"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26. KEDATANGAN BI ONA.
Nadia dan Rita segera berlari menghampiri perempuan paruh baya itu.
"Bi Ona, bangun bi," Nadia meletakkan barang bawaanya diatas lantai dan mencoba membangunkan bi Ona.
Sedikit demi sedikit mata bi Ona terbuka dan mendapati Nadia dan Rita duduk sejajar denganya.
"Nona Nadia sudah datang, maafkan bibi karena bibi sampai tertidur disini,"
"Bibi tidak perlu minta maaf seperti ini. Ayo bangun dan kita masuk kedalam, Rit, tolong bawa barang belanjaan kita biar Aku membantu bibi membawa tas beserta kopernya masuk kedalam," Nadia membantu bi Ona untuk berdiri.
"Baik Non," balas Rita dan mengambil
kantongan yang tadi Nadia letakkan begitu saja diatas lantai.
Ketiganya pun beranjak masuk kedalam toko. Nadia dan bi Ona langsung menuju kearah kamar sedangkan Rita menuju kearah dapur
untuk menyimpan barang belanjaan mereka kedalam lemari penyimpanan.
"Bi, sebenarnya apa yang terjadi, kenapa bisa bibi sampai berada di sini dan membawa koper serta barang-barang bibi?," tanya Nadia setelah keduanya sudah berada dalam kamar dan duduk di sudut pembaringan.
"Tuan dan Nyonya sudah memberhantikan bibi
bekerja di kediaman mereka. Kata mereka, tenaga bibi sudah tidak dibutuhkan lagi disana.
Bibi sebenarnya ingin pulang ke kampung tapi bibi takut ke malaman di jalan. Mau tidak mau terpaksa bibi ke mari untuk meminta bantuan
Nona Nadia agar kiranya memberi tumpangan pada bibi untuk menginap semalam dua malam di sini," ucap bi Ona dengan raut wajah sedih
sembari menunduk.
"Kenapa mereka memperlakukan bibi seperti ini. Apa mereka sudah lupa semua pengorbanan bibi selama ini selama ini pada keluarga mereka, terutama pada Mawar yang bibi rawat
mulai dari kecil sampai besar.Tapi bibi tidak usah kuatir, ada Nadia yang akan selalu menemani bibi walau apapun yang akan terjadi nanti. Soal pulang kampung, bibi tidak usah
melakukan itu. Bibi bisa tinggal di sini dan membantu kami untuk membuat kue. Nadia yakin, toko kue kita ini akan semakin laris dengan keadiran bibi, guru yang sudah mengajar Nadia membuat beberapa jenis resep kue,".
"Nona ini pandai sekali memuji bibi. Tapi apa benar Nona Nadia membolehkan bibi untuk
tinggal disini?,".
"Nadia sangat megizinkan, sebenarnya sudah lama Nadia ingin mengajak bibi kemari tapi Nadia masih enggan dengan Rudy dan Yunita. Bibi itu sudah Nadia anggap sebagai orang tua Nadia.
Bibi selalu mengerti dengan apa yang Nadia rasakan," Nadia menyandarkan kepalanya di bahu bi Ona.
"Terima kasih banyak Nona, Anda begitu baik dan tak pernah melihat orang dari derajatnya," bi Ona membelai pucuk kepala Nadia.
"Sudahlah bi, bibi tidak usah bersedih-sedih lagi. Yuk kita keluar, kasihan Rita sudah kita tinggalin di
luar sendirian," ajak Nadia memegangi pergelangan tangan bi Ona.
Bi Ona hanya mengangguk dan mengikuti langkah Nadia.
Keduanya melangkah keluar dari dalam kamar lalu menuju keruang tamu.
Keduanya kemudian duduk di sofa sembari menikmati acara tivi.
Tanpak dari arah dapur, Rita mendekat kearah mereka sambil membawa nampan berisi teh hangat dan beberapa jenis kue dalam
topleks hasil buatan mereka.
"Bi, Nona silahkan di nikmati," Rita meletakkan gelas di depan bi Ona dan juga di depan Nadia lalu membuka penutup toplex.
"Rit, duduklah, biar kalian berdua semakin akrab," ajak Nadia pada Rita.
"Rita, Ona," Rita dan bi Ona saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri mereka masing-masing.
Ketiganya pun berbincang santai hingga tidak terasa waktu berlalu begitu cepat.
"Astaga ini sudah pukul enam belas sore. Sudah saatnya Aku pulang. Tapi jika Aku pulang, kasihan bibi Ona Aku tinggalin disini sendirian, bagaimana ini?. Baiknya Aku meminta izin pada
sekertaris Ken dulu, semoga saja dia mau mengerti dan menyampaikan pada Tuan Dave tentang permasalahan yang sedang Aku
hadapi," Nadia bangkit dari tempat duduknya dan mengambil handphone di dalam tasnya.
