Kirana pernah tak sengaja melakukan sebuah kesalahan yang membuatnya di usir oleh suami dan mertuanya lalu ia juga di pisahkan dari sang buah hati. Empat tahun berlalu kini Kirana kembali lagi untuk bertemu buah hatinya tersebut.
Kirana sekarang bukan seperti wanita di sebuah novel yang tiba-tiba kaya lalu kembali untuk membalas dendam, namun Kirana tetaplah seperti Kirana yang dahulu hanya seorang gadis panti asuhan yang tak memiliki pendidikan tinggi maupun kekayaan.
Hanya bekal sebuah tekad dan rasa rindu yang menggebu terhadap putranya membuatnya rela menyamar menjadi seorang pembantu di kediaman mantan suaminya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~33
"Rumah itu sudah ku jual." sahut Kendra dan sontak membuat Kirana maupun nyonya Ranti langsung melotot tak percaya.
Namun Kirana segera mengubah wajahnya kembali datar, meskipun dalam lubuk hatinya ia merasa kecewa. Karena banyak sekali kenangan indah di rumah tersebut, namun ia menyadari sampai kapan pun takkan pernah bisa kembali ke sana.
"Su-sudah kamu jual? kapan Ken? kenapa tidak beritahu mama ?" nyonya Ranti terlihat sangat syok bahkan kini wanita itu mulai memijit pelipisnya kembali yang tiba-tiba berdenyut nyeri.
"Aku membutuhkan dana ratusan miliar untuk proyek itu Ma, lagipula papa juga sudah menyetujuinya." terang Kendra seraya menatap sang ayah.
"Benar papa sudah tahu juga ?" nyonya Ranti beralih menatap suaminya itu.
"Hm." Pak Adiguna mengangguk pelan.
"Kenapa papa tidak ijin dulu pada mama sebelum menyetujuinya ?" protes sang istri.
"Kendra lebih tahu apa yang akan dia lakukan Ma, lagipula itu rumahnya sendiri. Tidak ada kewajiban bagi kita untuk ikut campur, toh selama ini mama ngerti apa tentang perusahaan selain hanya meminta uang dan uang saja." terang pria paruh baya itu dengan tegas yang tentu saja membuat sang istri tak bisa berkata-kata.
Karena selama ini yang wanita itu tahu hanya meminta uang tanpa memikirkan bagaimana suaminya harus bekerja keras agar perusahaannya tetap bisa bersaing dengan perusahaan lainnya.
"Aku sudah kenyang." Kendra yang mulai jengah nampak beranjak dari duduknya padahal masih banyak hal yang ingin di bicarakan oleh sang ibu perihal rencana pesta pernikahannya.
"Tunggu Ken, apa kamu punya uang 200 juta? mama ingin jalan-jalan. Berdiam diri di rumah membuat kepala mama semakin pusing." mohon nyonya Ranti.
"Ma, bukankah sudah ku bilang uangku ku gunakan untuk modal proyek itu." tolak Kendra lantas melangkah pergi.
"Bagaimana jika 100 juta saja nak? baiklah 50 juta saja." desak nyonya Ranti namun putranya itu hanya melambaikan tangannya sembari terus berjalan menjauh.
"Perhiasan dan tas-tas mewah mama kan banyak, jual saja sebagian." saran pak Adiguna kemudian.
"Mana bisa seperti itu, mama kan juga tidak mau kalah dengan calon menantu mama." tolak Nyonya Ranti seraya beranjak dari duduknya, kemudian berlalu dengan wajah cemberut.
"Opa tidak pergi juga ?" tanya Keanu saat kakeknya itu tetap berada di kursinya dan makan dengan tenang, sama sekali tak terganggu oleh perdebatan mereka.
"Makanan Opa belum habis, ayo kamu habiskan sarapannya juga." sahut pak Adiguna.
"Hm, masakan ibu Ira sangat enak." ucap Keanu dengan mulut penuh nasi goreng buatan Kirana.
"Opa juga sangat suka." sahut pak Adiguna, lantas pandangannya ke arah Kirana yang terlihat sedang membersihkan peralatan makan di dapur tak jauh dari sana.
Beberapa saat kemudian Kirana sudah berada di dalam taxi yang akan membawanya ke pasar. "Pak, bisa lewat komplek perumahan XX dulu !!" perintahnya pada sang sopir.
"Baik mbak kebetulan satu arah, apa mbak mau mengunjungi teman mbak yang bekerja di komplek itu ?" tukas sopir tersebut seraya menatap Kirana dari spion depannya.
