NovelToon NovelToon
Last Night

Last Night

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Romansa / Pihak Ketiga / Bad Boy
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Razella

"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

I'm Your Boy

"Dari situ saya akhirnya sering nyamperin kamu. Tapi ngga sampek terlalu deket dan nyapa kamu dalam jarak dekat. Saya masih ragu."

Lilac yang sedari tadi sudah lelah menangis kini dengan nyaman menyandarkan tubuhnya didada Joseph. Posisi keduanya kini Joseph yang duduk dibelakang Lilac dan menjadi sandaran wanita itu.

"Lo cupu. Terus kenapa pake acara nyulik gue segala? Lo udah kek di novel-novel gitu tau ngga sih?"

Joseph dengan iseng menjawil hidung kecil Lilac. Wanita itu kini benar-benar menunjukkan sisi manjanya pada Joseph. Sudah nyaman rupanya.

"Dulu saya masih tinggal sama ayah sebelum punya rumah itu. Rumah itu aja sebenernya punya kakek dan nenek dulu. Tapi mereka kasi ke saya karna tau kalo semua hak waris ayah bakal dikasi ke adek."

"Adek lo kek anjing. Tolong titipin salam gue ke dia kalo lo pulang kerumah."

"Ahahah...saya pulang kerumah yang kamu tinggalin sekarang ini, cantik. Saya udah ga tinggal sama ayah sejak nekat masuk Akademi Militer. Ayah bener-bener ngelepas saya dan udah ngga ngurusin saya lagi. Dan juga...saya pingin denger kamu sendiri yang bilang ke adik saya kalo dia kaya anjing." Joseph elus kepala Lilac yang kini bersandar padanya.

"Males. Gue ngga mau ketemu orang asing."

"Siapa bilang dia orang asing? Kamu kenal dia kok."

Lilac menegakkan tubuhnya dan menghadap Joseph yang kini tersenyum misterius. Apa jangan-jangan Rama atau Raja itu benar-benar adik Joseph?

"Jangan bilang..."

"Johan. Johan itu adik saya."

BUGH!!!

"Aduh!! Aduh eh kok malah saya yang dipukulin???" Joseph tangkap kepalan tangan Lilac yang sibuk memukuli tubuhnya. Walau kecil tapi pukulannya tak main-main. Berpotensi menciptakan ruam.

"UDAHLAH LO NYULIK GUE-"

"Sayang, sayang...sayang, tenang dulu. Jangan keras-keras dong ngomong gitu." Joseph menatap Lilac dengan tatapan memohon. Pria itu bisa saja menghajar semua orang yang mau merebut Lilac darinya. Tapi jika Lilac masih menganggapnya menculik wanita itu kan rasanya tidak etis. Hati moengilnya tersakiti, dikit.

"Terus kenapa lo ngga ngasi tau dari dulu aja kalo dia adek lo sih?! Lo emang mau bikin gue marah ya sama lo?!"

"Ngga gitu. Saya juga ngga mau kamu punya penilaian buruk ke dia. Bagaimana pun dia adek saya. Saya sayang sama dia sebagai keluarga saya, Isadora."

Lilac menghela napas. Rasanya ia ingin mengamuk dan mencakar wajah Johan saat ini juga. Anak itu benar-benar kurang ajar.

"Terus sekarang gimana? Gue harus apa setelah ini?" Tanya Lilac setelah selesai meredam emosinya.

"Kamu, kamu mau kan nunggu saya sampe sukses? Saya mau kejar cita-cita saya dulu. Abis itu saya ikutin apa semua mau kamu."

"Kalo gue ngga mau?" Tanya Lilac dengan sebelah alisnya yang terangkat. Kini Joseph terlihat seperti anak kecil yang akan ditinggal ibunya. Wajah sendunya langsung muncul dan membuat Lilac hampir saja tertawa keras.

"Jangan gitu...saya udah nunggu kamu empat tahun lebih. Saya ngga akan lepasin kamu lagi." Pria itu langsung menarik Lilac dalam dekapannya.

"Saya mau buktiin ke ayah kamu kalo saya bisa ngejaga kamu sampe saat ini. Saya bisa meluk kamu dan mastiin kamu baik-baik aja disekitar saya." Ucapnya sambil mengayunkan pelan tubuh keduanya keduanya kekanan dan kekiri.

"Lo umur berapa sih? Lo ngga baru lulus SMA kan?"

"Sekarang udah umur sembilan belas tahun. Saya dulu pas SMA ambil kelas akselerasi, makanya ngga lama. Baru setelah itu saya masuk Akademi. Kamu mau tanya apalagi kesaya?"

"Yang waktu itu Johan ngajak gue makan eskrim bareng, lo udah tau apa nggak?"

"Itu saya, cah ayu. Bukan Johan. Waktu itu saya sengaja pas liburan pingin ketemu kamu, jadi saya nyamar jadi anak SMA supaya bisa ngajak kamu."

Lilac melepas paksa pelukan keduanya dan menatap Joseph dengan tatapan yang sulit diartikan. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Sepertinya ia akan kena semprot lagi.

"Tapi kenapa beda banget? Waktu itu lo kayaknya masih putih?"

"Kamu yang bilang kalo saingan saya Ishakan kan setelah itu? Jadi saya ikutin semua pelatihan yang panas-panasan bahkan jam tambahan pun saya ambil supaya banyak kegiatan diluar. Biar punya kulit tan kayak Ishakan."

