NovelToon NovelToon
Oh, My Teacher

Oh, My Teacher

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Dosen / Cinta Terlarang / Nikah Kontrak / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa
Popularitas:29.4k
Nilai: 5
Nama Author: @Alyazahras

Tristan dan Amira yang berstatus sebagai Guru dan Murid ibarat simbiosis mutualisme, saling menguntungkan. Tristan butuh kenikmatan, Amira butuh uang.
Skandal panas keduanya telah berlangsung lama.
Di Sekolah dia menjadi muridnya, malam harinya menjadi teman dikala nafsu sedang meninggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Alyazahras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Istri Pamanku..

"Selamat datang, Menantu," sapa Jeyda ramah, Ibunda Tristan yang sangat anggun memesona. Meski uban dan keriput telah memberitahu berapa usianya, Jeyda masih saja terlihat bugar.

Dia bahkan menyambut Amira dengan penuh suka cita.

"Malam, Ibu," sahut Amira sopan sambil mencium tangan mama mertua dengan senyum merekah.

Matanya mengedar. Mencari Reyhan, tapi Reyhan belum terlihat di mana pun.

"Hay, Ipar," kata Rosma sambil berjalan menghampiri dan mencium pipi kanan-kiri Amira. Dia mengenakan gaun yang indah menjuntai sampai mata kaki. "Kamu semakin terlihat cantik saja."

"Ah, bisa saja. Kakak juga semakin cantik," ujar Amira tersipu malu.

"Amira, aku dengar kakimu terkilir, apa sudah baikan?" tanya Arslan-Kakak Tristan yang sudah di atas 45 tahun pun masih sangat mempesona dan tampan.

"Iya, sudah tidak begitu sakit. Kakak sehat?" tanya balik Amira.

"Sehat, sehat. Semuanya sehat di sini."

"Jeyda, Rosma, bawa menantuku duduk," ujar Osman-Ayah Tristan dengan penuh wibawa. Berbadan tinggi besar dengan perut yang buncit. Jambang yang merambat di pipi pun sudah habis dengan uban.

Jeyda dan Rosma menggiring Amira ke meja perjamuan. Tristan menarik kursi dan mempersilakan Amira duduk.

Amira terlihat tegang. Dia menundukkan wajahnya sambil terus meremas lutut.

"Amirah, apa Tristan ada menyinggungmu akhir-akhir ini?" tanya Osman perhatian sambil tersenyum dengan tatapan teduh.

Amira melirik Tristan yang sedang duduk disampingnya sambil menyeruput cocktail.

"Tidak, Ayah. Tristan memperlakukanku dengan sangat baik," jawabnya.

Tristan melirik dan memandangnya penuh cinta. Dia menyodorkan cocktail untuk Amira. Namun, Amira hanya mengangguk, tanpa meminum cocktail yang Tersitan sodorkan. Suasana hatinya sedang buruk. Dia tidak napsu makan dan minum apa pun. Yang Amira inginkan saat ini adalah kembali ke Mid Level dengan selamat.

"Makanlah sesuatu, Nak. Ayah rasa kamu jadi kurusan. Tristan tidak memberimu makanan yang bergizi?" tanyanya.

"Benarkah, Ayah? Aku kira, aku gemukan sekarang."

"Akhir-akhir ini napsu makannya jelek, bagaimana tidak kurus?" sindir Tristan.

"Ada apa, Amira? Kamu merasa tidak enak badan atau apa?" tanya Jeyda sama-sama memberi perhatian pada Amira.

"Tidak, Bu. Tristan hanya melebihkan. Napsu makanku normal kok."

"Makan sehat sehari 3 kali, baru bisa disebut normal," sindir Tristan tak mau kalah.

"Sudah, pokonya di perjamuan malam ini Amira harus makan yang banyak sampai kenyang. Ayah tidak mau di pertemuan kita selanjutnya kamu terlihat kurus lagi," kata Osman menuntut dengan nada manja.

"Baik, Ayah. Aku akan berusaha menghabiskan hidangan yang ada di meja makan, hehe ...."

"Jangan dengarkan ayah mertuamu, Amira. Makan saja yang cukup. Badan gemuk tidak baik untuk wanita," tutur Jeyda berbisik.

"Hihi, iya, Bu," bisik Amira sambil memaksakan tawanya.

