Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 06. Bertemu Idola
Hasna terbangun saat matahari sudah terlihat menyinari bumi. Ia menggeliat pelan.
" Ugh.... Nyenyak nya tidur malam ini."
Hasna menurunkan kakinya dari tempat tidur lalu mengambil ponselnya yang dicas. Ia melihat membuka ponsel miliknya dan matanya langsung membelalak melihat angka yang ada di layar ponsel miliknya.
" Astagfirullaah... Jam setengah 7. Ya Allaah aku belum sholat subuh."
Hasna pun berlari keluar, ia baru ingat bahwa dia keluar dari rumah diam diam tadi malam dan sekarang dia di rumah Mang Jaja.
" Mamang... Teteh... Kok nggak bangunin Hasna. Hasna kan jadi telat sholat subuh."
Titin istri dari Jaja hanya tertawa geli melihat tingkah gadis tersebut.
" Neng... Tenang... "
" Teteh ih... Tenang kumaha atuh ah , ini sudah siang."
" Kan kata neng Hasna, neng lagi dapat tamu bulanan. Semalam teteh tanya udah sholat isya apa belum neng jawabnya begitu. Lagi kedatangan tamu."
Hasna terdiam, kemudian ia menepuk kepalanya sendiri.
" Astagfirullaah, tampaknya saya mulai kehilangan diri saya setelah pengajuan judul skripsi."
Hasna berjalan gontai ke arah meja makan. Ia pun menarik kursi dan menjatuhkan bokongnya di kursi tersebut. Titin mengambilkan segelas teh hangat dan nasi uduk untuk Hasna sarapan. Dengan cepat gadis itu langsung menyeruput teh dan memakan nasi uduk pemberian Titin.
" Neng nggak mandi dulu."
" Nanti aja Teh kalau udah selesai sarapan."
Titin hanya tersenyum simpul. Hasna memang gadis yang cuek dan sedikit srembono. Ia bahkan tidak terlalu memperhatikan penampilannya.
🍀🍀🍀
Setelah mampir ke tukang fotokopi untuk mengeprint dan memfotokopi kuisioner yang sudah dia buat, kini Hasna menuju ke perusaahan Linford Transportation.
Hasna memasuki lobby dan berjalan menuju ke resepsionis. Ia sungguh grogi, khawatir dan sedikit ragu apakah perusahaan besar ini mau membantu penelitiannya untuk skripsi.
" Ada yang bisa kami bantu mbak?"
" Eh... Ini mbak.. Nama saya Hasna. Saya mau meminta izin untuk membagikan kuisioner. Kuisioner ini adalah bahan untuk penilitian tugas akhir kuliah saya."
Resepsionis itu tersenyum lalu mengambil gagang telpon dan menghubungi seseorang.
" Iya bu... Sudah datang... Baik bu."
Setelah meletakkan kembali gagang telponnya, sang resepsionis mengajak Hasna untuk mengikutinya.
"Mari mbak Hasna ikut saya."
Hasna mengangguk, jantungnya berdetak begitu cepat. Ia sungguh gugup.
Tring....
Pintu lift terbuka Hasna dan resepsionis masuk , lalu sang resepsionis menekan tombol nomor lantai paling atas.
" Maaf kita mau kemana ya mbak."
" Eh... Saya belum kasih tau ya. Kita mau ke ruangan CEO mbak. Nanti mbak bisa ketemu langsung dan menyampaikan maksud mbak Hasna."
Jantung Hasna kembali berdegub kencang. Ke ruang CEO berarti ke ruangan Silvya, seorang bisnis women terkenal yang memiliki segudang prestasi. Hasna sendiri begitu mengidolakan Silvya makanya ia ingin sekali melakukan penelitian di Linford Transportation. Hasna berpikir jika ia melakukan penelitian di LT mungkin ia akan bisa bertemu dengan idolanya.
" Ya Allaah apa Engkau benar benar sedang berbaik hati padaku. Sepertinya semua keinginanku terwujud. Tapi... Untuk menikah... Wait... Tunggu dulu ya Allaah... Hamba memang ingin segera keluar dari rumah jahanam itu tapi tidak dengan menikah juga."
Hasna bergumam selama di dalam lift, hingga suara lift terbuka.
" Bu... Ini Hasna."
Resepsionis itu segera meninggalkan lantai milik CEO LT. Di sana ada seorang wanita cantik yang sudah menunggu Hasna. Tapi itu bukan Silvya.
" Halo mbak Hasna, perkenalkan saya Gauri. Saya adalah sekertaris CEO LT."
Wanita cantik yang bernama Gauri itu mengulurkan tangannya menjabat Hasna. Hasna menerima jabatan tangan Gauri dengan sedikit kikuk.
