Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dan Lagi
Keesokan Harinya,
''Jangan lupa, Sat. Siang nanti ikutlah denganku ke rumah sakit. Aku sudah meminta Sean agar menjadwalkan pemeriksaan untukmu" tekan Hanita
Satya yang sedang asik menimang Kenzie pun langsung mengalihkan perhatian ke arah Hanita. "Iya,sayangku. Perlu ku jemput dulu?"
"Tidak perlu, biar aku berangkat sendiri. Sekalian ingin mengecek ruang kerjaku" sahut Hanita
"Oh ya, aku lupa kalau kamu masih cuti" kata Satya
"Berangkatlah sekarang, Sat. Kamu seorang pemimpin, jangan memberi contoh yang buruk pada anak buahmu" ujar Hanita
Satya menggerakkan kepala kebawah, lebih dulu mengecup pipi gembul Kenzie lalu memberikan putra kecilnya itu untuk ditimang oleh Suster Elia.
"Baiklah, aku berangkat. Jaga diri baik-baik, jangan nakal" ujar Satya
Hanita memutar kedua bola matanya dengan jengah, "Aku di mansion sepanjang hari bersama anak-anak. Tidak akan nakal"
"Aku percaya padamu" balas Satya
Satu kecupan singkat ia beri ke atas bibir ranum Hanita, baru melangkahkan kedua kaki keluar dari mansion.
Kenzie terlihat tidak rela karena Satya meninggalkannya untuk bekerja. Lelaki kecil itu menangis, merentangkan kedua tangannya ke depan
"Papa...Papa..." tangisnya
"Kenapa,sayang? Sini sama Mama" kata Hanita, mengambil Kenzie dari Suster Elia
Menggoyang-goyangkan tubuh sang putra agar tenang. Tapi Kenzie tak kunjung tenang, suara tangisannya terdengar sangat frustasi
Kenzie baru bisa diam saat Hanita menunjukkan foto Satya ke depan putra kecilnya itu.
"Dasar bucinnya Papa" celetuk Hanita
***
Siang harinya,
"Kriss, aku akan pulang cepat hari ini. Pastikan kamu tidak menggangguku saat aku sudah di mansion" tukas Satya
"Akan saya laksanakan,Tuan. Saya lihat, anda jadi lebih sering pulang cepat sekarang." Kriss berusaha menahan tawa yang mengandung sedikit ejekan lebih tepatnya menggoda
"Hem, saya rasa anda sedang jatuh cinta untuk kedua kalinya pada Nyonya Hanita. Indah sekali" celetuk Kriss
Satya hanya menanggapi pernyataan dari orang kepercayaannya itu dengan eseman tipis. Tidak mengiyakan juga tidak membantah.
Satya melirik jam di pergelangan tangannya, sekarang sudah pukul 11.30 siang, waktunya datang ke rumah sakit.
"Aku pergi sekarang,Kriss. Tetaplah bekerja meski aku tidak ada" tegas Satya
TRING! Baru selangkah kedua kaki panjang Satya meninggalkan ruangan kebesarannya, namun tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Itu adalah panggilan dari Shanum
Degup jantung Satya terasa menggila, ingin mengabaikan tapi Shanum terus menghubunginya.
"Apalagi,Shanum?"
"Temui aku sekarang juga,Sat. Aku ingin bicara serius denganmu. Atau perlu aku hubungi Hanita saja?" Kata Shanum diseberang
Satya mengerang kesal, "Tunggu aku. Aku akan menyusulmu sekarang juga. Kirimkan saja lokasimu." Sahutnya
Satya menarik nafas panjang kemudian menghelanya dengan berat. Dalam hatinya, lelaki itu berjanji kalau ini akan menjadi yang terakhir. Satya akan melakukan apapun itu untuk menyelesaikan urusannya dengan Shanum.
Sedangkan di mansion,
Hanita sudah siap pergi ke rumah sakit, tinggal menunuggu kedatagan Satya saja karena memang sang suami berkata akan menjemputnya. Satya juga berjanji akan menemani Hanita untuk sekalian mengecek ruang kerjanya dirumah sakit.
Sebelum itu, Hanita ingin menemani si kembar yang saat ini sedang menghabiskan waktu bermain di halaman belakang. Sebenarnya Hanita sudah mengajak kedua anak kembarnya masuk ke dalam sejak tadi, tapi mereka menolak
Kenzie dan Kenan masih asik berlarian diatas rumput.
"Hati-hati, jangan dekati kolam renang" tegur Hanita
Hanita sadar kalau Satya belum mengirim kabar apapun padahal lelaki itu sudah terlambat 20 menit.
"Apa dia masih bekerja?" Gumam Hanita
"Mama...Mama.." panggil Kenzie
Lelaki kecil itu berlari menghampiri Hanita, memamerkan mobil-mobilan miliknya pada sang Mama
"Kamu tidak mengantuk,sayang? Ini sudah waktunya tidur siang" kata Hanita
Hanita menoleh pada Suster Elia, meminta agar pengasuh itu menyiapkan makan siang untuk si kembar sebelum menidurkan mereka. Hanita yang akan menjaga kedua anaknya selagi Suster Elia masuk ke pantry
Saat tengah sibuk mengamati kedua buah hatinya dari atas ayunan, Hanita tiba-tiba menerima telepon dari Roy, orang kepercayaannya.
