NovelToon NovelToon
NASIB CLAUDIA

NASIB CLAUDIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Keluarga / Persahabatan / Persaingan Mafia / Gangster
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Widya Pramesti

Seorang gadis keturunan Eropa yang berambut sebahu bernama Claudia. Sebagai anak ketua Mafia kejam di bagian eropa, yang tidak memiliki keberuntungan pada kehidupan percintaan serta keluarga kecil nya. Beranjak dewasa dia harus memilih jalan kehidupan yang salah mengikuti jejak ayah nya sebagai mafia, di karenakan orang tua nya bercerai karena seseorang masuk ke dalam kehidupan keluarga nya sebagai Pelakor. Akibat perceraian orang tua nya, dia menjadi gadis yang nakal serta bar bar dan bergabung menjadi mafia. Dia memiliki seorang kekasih yang hanya mencintai diri nya karena n*fsu semata. Waktu terus berjalan membuat dia muak, karena percintaan yang toxic & pengkhianat dari orang terdekat nya. Dia mencoba untuk merubah diri nya jadi lebih baik, agar mendapatkan cinta yang tulus dari pria yang bisa menerima semua kekurangan dan masa lalu buruk nya serta melindungi diri nya. Akan kah ada pria mencintai dan menerima gadis ini dengan tulus? Yuk ikuti setiap bab nya! Happy reading semua 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widya Pramesti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melakukan Tes Paternitas DNA

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...--------Proses Tes DNA--------...

Kenzie dan Riana melakukan tes DNA pada saat itu juga. Tes itu dinamakan sebagai Tes Paternitas DNA, yang bisa di lakukan saat janin masih dalam masa perkembangan.

Metode tes ini di lakukan melalui usap atau swab yang di peroleh dari darah, air liur dan rambut.

Metode ini juga dilakukan pengambilan sampel dari cairan ketuban atau jaringan lain nya.

Saat itu, dokter melakukan USG 4D agar bisa melihat embrio janin dan mendengarkan detak jantung nya. Setelah itu pengambilan sampel cairan ketuban atau jaringan lain dan darah.

Kenzie juga melakukan hal yang sama, dokter mengambil sampel darah beserta air liur miliknya.

"Untuk semua sampel dan metoe tes nya sudah dilakukan dengan jelas, jadi buat kalian berdua bisa tunggu hasil nya nanti!" ujar dokter spesialis kandungan.

"Kira-kira kapan hasil nya dok?" tanya Kenzie.

"Sekitar 4 Minggu bahkan lebih dari itu, nanti saya hubungi nomor anda di formulir yang terdaftar ini" jawab dokter tersebut.

"Baik dok, saya tunggu!" seru Kenzie.

"Sebentar, ini hasil USG 4D atas nama Riana!" dokter itu menyerahkan hasil gambar USG 4D milik Riana.

Kenzie melirik hasil tersebut, mata nya membulat.

"Jadi, dia beneran Hamil?!" gumam Kenzie di dalam hati nya.

"Disitu, hasilnya normal dan janin nya sehat. Sekarang sudah mau memasuki usia 3 bulan 2 Minggu!" lirih dokter dengan nada pelan.

"Jadi, saya sudah lama hamil nya dok?"

"Tapi, kenapa ciri-cirinya baru sekarang saya rasakan?!" Riana yang terkejut mengetahui usia kandungan nya.

"Memang seperti itu, ada yang kelihatan ciri-cirinya di Minggu pertama bahkan ada juga yang sudah 3 bulan lebih baru muncul ciri-cirinya!" seru dokter spesial kandungan.

"Ooo gitu ya dok, terimakasih ya dok!" ucap Riana.

"Sama-sama!" dokter itu tersenyum ramah.

Riana dan Kenzie pamit keluar dari ruangan khusus dokter spesialis kandungan. Setelah itu mereka sedikit berdebat, karena Kenzie merasa heran.

Kenzie menarik tangan Riana dengan kasar setelah keluar dari ruangan itu.

"Kamu coba jujur sama aku, Riana!"

"Siapa sebenarnya anak di dalam kandungan mu itu?" bentak Kenzie.

"Apa sih Ken, ini anak mu!"

"Kenapa kamu gak percaya sama aku?"

"Padahal kita sudah melakukan tes nya!" timpal Riana dengan nada tinggi, semua orang yang lalu-lalang di di rumah sakit itu melihat mereka yang tengah bertengkar.

"Iya, kita memang sudah melakukan tes nya!"