" Halo kak... Saya Hasna."
" Baiklah mari ikut saya."
Gauri mengarahkan Hasna untuk masuk ke ruangan CEO.
Tok....tok....tok....
" Oh ayolah Q... Berhenti melakukan ini padaku."
" Pleasee Ian... Aku masih mau. Ayo...."
Suara suara di dalam ruang CEO membuat bulu kuduk Hasna meremang. Sedangkan Gauri hanya terkekeh pelan melihat reaksi mahasiswi itu.
" Q.... Stop... Ada tamu."
" Bos.... Ada mbak Hasna di sini."
" Ok Gauri persilhakan masuk."
Hasna terkejut saat melihat seorang pria tengah berjoget dengan kostum Hulk. Gadis itu ingin tertawa namun ia membekap mulutnya dengan tangan.
" Mbak Hasna kalau mau tertawa nggak apa apa. Ini tontonan gratis."
Suara Silvya begitu lembut menurut Hasna. Hasna sejenak terpana.
" Ya Allaah... Idola gue... Astaga.... Cantik banget....."
" Ekhem... Silahkan pertemuan nya dimulai. Kami permisi."
Ian segera kabur mendorong tubuh Gauri untuk ikut keluar bersamanya. Sungguh hari ini Ian sangat kesal kepada Silvya karena permintaan aneh aneh nya. Sedangkan Gauri hanya tertawa geli melihat Ian yang bersungut sungut.
" Sabar bos Ian... Harap maklum."
" Sabar sabar, kamu sih nggak ngerasain."
Kembali di dalam ruangan CEO, Silvya mempersilahkan Hasna untuk duduk. Kemudian Silvya pun ikut duduk di sofa bersama Hasna.
" Oke mbak Hasna, ada yang bisa saya bantu."
" Oh... Ini... Itu... Bu Silvya."
" Aduh... Jangan panggil bu dong. Saya kayak tua banget. Panggil kak atau apa gitu."
Hasna tertegun, ternyata CEO LT benar benar wanita yang humble. Ia merasa tidak salah mengidolakan Silvya.
" Baik ka... Maksud tujuan saya ke sini untuk meminta izin kak Silvya untuk melakukan penelitian kepada karyawan Linford Transportation dengan cara pengisian kuisioner. Ini kak kuisioner nya dan ini surat izin dari universitas."
Silvya mengambil surst izin tersebut dan sebendel Kuisioner yang sudah diserahkan oleh Hasna. Mata Silvya memicing saat melihat kop surat izin dari universitas. Ini kan universitas milik ayah, batin Silvya.
" Universitas Nusantara, kamu kuliah di sini?"
" Iya Kak saya kuliah di Universitas nusantara dan kuisioner ini nanti akan menjadi bahan untuk penelitian Tugas Akhir Kuliah saya."
" Oke... Saya terima, kamu bisa mengambilnya 3 hari lagi."
Mata Hasna berbinar mendengar ucapan Silvya. Ia merasa jalannya begitu mulus.
" Alhamdulillaah... Terimkaasih kak..."
" Ya sama sama."
Yes... Selamet... Selamet... Aman deh jadi nggak akan kena omel tuh pak Radi si dosen killer, gumam Hasna lirih namun masih bisa di dengar oleh Silvya.
" Pak Radi, dosen pemimbing kamu nama lengkapnya siapa kalau boleh tahu."
" Eh... Maaf kak.. Keceplosan tadi. Iya kak, nama dosen pemimbing saya Radian... Radian Nareen Dwilaga."
Silvya tersenyum misterius. Tiba tiba dia punya ide. Di bawah mejanya dia menyalakan sebuah rekaman di ponsel miliknya.
" Memangnya kenapa dosen pembimbing mu?"
" Itu kak, ya Allah... Dosennya killer abis kak. Datar, dingin... Macam kulkas 15 pintu. Kata temen temen dia susah banget dihadapi tapi ganteng kak. Macam aktor korea, tapi tetep nggak nahan kak killer nya. Saya cuma dikasih waktu 2 minggu untuk menyelesiakan laporan hasil kuisioner saya. Kalau telat saya bakalan ditunda sidang dan lulusnya sampai tahun depan. Alhamdulillah kak Silvya baik karena kasih saya waktu 3 hari untuk mengambil kuisioner saya kembali."
Silvya terkekeh geli. Yang pertama dia geli karena kakak iparnya dikata-katain seperti itu oleh mahasiswanya. Keduanya Silvia geli melihat Hasna bercerita. Gadis ini memang terlihat mudah akrab dengan siapapun.
" Adiknya kulkas 12 pintu dan kakaknya 15 pintu. Lebih dingin kak Radi berarti..." Gumam Silvya pelan.
TBC