"Kalian berbincang-bincanglah sejenak. Aku mau menelpone seseorang," ucap Nadia
pada bi Ona dan Rita.
Keduanya serentak menganggukan kepala dan melanjutkan perbincangan mereka yang terlihat mulai akrab satu dengan yang lain.
Nadia pun melangkah meninggalkan mereka. Setelah dirasa sudah cukup jauh, Nadia kemudian mencari kontak sekertaris Ken.
Setelah menemukan kontak
yang dicarinya, Nadia segera menekan tombol hijau.
Lama Nadia menunggu hingga akhirnya sekertaris Ken pun mengangkat panggilanya.
"Hallo ada apa Nyonya menghubungiku?," tanya sekertaris Ken sedikit tegas dari dalam sana.
" Apa Aku boleh minta bantuan Anda sekertaris Ken?,".balas Nadia ragu-ragu.
"Boleh saja asal tidak melanggar peraturan yang sudah dibuat oleh Tuan Dave," balas sekertaris
Ken dengan Nada yang masih sama seperti tadi.
"Tolong sampaikan pada Tuan Dave kalau hari ini, Aku tidak sempat menjemput kedatanganya.
Dikarenakan bibiku lagi ada masalah. Majikanya memberhentikan dia bekerja dan dia tidak memiliki siapa-siapa lagi di kota ini selain Aku," tutur panjang Nadia pada sekertaris Ken.
"Nanti Saya beri tahu pada Tuan. Setuju tidaknya, semua di tentukan oleh beliau," balas Sekertaris.
"Terima kasih banyak sekertaris Ken, Tolong
kabari Aku lewat pesan singkat saja,".
"Baik Nyonya, Nanti Saya kirim lewat pesan singkat, keputusan dari Tuan," sekertaris Ken menyudahi sekaligus
memutuskan sambungan telepon mereka.
Setelah sambungan teleponya dengan sekertaris Ken terputus, Nadia kembali kearah sofa untuk bergabung dengan bi Ona dan juga Rita seperti tadi.
Hampir sepuluh menit Nadia menunggui pesan singkat dari sekertaris Ken, hingga handphone yang ada di tanganya seketika
bergetar tanda sebuah pesan sudah masuk.
Nadia segera membuka pesan singkat tersebut lalu membacanya.
"Kata Tuan Dav, Nyonya boleh tinggal di sana, tapi harus pulang jam delapan malam karena besok pagi-pagi sekali Anda harus menyiapkan semua kebutuhan Tuan. Jadi Jam delapan malam nanti Nyonya harus sudah ada dan berdiri di depan toko karena pak supir akan menjemput Anda pada jam itu,".
Kira-kira seperti itulah pesan singkat yang di kirim sekertaris Ken Kepada Nadia.
"Diizinkan tinggal tapi harus pulang jam delapan.Gimana ceritanya, biarlah dari pada tidak di beri
waktu sama sekali," Nadia berbicara sendiri hinggan membuat bi Ona dan Rita terbengong menatapinya.
"Ada masalah apa Nona!, sepertinya Anda beguti kesal setelah menerima pesan singkat itu?," tanya Rita.
"Cuman masalah kecil saja Rit. Rit, boleh tidak kamu menemani bi Ona bermalam semalam saja disini. Kasihan dia, pasti dia sangat
kesepian tinggal disini sendirian," Nadia sedikit memohon.
"Tidak apa-apa Non Nadia, Kalian berdua tenang saja, bibi bisa tinggal sendirian disini kok," balas bi Ona.
"Biar Saya menemani bibi semalam disini sekalian, biar bibi bisa penyesuaian diri di tempat ini. Tapi Saya telepon Ibuku dulu supaya
beliau tidak merasa kuatir. Kalau begitu Saya permisi dulu mau mengambil handphone di
dapur," Rita bangkit dari tempat duduknya dan mengisi nampan dengan gelas kosang yang
sempat mereka gunakan tadi.
"Terima kasih banyak Rit," ucap Nadia sebelum Rita melangkah.
"Sama-sama Non," balas Rita dan berlalu menuju kearah dapur.
Setelah Rita meninggalkan tempat itu, Nadia mendekat kearah bi Ona dan duduk di sampingnya.
TERUS DUKUN CERITA INI DEBGAN CARA COMENT, LIKE, DAN VOTE. DAN JANGAN LUPA IKUTI TERUS CERITA BARU SAYA DI YOUTUBE" PEWARIS TERAKHIR SANG PRESDIR" TERIMA KASIH.