Tristan mengambilkan Amira hidangan pembuka. Dia melengkapi sendok dan juga garpunya. Saat Tristan akan menawarkan diri untuk menyuapi Amira, Amira menolaknya. Dia akan melakukannya sendiri.

Satu-dua potong hidangan pembuka Amira cicipi dengan perasaan tidak tenang. Dia memperhatikan seluruh wajah yang hadir di meja makan, termasuk sang suami. Mereka tenang dan tampak bahagia, tidak sepertinya yang sedang dirundung gelisah.

"Ah, iya, ke mana Reyhan?" tanya Tristan memecah gelisah yang sejak tadi membelenggu di dalam hati Amira.

Kedua tangannya gemetar. Amira sekuat mungkin tidak memperlihatkan ekspresi tegang di hadapan semua orang.

"Oh, Reyhan masih bersiap-siap. Sebentar lagi juga turun. Katanya dia sudah tidak sabar melihat kejutan malam ini," kata Rosma.

Perkataan Rosma membuat dada Amira terasa terpukul dengan hebat. Kejutan yang Rosma maksud itu apa? Apakah dia?

Kedua tangan Amira dingin sedingin es. Tristan yang berada di sampingnya, tentu menyadari ketidakberesan Amira.

"Amirah," panggil Tristan berbisik sambil menyentuh tangan Amira yang sedang meremas lutut.

Tangannya dingiiinnn sekali dan hal itu membuat Tristan tersentak. Amira buru-buru menepis tangan Tristan.

"Amirah, tanganmu dingin sekali. Ada apa denganmu?" Tristan mulai cemas.

Amira hanya menggelengkan kepalanya.

Dia terus memaksakan diri untuk melahap hidangan pembuka. Berusaha mengalihkan fokus Tristan agar tidak melulu tertuju padanya.

Tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki menuruni tangga.

"Rey," panggil Rosma sambil merekahkan senyumnya dan menatap ke arah tangga yang berada tepat di belakang Amira.

Sekujur tubuh Amira sudah tidak bisa dikondisikan. Keringat dingin bermunculan. Wajahnya pucat sepucat mayat. Pandangan matanya pun menghitam.

Reyhan bisa melihat punggung seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang bergelombang mengenakan gaun hitam yang sangat menawan di samping pamannya. Sudah dapat dipastikan kalau wanita itu adalah istri Tristan.

"Kemarilah, Rey. Ada yang ingin kami sampaikan padamu," ujar Osman dengan suasana hati bahagia.

Langkah kaki Reyhan semakin mendekat.

Napas Amira naik turun. Dia diambang batas kemampuannya. Sudah tidak dapat ditahan lagi. Amira tidak bisa menyembunyikan rasa cemas dan takutnya.

Dia bahkan tidak sadar sedang meremas pisau steak di genggaman tangannya sampai telapak tangannya berdarah. Semua tidak ada yang menyadarinya juga tangan Amira terluka.

"Hoek!" Amira buru-buru mengambil tisu dan membungkam mulutnya.

Semua mata tertuju pada Amira. Di saat inilah mereka, termasuk Tristan baru sadar ada yang tidak beres dengan Amira. Tangannya sampai meneteskan banyak darah.

"Astaga, menantu! Tanganmu berdarah!"

"Canım (sayang), kamu ... apa yang terjadi?!" tanya Tristan cemas bukan main sampai matanya terbelalak.

"Hoek!" Amira tidak menjawab, dia terus mual-mual sambil menutup mulutnya.

"Tan, jangan-jangan istrimu hamil."

Deg!

"Hamil?" gumam Tristan.

"Tan, bawa aku keluar. Cepat! Aku tidak bisa menahannya lagi," pinta Amira sambil berbisik dan meremas perutnya dengan tangan yang terluka.

"Ayah, Ibu, aku terpaksa harus pamit," kata Tristan dengan ekspresi cemas yang sudah tidak bisa disembunyikan.

Suasana disekitar jadi menegangkan. Tidak kondusif.

"Bawa istrimu ke rumah sakit terdekat, cepat!"

"Beritahu seperti apa kondisinya pada kami semua nanti!"

Tristan mengangguk. Dia segera menggiring Amira pergi dari kediaman Ozdemir.

