Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Suasana di meja teh terasa canggung.
Terutama karena sebagian besar ingatan Wang Lu telah kembali. Menyadari pedang Yu Fengmu dicabut dari anggota tubuhnya, melihatnya saja sudah membuat Wang Lu merasa getir.
Wang Lu bergerak gelisah di tempat duduknya.
Yu Fengmu tertunduk kikuk di seberang meja.
Wang Wu sudah menghilang setelah sebelumnya mengatakan dengan cepat dan salah tingkah, bahwa ia tak akan menggangu mereka.
Entah siapa sebenarnya di sini yang merasa mengganggu atau sebaliknya. Yang jelas kedatangan Yu Fengmu memang tidak di waktu yang seharusnya.
“Itu…” Wang Lu dan Yu Fengmu berkata bersamaan. Lalu keduanya terdiam.
“Begini—” kata keduanya lagi setelah sejenak terdiam, lagi-lagi secara bersamaan. Lalu keduanya terdiam lagi.
Pada akhirnya tidak satu pun dari kedua pemuda itu tahu apa yang harus dikatakan.
Kekakuan itu akhirnya mencair setelah keduanya sepakat untuk turun gunung dan berjalan-jalan di kota.
“Hari ini aku yang mentraktirmu,” kata Wang Lu. Tapi sebelum itu, ada hal yang perlu kulakukan, katanya dalam hati.
Niatnya, ia ingan menjual Pil Siluman yang didapatkannya kemarin, kemudian menebus barang-barang gurunya di pegadaian, sisanya untuk mereka makan dan bersenang-senang.
Seharusnya mudah jika semuanya berjalan lancar.
Tapi dunia ini tampaknya terlalu sempit, selalu bertemu musuh di mana-mana.
Baru saja melewati gerbang kota, seorang shashou sudah menghadang mereka.
Mula-mula terdengar alunan seruling mistis yang familier, kemudian seorang wanita berpakaian serba hitam muncul entah dari mana, lengkap dengan jubah bertudung namun tidak mengenakan masker karena mulutnya disumpal bilah seruling. Wajahnya dirias pucat dengan perona mata dan lipstik warna hitam. Auranya juga berwarna hitam. Satu-satunya yang berwarna cerah hanyalah iris matanya yang menyala merah. Kemunculannya membuat suasana sekitar terasa mencekam.
Langit mendadak gelap ketika wanita itu melayang turun dari atap sebuah bangunan sambil meniup seruling. Rambut dan jubahnya melecut-lecut di sekeliling tubuhnya bersama aura gelap yang tampak seperti asap.
Orang banyak tersentak dan berlarian menjauhinya sambil berteriak ketakutan.
Wang Lu dan Yu Fengmu membeku di tempatnya masing-masing.
“Ini dia tingkat sembilan?” desis Yu Fengmu dengan suara tercekat.
Wang Lu mengepalkan tangannya. “Shi-ya,” bisiknya dengan dengan rahang mengetat. “Inilah tingkat sembilan!”
Wanita itu menurunkan seruling dari mulutnya dan menyeringai. Kemudian melipat kedua tangannya ke belakang dan melayang ringan ke arah Wang Lu. “Anak Muda… wǒ láile!” desisnya dengan senyuman licik. Suaranya terdengar seperti desau angin di tebing-tebing. Tubuhnya melayang diam setinggi kepala, merunduk mencondongkan wajahnya ke arah Wang Lu.
Yu Fengmu bersiap mencabut pedangnya, tapi dengan cepat Wang Lu merentangkan sebelah tangannya di depan pangeran itu merintanginya.
Wang Lu melangkah ke depan menghadang wanita itu menutupi Yu Fengmu.
Yu Fengmu mengerjap dan tergagap.
“Nyonya! Apa aku mengenalmu?” celoteh Wang Lu berbasa-basi, sekadar mencoba mengalihkan perhatian ke arahnya.
Wanita itu mendengus dan tersenyum sinis. “Menurutmu?” pancingnya. Kemudian mengangkat seruling ke mulutnya dan meniupnya lagi.
Badai kegelapan mengendap turun dari langit seperti pusaran asap hitam, dan semua orang tersapu dalam teriakan.
Para wanita menjerit seperti orang gila, membuat dunia seakan kiamat.
Seorang pemanggil? pikir Wang Lu.
Pemanggil adalah ahli sihir yang dapat memanggil arwah dan bencana alam.
Seulas senyuman miring tersungging samar di sudut bibir Wang Lu, diam-diam ia mengembangkan jemari tangannya di sisi tubuhnya membentuk cakar, kemudian melontarkan gelembung air ke arah wanita itu yang dalam sekejap langsung membengkak seratus kali lipat dan menelan wanita itu.
Suara seruling teredam, dan badai kegelapan berangsur-angsur hilang.
Wanita itu terbelalak di dalam gelembung besar itu, tidak memperkirakan bentuk serangan itu karena terlalu meremehkan. Sihir apa ini? pikirnya. Kemudian mengayunkan serulingnya untuk menghancurkan gelembung itu.
BLAAARRR!