Lilac membulatkan mulutnya tak percaya. Bocah ini benar-benar. Ah, pantas saja ia dipanggil adek oleh Raja dan Rama. Karna bagaimanapun besarnya tubuh Joseph, usianya masihlah sembilan belas tahun. Dan benar memang. Tubuh Joseph terlihat lebih berisi dan kulihnya lebih gelap daripada saat pertama kali mereka bertemu dulu.

"Mau kan nunggu saya?" Joseph kembali mengajukan pertamaan pada si pujaan hati. Namun Lilac tetap diam.

"Kamu ngga mau sama saya? Isadora." Panggilnya dengan tone suara yang tiba-tiba berubah.

"Kenapa gue harus nunggu lo? Lo masih jauh dibawah gue, apalagi perbedaan umur kita. Lo tau kan gue umur berapa?"

"Tapi mau kan tunggu saya? Saya ngga mau lagi minta bantuan ayah buat yang ini. Saya ngga mau nanti ayah nyari saya dan orang-orang yang saya sayang. Saya ngga mau ayah ngerebut apa yang udah saya miliki sekarang."

"Gue bakal nunggu kok. Lo udah ambil resiko gede dan itu bukan hal mudah. Lo masih mau dipanggil Jojo?" Tanya Lilac. Ia harus coba untuk mendistraksi pikiran Joseph agar bocah itu bisa fokus pada pendidikannya setelah ini.

"Kenapa ngga mau. Saya mau kok."

"Tapi lo ngga keberatan beneran? Gue takut lo ngerasa kalo gue masih ragu sama lo. Gue udah sepenuhnya ngga anggep lo Johan lagi kok."

"Saya ngga papa, Isadora. Harusnya saya yang minta maaf karena ngga manggil kamu dengan sebutan kakak. Kamu ngga keberatan kan?"

Perbedaan yang paling terlihat antara sebelum dan setelah Joseph menceritakan siapa dirinya, Lilac berasa diperlakukan seperti tuan putri. Bahasa yang pria itu gunakan sangat lembut dan pelan hingga membuat Lilac merasa dihormati bahkan tanpa jika Joseph memanggilnya tanpa embel-embel kak.

"Setelah ini kita mau langsung pulang ya?" Tanya Lilac saat keduanya masih sibuk menikmati sinar matahari yang semakin tinggi.

"Gimana kalo kita pulang sekarang aja? Kamu kan juga ngga usah kerja." Yang lebih tua hanya menganggukkan kepala. Rasanya Lilac masih belum percaya dengan kehadiran Joseph yang begitu tiba-tiba dalam hidupnya. Berawal dari pikirannya jika Joseph adalah seorang kriminal yang menculiknya lalu beralih pada Joseph yang rupanya bukan Johan.

"Oh iya, para pekerja itu...mereka dari mana? Kok bisa ada dirumah?"

"Mereka itu udah lama disana. Kakek sama nenek dulu suka ngajak orang yang udah ngga punya keluarga gitu buat kerumah dan tinggal disana. Jadilah kayak sekarang. Katanya mereka bisa jaga saya kalo saya udah gede nanti. Dan mereka udah lama banget tinggal disana."

"Gue berasa kaya tuan putri tiap kali sama mereka. Gue ngerasa diperlakuin se-spesial itu tau ngga?"

"Memang, sayang..."

"Stop manggil gue dengan sebutan kayak gitu. Dan juga apa-apaan lo jadi soft gini, padahal biasanya lo tukang nyosor." Lilac memainkan ikat rambutnya yang masih melingkar dipergelangan tangan Joseph.

"Saya emang kaya gini sebenernya. Cuma karna selama ngobrol sama kamu saya kadang suka ngerasa gugup, jadi jatuhnya malah cuek ya?" Wanita dalam pelukannya itu menganggukkan kepala.

"Kalo kamu kenapa cuek sama saya? Kamu masih takut ya sama saya?"

"Nih gue kasi tau. Pertama, gue masih ngga bisa langsung percaya gitu aja ke lo kan? Ya karna kita emang baru kenal beberapa lama ini. Terus itu juga sebagai bentuk perlindungan diri gue. Gue ngga mau lo anggep gue remeh. Gue ngga suka itu."

Joseph yang mendengarnya hanya bisa tersenyum. Padahal ini belum sampai tengah hari, tapi rasanya dadanya penuh dengan rasa bahagia.

"Kalo gitu, ayo pulang kerumah, Nona."

Lilac tertawa saat melihat Joseph mengulurkan tangannya mempersilahkan Lilac untuk turun dari bagasi. Namun wanita itu malah merentangkan tangan, seakan meminta Joseph untuk menggendongnya.

"Nanti temenin saya ke ayah kamu ya? Kita kesana bareng."

"Ayay captain." Ucap Lilac sambil menempelkan pipinya dibahu Joseph. Bersiap untuk pulang kerumah.

1
santi
👍👍
Dzakwan Dzakwan
Penuh kejutan, ngga bisa ditebak!
Laqueno Sebaña
Keren banget bro, aku terhanyut dalam cerita ini!
Razel: terimakasih yah/Smile//Smile/
total 1 replies
La Otaku Llorona <33
Tidak ada yang kurang.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!