Reyhan memerhatikan dengan seksama kepergian pamannya dengan sang istri. Tangannya yang terluka bagian kiri dan kakinya saat melangkah sedikit terpincang-pincang.

"Astaga, ada apa dengannya?" gumam Reyhan bertanya-tanya.

"Semoga saja bukan hal buruk," kata Arslan-Ayah Reyhan.

"Dia sampai melukai tangannya sendiri. Apa rasa sakitnya tidak tertahan?" tanya Rosma cemas sampai gigit jari.

"Mual-mual seperti itu sudah biasa diawal kehamilan. Jangan terlalu mencemaskannya. Kamu seperti yang belum pernah merasakannya saja, Ros," ujar Jeyda sambil mengulum senyum.

"Ah, tapi apa mungkin dia hamil, Bu?"

"Kenapa tidak mungkin? Kamu meragukan kejantanan Tristan?" imbuh Osman.

"Ahehe, bukan begitu maksudku, Ayah."

"Ada apa ini? Wanita yang Paman bawa pergi itu istrinya?" kata Reyhan pura-pura polos, seperti kesepakatan dengan sang ibu sebelumnya.

"Astaga, kami semua keceplosan. Seharusnya Tristan yang mengatakannya," ucap Jeyda sambil menutup mulut.

Rosma diam-diam mengacungkan jempol pada sang anak. Reyhan pun membalas diam-diam dengan jari yang melingkar.

"Kakek, Nenek, bisa beritahu aku semuanya? Kalian menyembunyikan sesuatu dariku, kan? Aku rasa aku sudah seharusnya tahu apa yang terjadi dengan Paman," tuntut Reyhan, merasa tersinggung karena seluruh keluarganya main rahasia.

°°°

Di dalam mobil.

Mobil Tristan tengah terparkir di depan apotek. Tristan sedang membeli beberapa kasa dan obat merah untuk mengobati tangan Amira yang terluka.

Amira meneguk habis sebotol air mineral dengan tangan gemetar. Kedua matanya berkedut memerah panas.

Air mata tanpa sadar menetes.

Amira buru-buru mengusapnya. Membuat riasannya jadi berantakan. Hanya karena takut dan cemas, Amira seharusnya tidak boleh sampai menangis seperti itu. Namun, situasi barusan adalah situasi yang memang sulit Amira tangani.

Bagaimana jika barusan Amira dan Reyhan benar-benar dihadapkan bersama? Ekspresi seperti apa yang akan Reyhan tunjukan? Ucapan apa yang akan Reyhan lontarkan?

Apa Reyhan akan diam saja kalau dia tahu ternyata mantan kekasih yang masih amat ia cintai telah menjadi bibinya, istri dari sang paman.

...

BERSAMBUNG!!

1
Atik Dinul Qoyimah
suka heran sama novel yg ceritanya bagus.. tpi di tengah jalan gak up lagi.. sayang banget kan thor...
Gabutz
lanjut thor update yang banyak + gercep
Bagus Cahyo
lanjut
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
bukn hy guru biologi tpi laki'y itu mah klo kmu pngin tau😅
𝑸𝒖𝒊𝒏𝒂
itu mah sma aja bunuh diri atuh ray 😅😅
𝑮𝒊𝒖𝒍𝒊𝒂𝒏𝒐𝒗𝒂🌷
bukn squat jump yg ada hbis huh hah huh hahhh😄
Rubyred
panas .....lanjut yg kebih hooot....🤭🤭🤭
Rubyred
seru bagus loh ceritanya
𝑮𝒊𝒖𝒍𝒊𝒂𝒏𝒐𝒗𝒂🌷
kok jdi kya berita yg lgi viral ya, guru vs murid yg di gorontalo 😁
Aura Al
makin seru lsnjut
Aura Al
jadi keluarga sudah tau pernikahannya
Aura Al
amira oh amira ada" aja tp lama" pasti ketahuan
Aura Al
cinta segitiga jadi pusing mau dukung yg mana/Grin/
Miss_D
makin penasaran kakak
anyarai
oh, berarti amira pamit keluar kota untk krj,,
tp amira tnpa sepengetahuan ibunya dia lnjutin sekolh,,
iya kah thor
anyarai
ih suami kontrak ternyata,,, lanjut thot
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!