"Tapi, kata dokter tadi kandungan mu sudah 3 bulan lebih Riana!"

"Sedangkan aku dan kamu baru melakukan itu dua kali, pertama tahun lalu dan kedua pada 1 bulan yang lalu!" lirih Kenzie merasa kesal dan heran.

"Bagaimana aku gak percaya sama kamu, dari usia kandungan mu saja sudah jelas berbeda jauh!" timpal Kenzie lagi yang mendecak dengan kesal.

Riana tertegun, dia tak bisa berkata apa-apa lagi. Karena kenyataannya, memang usia kandungannya lebih jauh dari hal tak senonoh mereka lakukan 1 bulan lalu.

"Ken, aku bisa jelasin!" seru Riana memegangi lengan Kenzie, tapi diri nya menepiskan tangan Riana dengan kasar.

"Cukup Riana!"

"Aku tidak ingin menjelaskan penjelasan mu sekarang!" bentak Kenzie memojokkan diri nya.

"Aku akan menunggu hasil Tes Paternitas DNA itu, karena disitulah akan menjelaskan siapa ayah biologis anak ini!" timpal Kenzie dengan mendelikkan bola matanya dengan nada kesal serta menunjukkan jari telunjuknya ke arah perut Riana yang memang sudah hampir kelihatan lumayan besar.

Riana tertunduk malu, diri nya terpojokkan. Riana hanya bisa menahan tangisannya, karena semua orang memandangi mereka berdua yang tengah bertengkar di rumah sakit.

"Aarrghhh!"

"Menyebalkan sekali!" ujar Kenzie tengah kesal, meninggalkan Riana yang masih menundukkan wajah nya itu.

Kenzie berjalan tertatih-tatih karena kaki kiri nya masih terluka, dia menuju parkiran mobil nya dan segera pergi dari rumah sakit itu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...--------Belajar Memasak di Rumah Zen--------...

Di tempat lain, Claudia dan Zen sudah sampai di rumah masing-masing.

Claudia memasuki kamar nya terlebih dahulu untuk berganti pakaian lebih simpel dan segera berjalan kaki menuju rumah Zen di samping rumah ibu nya.

Tingtong....

Suara bel berbunyi, pintu rumah Zen pun terbuka dan terlihat seorang wanita seusia Isabella yang membukakan pintu rumah tersebut.

"Kamu siapa?" tanya wanita itu dengan wajah datar.

"Oh, hallo Tante. Perkenalkan aku Claudia, teman kuliah nya Zen dan rumah ku ada di samping!" sapa Claudia serta menunjukkan rumah sang ibu nya disitu.

Wanita itu melihat rumah yang di tunjukkan oleh Claudia dan dia menggangguk mengerti.

"Oh jadi kamu anak tetangga yang di ceritakan oleh Zen?"

"Silahkan masuk dulu!" ujar wanita itu mempersilahkan Claudia masuk.

"Terimakasih tante!" seru Claudia tersenyum kepada nya.

Claudia pun memasuki rumah tersebut dengan rasa canggung, dia juga memberanikan diri untuk bertanya pada wanita yang ada di dekatnya.

"Maaf tante, tante ibu nya Zen?" tanya Claudia.

"Ah iya, tante hampir lupa memperkenalkan diri. Nama tante, Alexa Olivia Jonson!" jawab ibu nya Zen bernama Alexa.

"Cantik ya nama tante, seperti orang nya!" puji Claudia tertawa kecil.

"Ah, kamu bisa aja!"

"Kamu duduk dulu disini ya Clau, tante panggilkan Zen dulu di kamar!" seru Alexa dengan nada pelan.

"Iya tante...!" ucap Claudia

Alexa memberi senyuman kepadanya dan melangkah menuju kamar Zen.

"Hhmm, kirain tante Alexa judes karena awal tadi wajahnya sedikit datar pas lihat aku. Ternyata tidak sama sekali, malah ramah orangnya!" gumam Claudia sendirian.

Claudia melihat sekeliling isi rumah Zen dari tempatnya sambil duduk. Mata Claudia tersoroti ke salah satu bingkai foto terpajang di dinding ruang tamu. Terdapat foto Zen masa kecil yang di gendong oleh tante Alexa.

"Itu Zen kecil, lucu banget gigi nya kelihatan ompong disitu!" gumam Claudia tertawa kecil di foto itu terlihat Zen tengah tersenyum lebar.

"Ehem!" Zen medeham pelan.

