
Ujar Aska yang merasa aneh dengan adanya warung yang ada didepan matanya.
"Tidak ada warung bagaimana, apa kamu sudah pernah kesini?."
Ujar wanita setengah baya yang keluar dari warung itu.
"Belum bu, kita belum pernah kesini, teman saya memang sok tau bu."
Ujar Adi yang langsung menjawab pertanyaan dari pemilik warung itu.
Semua nya pun memesan makanan, aneh nya, semua makanan hampir tersedia di sana.
"Ka, pesan lah sesuatu, jangan sampai kamu kelaparan nanti."
Ujar Reno yang akan memakan mie kuah kesukaan nya.
"Aku tidak lapar, kamu saja."
Jawab Aska yang melihat Aldi dan Adi yang begitu lahapnya memakan semua yang mereka pesan.
Reno pun melihat Luna yang juga tidak ikut makan, seperti nya Luna percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Aska.
"Bagaimana ini, aku tidak jadi makan, apa yang harus aku lakukan."
Ujar Reno yang berbisik ditelinga Aska.
Belum juga menjawab, Aldi dan adi pun langsung berebut makanan yang di pesan oleh Reno.
"Buat aku, kamu yang itu saja."
Ujar Aldi yang langsung mengambil mangkok mie instan milik Reno.
"Kenapa mereka tidak kenyang-kenyang, padahal sudah banyak yang mereka makan."
Ujar Luna yang langsung memegang tangan Reno.
Bulu kuduk Aska pun langsung berdiri, saat ibu pemilik warung mendatangi nya.
"Sudah makan nya?."
Tanya ibu pemilik warung yang melihat tumpukan piring kosong yang ada diatas meja mereka.
"Sudah bu, sekalian bu, kita salam-salam buat para fans kita bu, kalau disini ada warung yang super enak."
Ujar Adi yang langsung mengambil kamera yang ada dileher Reno.
Setelah selesai mengambil gambar, Aldi pun langsung membayar semua biaya yang mereka makan,
"Berapa bu semuanya?."
Tanya Adi yang langsung mengambil dompet nya.
"Tidak usah di bayar, justru ibu senang jika ada pelanggan baru yang datang."
Jawab ibu pemilik warung dengan wajah nya yang kini berubah menjadi makhluk yang menyeramkan.
"Aghhh,,,,, aghhh,,,,''.
Teriak kompak mereka berlima yang langsung berlarian.
"Aku tidak percaya, lantas apa yang aku makan."
Ujar Aldi yang langsung memegang perutnya yang diikuti oleh Adi.
Rumah kosong
Hari sudah mulai gelap, mereka pun akhirnya bersembunyi di sebuah rumah yang besar, mereka berharap jika ada seseorang yang tinggal di sana.
"Apa kita sudah jauh dari warung itu?."
Tanya Luna yang lelah setelah beberapa lama berlarian.
"Sepertinya sudah jauh, sebaiknya kita minta tolong saja."
Ujar Adi yang melihat rumah besar yang sudah ada didepan matanya.
"Aska!!!, kamu kenapa, apa kamu melihat sesuatu?."
Tanya Luna dan Reno yang hampir bersamaan.
"Agh,,, sakit sekali,,".
Ujar Aska yang tiba-tiba merasakan sakit di kakinya.
"Apa kamu terjatuh saat berlari tadi?."
Tanya Reno yang langsung memeriksa kaki Aska.
Sementara itu, Aldi dan Adi justru masuk ke dalam rumah itu, sementara tangan Aska menunjuk ke arah mereka.
"Aska,,, bicara lah,,ada apa?."
Tanya Luna yang khawatir saat melihat Aska yang tiba-tiba tidak bisa berbicara.
Tiba-tiba, hujan turun dengan derasnya, membuat Reno dan Luna langsung mengangkat tubuh Aska dan masuk ke dalam rumah besar itu.
Apa yang akan terjadi pada mereka?
Penasaran kan,,,,
Tunggu di bab berikutnya.
lanjut kak
semangat terus
merinding