"I-iya pak." sahut Kirana menanggapi.
Tak berapa lama taksi yang ia tumpangi menghentikan mobilnya di depan sebuah rumah dua lantai yang terletak di pinggir jalan raya.
Terlihat beberapa tukang yang sedang merenovasi dan itu membuat Kirana semakin kecewa, rupanya benar mantan suaminya itu telah menjual rumah mereka dan pemilik barunya pasti sedang merenovasinya sebelum di tempati mengingat keadaan rumah itu sebelumnya begitu tak terawat.
"Mas, jika suatu saat nanti kita tak punya apapun selain rumah ini apa kamu akan menjualnya untuk kita bertahan hidup ?" tanya Kirana malam itu.
"Jika ada yang mau membeli 1 triliun mungkin akan ku lepas." sahut Kendra.
"Itu mahal sekali mas, lagipula mana ada orang yang mau membeli dengan harga segitu."
"Ini bukan masalah harga sayang, tapi nilai historinya. Karena di setiap sudut rumah ini ada kisah kita yang lebih mahal dari sekedar nilai." sahut Kendra.
"Lagipula sampai kapan pun aku takkan menjualnya, tubuhku masih sehat dan kuat untuk membahagiakan mu." imbuh pria itu lagi.
Tanpa bisa di tahan butiran kristal nampak lolos dari sudut mata Kirana saat ucapan mantan suaminya dahulu kembali terngiang di pikirannya.
Kirana masih mengingat bagaimana proses rumah itu berdiri, ia rela di perlakukan seperti pembantu di rumah sang mertua karena menumpang tinggal demi bisa membangun rumah impiannya itu, suaminya juga rela berangkat pagi dan pulang malam demi bisa mendapatkan penghasilan lebih.
Setelah dua tahun berjuang ia dan sang suami bisa membangun rumah impiannya meskipun selama itu ia harus hidup berhemat dan mengesampingkan keinginannya, namun baru satu tahun di tempati ia sudah terusir dari rumahnya sendiri.
"Mbak, nggak jadi masuk ?" ucap sang sopir taksi saat Kirana tak kunjung turun.
Wanita itu langsung menghapus air matanya. "Sepertinya temanku yang bekerja di rumah itu sudah pindah pak karena rumahnya sedang di renovasi, sekarang tolong antarkan saya ke pasar saja." terangnya kemudian.
Sopir taksi mengangguk kecil lalu kembali mengemudikan mobilnya menuju pasar tujuan wanita itu.
Setelah berbelanja sesuai dengan catatan yang ia bawa, Kirana segera pulang dan sesampainya di rumah wanita itu mendengar sebuah notifikasi di ponselnya.
"200 juta ?" matanya langsung melotot saat melihat nominal uang yang masuk ke dalam rekeningnya.
Pasti mantan suaminya yang telah mengirimnya, karena hanya pria itu satu-satunya orang yang mengetahui nomor rekeningnya setelah mereka membuat kesepakatan itu.
"Bukankah dia tak punya uang saat ini? lalu kenapa bisa memberikan ku uang begitu banyak ?" gumamnya, tak berapa lama terdengar lagi notifikasi di ponselnya dan wanita itu segera mengeceknya.
"Berapa lama aku harus menunggu ?"
Kirana nampak tersenyum sinis menatap pesan yang di kirim oleh mantan suaminya itu, benar-benar pria tak sabaran.
"13 hari lagi." balas Kirana kemudian dan dalam beberapa detik pria itu kembali membalas pesannya.
"Kamu sedang datang bulan atau pendarahan, jika pendarahan saya antar ke rumah sakit sekarang."
"Sepertinya kamu lupa berapa lama wanita mendapatkan tamu bulanan, tuan Kendra Adiguna."
"Aku hilang ingatan tentang itu sejak kamu tidur dengan bajingan itu."
"Tapi aku tidak pernah tidur dengan pria itu."
"Aku tidak ingin berdebat, lebih baik mulai pelajari semua gaya agar aku puas nanti dan jangan lupa beli beberapa lingerie. Aku sudah memberikan mu banyak uang jadi jangan banyak alasan, kamu tahu warna kesukaan ku bukan ?"
Membaca itu ingin rasanya Kirana membanting ponselnya, namun ia harus berhemat saat ini.
"Bagus ya, di saat jam kerja kamu bermain ponsel." Hardik nyonya Ranti tiba-tiba yang membuat Kirana hampir melempar ponselnya tersebut karena terkejut.
makasih nofel nya bagus