"Lagi ketawain apa sih kamu?" tanya Zen, karena melihat Claudia tengah tertawa Kecil.

"Itu foto kamu waktu kecil lucu banget, gigi nya kelihatan ompong disitu!" sahut Claudia menunjuk ke bingkai foto terpajang.

Zen melirik ke arah bingkai itu, dia tertegun dan menggaruk kepalanya yang tak gatal dan ikut tertawa kecil dengan perasaan malu.

"Hehe, iya. Aku baru sadar kalau dulu itu aku ompong!" kata Zen dengan malu-malu.

"Gimana gak ompong, kamu waktu kecil hobi ngemil gulali!" sahut Alexa menyambar obrolan mereka seketika Zen terkejut.

"Ibuuu...."

"Jangan di kasih tau, Zen malu...!" lirih Zen, wajahnya sudah memerah seperti tomat.

"Hahaha, santai aja Zen. Dulu waktu kecil, pasti semua juga hobi ngemil gulali!" tukas Claudia.

"Benar tuh apa kata Claudia. Untuk apa kamu malu, lagian itu masa kecil pasti semua juga pernah ngerasain ompong!" timpal Alexa yang sedang bersiap-siap.

"Hehe, Ibu mau berangkat kerja?" tanya Zen, karena melihat pakaian ibu nya sudah rapi.

"Iya! Ibu harus ke restoran, pelanggan kita kali ini makin banyak!" jawab Alexa sedang memakai arloji di tangannya.

"Tante kerja di resto mana?" seru Claudia mencoba bertanya.

"Di restoran makanan khas eropa, tante pemilik resto nya sekalian membantu karyawan di dapur karena tante juga bisa jadi chef" ujar Alexa.

"Ooo...gitu, hebat ya tante. Aku gak bisa masak, makanya aku kesini meminta Zen untuk mengajarkan diriku memasak. Zen juga pernah cerita, kalau tante pintar memasak!" ucap Claudia merasa dirinya gagal jadi wanita karena tidak pintar soal dapur.

"Bagus dong, kalau kamu ada niat belajar. Ya sudah kamu belajar memasak sama Zen saja, lain kali mampir ke resto tante ya!"

"Tante pamit dulu!" seru Alexa, menyunggingkan senyuman tipis terhadap Claudia.

"Baik tante, hati-hati di jalan!" ujar Claudia.

Alexa melangkah pergi meninggalkan mereka berdua di dalam rumah. Keduanya terasa canggung kembali setelah Alexa pergi.

"Hmm, Clau. Kita ke dapur yuk!"

Zen membuka pembicaraan dan mengajak nya.

"Ayo, btw kita masak apa hari ini?"

Claudia bertanya karena dia bingung harus belajar memasak dari menu makanan seperti apa.

"Kita masak yang simpel aja, untuk pemula!" ujar Zen melangkah menuju dapur dan di ikuti oleh Claudia.

"Gimana kalau menu steak salmon creamy, aja?" seru Claudia memberikan sebuah ide sambil menggerak-gerak alisnya dengan naik-turun.

"Boleh, kebetulan aku stok ikan salmon di freezer!" ucap Zen setuju dengan ide Claudia.

Zen melangkah menuju freezer mengambil ikan salmon yang sudah di fillet dan beberapa bahan lain nya.

Bahan membuat steak salmon creamy adalah daging salmon fillet, susu cair uht, kentang, kecap manis, margarin, bawang putih yang di cincang halus, saus tiram, merica bubuk, garam, gula, dan beberapa sayuran seperti jagung manis, brokoli, buncis, wortel, serta tepung maizena.

Zen mengambil dan menyiapkan kan bahan tersebut dan di letakkan di dekat telenan. Claudia tertegun dengan mulut ternganga saat mengetahui jika bahan nya sangat banyak.

"Sebanyak ini bahan nya?" tanya Claudia yang masih ternganga.

Zen menggangguk iya.

"He em, ini menu yang paling simpel menurut ku!" pungkas Zen.

"Astaga, tapi bagiku ini ribet!" seru Claudia menghela nafas nya sangat panjang.

Zen tertawa kecil, melihat Claudia yang sudah menyerah duluan saat mengetahui bahan menu masakan nya sangat banyak.

"Ayo, kita mulai!"

"Kamu kupas dan potong kentangnya ya, biar bahan lain aku yang kerja kan!" ucap Zen yang sudah semangat untuk memulai pertempuran di dapur karena diri nya sangat hobby memasak.

"Ck, Oke deh!" Claudia mengambil pisau hendak mengupas kulit kentang.