Gelembung itu berhasil dipecahkan, namun pada saat bersamaan, Wang Lu juga melontarkan ilusi pedang dari elemen yang sama ke arah wanita itu.
SLASH!
Wanita itu tersentak dan tidak sempat mengelak.
JLEB!
Pedang transparan itu menancap telak di perut wanita itu dan menembus ke punggungnya.
Wanita itu terperangah dengan tatapan ngeri sementara tubuhnya terhempas ke belakang dengan perut tertekuk.
Yu Fengmu terkesiap.
Semua orang tercengang bersamaan.
Sejak kapan kekuatannya meningkat lagi? pikir Yu Fengmu dengan ngeri. Bukankah dia baru siuman hari ini?
Yu Fengmu tidak tahu, sebenarnya Wang Lu hanya mendapatkan kembali ingatannya.
Wang Lu melesat dari tempatnya, menyambar seruling yang terlontar dari genggaman wanita itu.
BRUAAAK!
Wanita itu terjerembab membentur dinding benteng dan merosot ke bawah dengan tubuh terkulai dan tidak bergerak lagi.
“Sudah selesai?!” pekik seseorang bernada tak yakin.
Lalu orang banyak mulai bergumam di sana-sini.
Wang Lu mendarat di depan Yu Fengmu dan mengedar pandang, kemudian melirik sekilas ke arah wanita itu.
Kelemahan seorang pemanggil adalah tepat ketika sedang dalam proses pemanggilan.
Wang Lu tak ingin ambil risiko menunggu sampai ia selesai. Bagaimanapun wanita itu sudah tingkat sembilan. Jika ia tidak menyelesaikannya dengan cepat, ia tak bisa menjamin mereka bisa menghadapinya.
Yu Fengmu menatap wanita yang tergolek itu tanpa berkedip, kemudian menelan ludah dengan susah payah dan melirik Wang Lu dengan ngeri.
Bocah tengik itu hanya cengar-cengir sembari menjejalkan pusaka jarahannya ke dalam kantong penyimpanannya.
Beberapa saat kemudian, Wang Lu dan Yu Fengmu sudah berada di pusat kota, dan singgah di Balai Dagang Zuànshí.
“Untuk apa kau datang ke sini?” tanya Yu Fengmu.
“Balai Dagang Zuànshí merupakan salah satu asosiasi pedagang terbesar di Tianyuan,” jelas Wang Lu. “Semua benda langka di dunia dikumpulkan di sini.”
Tianyuan adalah nama kekaisaran di mana mereka tinggal sekarang.
“Mau beli atau jual?” sambut si pemilik toko tanpa mengalihkan perhatiannya dari sempoa di tangannya.
Wang Lu mengeluarkan dua buah Pil Siluman dari kantong penyimpanannya dan meletakkannya di meja kasir di depan pemilik toko.
Pemilik toko itu berhenti menghitung, kemudian menatap kedua pil itu dengan terkesiap. “Pil Siluman tingkat lima dan tujuh?” serunya dengan antusias. Lalu buru-buru menurunkan sempoanya, dan memeriksa kedua benda itu.
Pil Siluman tingkat tujuh? pikir Yu Fengmu merasa familier. Lalu teringat Serigala Raja yang ditemuinya di hutan berburu monster. Ternyata dia juga menyimpan pilnya? Tapi dari mana datangnya Pil Siluman tingkat lima? Lalu ia teringat bangkai monster harimau di tempat mereka bersitegang dengan Wang Yu. Apakah… dia juga yang membunuhnya?
“Tentukan harganya!” tegas Wang Lu tak ingin berbasa-basi.
“Ini… merupakan salah satu produk terbaik dari yang terbaik,” tutur pemilik toko dengan menggebu-gebu. “Untuk yang tingkat lima, bagaimana kalau kuberi harga 20 tael emas dan 80 tael emas untuk yang tingkat tujuh?”
“Katakan sekali lagi?” geram Wang Lu dengan raut wajah dingin.
Yu Fengmu mengerling ke arahnya dengan mata terpicing. 100 tael emas juga tak puas? pikirnya tak mengerti.
Seratus tael emas setara dengan sepuluh ribu tael perak atau sembilan juta Yuan.
“Hǎo, hǎo! 30-90?” Pemilik toko menambahkan cepat-cepat.
“Hmm?!” Wang Lu menggeram lagi.
Yu Fengmu semakin memicingkan matanya. Masih belum puas?! batinnya tak habis pikir.
“Ah—haha! Tuan Muda, Anda jangan marah!” Pemilik toko tertawa dengan gugup, kemudian membungkuk dengan kedua tangan tertaut di depan wajah. “Jika dirasa masih kurang, kita masih bisa membicarakannya lagi. Tapi…”
“Ah, sudahlah! Tidak perlu!” potong Wang Lu cepat-cepat. “Akan kujual! Di rumahku masih banyak,” katanya tanpa beban.
Yu Fengmu terbelalak. Masih banyak? pekiknya dalam hati. Seketika lupa temannya suka membual.
Wang Lu mengedipkan sebelah matanya diam-diam.
“Cih!” dengus Yu Fengmu. “Dasar tak bisa dipercaya!” gerutunya tanpa suara.
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...