Zen yang melihat ke arah Claudia, baru sadar jika dirinya belum memakai celemek agar pakaiannya tidak kotor ketika memasak.

Zen melangkah ke sebuah laci di dapur, terdapat beberapa pasang celemek masih steril di dalam itu.

Dia mengambil dua pasang celemek, satu di pakai nya langsung dan satu lagi akan di berikan kepada Claudia.

"Clau, pakai ini dulu!" seru Zen menjulurkan sebuah Celemek kepadanya.

"Ini untuk apa?" tanya Claudia menaiki ujung alisnya.

"Inu celemek, supaya pakaian mu tidak kotor tengah memasak nanti!" jawab Zen

"Ooo..." ucap Claudia tapi Zen malah memakaikan nya langsung kepada Claudia karena tidak ingin menunggu lama.

"Eh, biar aku pakai sendiri aja Zen!" Claudia sontak terkejut saat Zen sedang mengikat tali celemek di pinggang nya.

"Sudah, aku saja!"

"Kamu kelamaan gerak nya, kapan kita akan mulai memasak kalau gini!" ujar Zen, yang sudah selesai mengikat tali dan memakai celemek ke tubuh Claudia dengan rapi.

"Hehe, makasih ya!" ucap Claudia.

"Sekarang lanjutin kupas dan potong kentang nya, aku mau cincang bawang dan rebus sayuran nya dulu!" seru Zen, Claudia menggangguk mengerti.

Zen mencincang bawang putih dengan halus dan sangat lihai. Claudia sangat takjub melihat gerakan Zen yang lihai itu.

Setelah itu, Zen merebus semua sayurannya dengan air mendidih yang sudah di campur gula 1 sendok teh.

Untuk menunggu sayuran nya matang, Zen melumuri ikan salmon fillet dengan margarin, saus tiram serta kecap di diamkan selama 10 menit.

Di lain sisi, Claudia baru selesai mengupas kulit kentangnya.

"Kamu sudah selesai?"

"Kalau sudah biar aku goreng kentang nya!" ujar Zen yang hendak meniriskan sayuran yang sudah matang.

"Belum, ini mau aku potong-potong kentang nya!" sahut Claudia yang bingung cara memotong kentang seperti apa tekniknya.

"Kamu, gak tau cata potong kentang?" tanya Zen yang memperhatikan raut wajah Claudia seperti kebingungan.

Claudia menggelengkan kepalanya dengan pelan sambil nyengir. Sementara Zen menghelakan nafasnya.

"Oke, sini biar aku ajarin!"

Zen melangkah maju berdiri di belakang Claudia, menempel kan sedikit tubuhnya dari belakang serta memegang tangannya yang tengah pegang pisau.

Claudia sedikit risih dan kebingungan saat Zen mendekat, tapi Zen tidak peduli.

Zen malah menggerakkan tangan Claudia menggunakan tangan miliknya yang sudah ia genggam.

"Gini cara potong nya, bentuk serong biar estetik bentuk nya!" seru Zen dengan nada lembut.

Claudia mengangguk mengerti, lalu menoleh menatap wajah Zen yang kini sangat dekat dengan wajahnya.

Mata hazel Claudia bertemu dengan sorot mata Zen. Karena tubuh Zen lebih tinggi dari Claudia, dirinya menatap Zen sedikit melihat ke atas.

Mereka berdua pun saling bertatapan dan tertegun sejenak. Sehingga tanpa sadar jari Claudia teriris sedikit oleh pisau.

"Aaoowww...Sss...!" lirih Claudia memegang jari nya mengeluarkan darah segar.

"Aduh, sorry Clau....., aku enggak sengaja!" Zen mulai cemas dan merasa bersalah karena masih terus menggerakkan tangannya memotong kentang sambil menatap mata Claudia tadi.

"Iya-iya, gak apa-apa kok!"

"Tapi ini....., darahnya keluar terus perih lagi nih!" ujar Claudia menahan rasa perih di jari nya.

Tanpa ambil pusing Zen menarik tangan Claudia tanpa minta izin langsung memasukan jari Claudia yang berdarah itu ke dalam mulutnya.

"Eh, Zen....!" Claudia tercengang melihat Zen mengisap darah di jari nya itu.

Setelah darah nya berhenti Zen mengobati luka irisan di jari Claudia serta mengambil plaster dan menempelkan di jari nya.

"Maaf ya, aku tadi sangat ceroboh!" ucap Zen dengan wajah memelas.

"Iya gapapa, btw terimakasih udah obatin luka ku!" sahut Claudia dengan nada pelan.

"Hmmm, kamu duduk aja disitu. Biar aku lanjutin masak nya!" pinta Zen menyuruh Claudia duduk di meja makan saja.

"Tapi, aku yang mau belajar masak. Kenapa kamu nyuruh aku duduk?!" tanya Claudia menggerakkan kening nya.

"Lain kali aja kita belajar masak nya, karena jari mu terluka. Kamu istirahat aja dulu, Clau!" jawab Zen dengan nada lembut agar dimengerti olehnya.

Claudia memanyunkan bibirnya serta berwajah masam, karena tak di izinkan untuk lanjut memasak. Mau tak mau karena sudah diperintah untuk beristirahat oleh Zen, dia harus menuruti perkataan Zen.

"Hmm, oke deh!"

"Tapi, janji ya....., lain kali ajarin aku masak!" seru Claudia.

Zen menggangguk iya, "janji...!" ucap Zen tersenyum simpul kepadanya.

Claudia langsung tersenyum sumringah setelah mendengarkan perkataan Zen, dia langsung melangkah ke meja makan dan duduk sambil memerhatikan Zen melanjutkan pertempuran memasaknya yang sangat lihai itu.

"Dia sangat pintar memasak! Aku sebagai wanita, jadi malu karena sangat b*doh soal dapur!" gumam Claudia dalam hati.

Zen memanggang ikan salmon yang sudah di lumuri dengan beberapa bahan tadi dan sambil menggoreng kentang serta membuat saos creamynya.

Sekitar 15 menit, menu steak salmon creamy sudah siap di sajikan dan tertata rapi oleh Zen.

Zen melangkah ke meja makan dan memberikan steak itu kepada Claudia.

"Nah, silahkan di cicipi...!" ucap Zen.

"Huummm, terimakasih Zen. Sepertinya keharuman masakan mu ini sangat menggoda deh!" goda Claudia karena memang perut nya sudah tak tahan untuk segera mencicipi steak salmon creamy itu.

Zen hanya tertawa kecil, sedangkan Claudia dengan sigap mencicipi masakan Zen untuk kedua kali nya.

"Enak banget Zen!" Claudia memberikan jempol kepadanya.

"Habiskan jika enak!" ucap Zen, Claudia mengangguk iya.

Claudia memakan dengan sangat lahap, Zen hanya bisa tersenyum menatap dirinya itu. Hati Zen terasa sangat adem dan nyaman jika selalu ada di dekat dirinya.

Entah apa yang di rasakan oleh Zen, tapi dia merasa jika Claudia sangat berarti di kehidupan nya. Bahkan Zen mendekati Claudia bukan alasan untuk menyukainya sebagai kekasih, tetapi dia lebih menganggap Claudia seperti saudara perempuannya.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...bersambung........

1
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Udah sama dky aja klo dia nerima 🙂
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
😂😂 Apa ibu dosen na keliatan muda banget, sampe kaget gitu clau
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Hhmm semua penuh sandiwara
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Alvin sama clau hampir sama nasib na 🤔
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Jihan Hwang
ceritanya bagus...salam kenal kak.
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Sky lagi nyari bpk na clau tuh
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Naah kan sambil nangis sih..

🥰🥰🥰🥰🥰
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Jadi yg nembak siapa dong 🤔
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Sepi.. Semangaat ka wid 🤗
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Hhmm bingung mo komen apa 🤔

🥰🥰🥰🥰🥰
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃: Hehee iya
Widya Pramesti: hehe, yang penting para pembaca nyaman sama alur ceritanya.
total 2 replies
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Siapa tuh
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
😂😅😅 ternyata bpk ma anak sama aja, ga peka sama orang2 jahat disekitarna 😄 hhhmmm
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Sebenrna zen ada maksud apa sih 🤔
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Ooh ternyata ooh ternyta ada udang di balik perahu
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Aku like spam ga ka wid
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃: Ok lanjut ya.. Sama2 ka wid
Widya Pramesti: tidak kak nur, terimakasih sudah di like♥️
total 2 replies
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Gimana sih clau negatif mulu, ama pacarna ga curiga sama sekali hhmm
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Waduh hhmmm
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Kaya ada yg kurang tapi apa yaa 🤔 hmmmm
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Serbasalah ya jadi clau.. Insting na kurang
🍃🦂 Nurliana 🦂🍃
Hhmm demi cinta
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!