"Roy, katakan ada apa? Kenapa tiba-tiba menghubungiku?" Tanya Hanita to the point
"Nyonya, maaf untuk mengatakan ini. Tapi...Tuan Satya kembali menemui wanita itu" jelas Roy dari seberang
"Dimana mereka sekarang,Roy?"
"The Rich restoran, Nyonya. Dan satu lagi...wanita itu dia sedang berbadan dua" sambung Roy
DEG! Hanita merasa dadanya seperti baru saja dihantam menggunakan benda keras.
Tanpa menunggu penjelasan apapun lagi dari Roy, Hanita langsung melangkah masuk meninggalkan kedua anak kembarnya begitu saja. Merampas tas dan kunci mobil, lalu segera mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi
Hanita sudah berusaha menghubungi Satya tapi ponsel milik suaminya itu tidak aktif. Hanita hanya bisa berharap agar mobil yang dia kemudikan segera tiba di restoran tempat Satya dan Shanum berada sekarang. Dia tidak akan percaya sebelum melihat dengan mata kepalanya sendiri.
"Aku percaya pada suamiku..."
Di restoran,
Satya dan Shanum duduk berhadapan, tidak ada yang berbicara. Satya kehilangan kata-kata setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri perut buncit Shanum yang saat ini mengandung. Dan menurut pengakuan wanita itu, ini adalah darah daging Satya
Satya tidak bisa merasaha senang apalagi bahagia, bahkan untuk sekedar percaya saja rasanya sangat sulit.
"Terimakasih karena kamu mau datang dan menemui kami,Sat" ucap Shanum mengawali pembicaraan
Satya masih tidak bergeming, hanya tatapan tidak percaya yang dia berikan pada Shanum.
Shanum menurunkan pandangan ke arah perut buncitnya, membuat gerakan mengusap ke atas sana. "25 minggu, masih 12 mingguan lagi sampai kita akan menyambut kelahirannya. Darah daging kita..."
"Kamu tahu? Dia sangat senang karena menemuimu hari ini. Dia bahkan terus menendang perutku, dia sangat bersemangat untuk menemui Papa nya untuk pertama kali..." oceh Shanum
Satya menggelengkan kepala dengan kencang, "Tutup mulutmu,Shanum. Siapa yang kamu sebut Papa dari anakmu?"
"Tentu saja kamu,Sat. Kamu adalah Papa dari bubble, putra kita" sahut Shanum
Satya berdecih sinis, tidak menyangka kalau Shanum akan sepercaya diri ini menyebut dia sebagai Papa dari anak yang ada di dalam kandungannya.
"Kita hanya melakukannya sekali,Shanum. Itu tidak akan cukup untuk membuatmu hamil anakku, jangan sembarang bicara!" Sergah Satya
"Sekali tapi aku sedang berada dalam masa suburku" balas Shanum
"Tidak perlu bertele-tele dan katakan saja apa maumu. Berhenti membuang waktuku, ini di tempat umum. Bagaimana kalau ada yang mengenali kita,hu?!" Sungut Satya emosi
Shanum tidak tersinggung mendapat sentakan itu, senyumannya justru kian mengembang. "Sederhana saja. Nikahi aku, berikan gelar Dewantara di belakang nama anak kita.''
Kedua belah bibir Satya menganga saking tercengang dia sekarang. Lelaki itu tertawa kencang sesaat kemudian, menatap Shanum dengan pandangan remeh
"Apa katamu? Menikahimu? Memberi nama Dewantara untuk anakmu? Kamu tidak salah?" Tekan Satya
"Kenapa? Kamu memang harus menikahiku kan? Aku mengandung anakmu. Anak kita juga pantas menyandang gelar Dewantara sama seperti anak-anak Hanita." Tegas Shanum
Emosi dalam diri Satya sudah berada diujung kepala, sudah tidak bisa lagi mentoleransi sikap Shanum yang tidak tahu diri.
"Tutup mulutmu! Tidak ada bukti kalau itu anakku! Berani sekali wanita sepertimu mengaku seperti itu!" Pekik Satya
Shanum tersenyum hambar, "Dan wanita sepertiku ini yang kamu cumbu saat hubunganmu dengan Hanita memburuk."
"Kamu percaya atau tidak, anak ini memang milikmu. Anak kita" ucap Shanum
Satya menggebrak kasar meja yang ada di depannya, lelaki itu melemparkan beberapa lembar uang yang dia keluarkan dari dalam dompetnya ke depan Shanum.
"Masih kurang? Aku akan memberikan lebih banyak! Asal berhenti menyebut kalau anak itu adalah milikku!" Tunjuk Satya ke arah perut buncit Shanum
Satya berbalik, meninggalkan Shanum begitu saja tanpa ingin mendengarkan penjelasan dari wanita itu yang dia anggap omong kosong.
Shanum menyusul, menahan pergelangan tangan Satya, "Jangan pergi,Sat. Kumohon..."
"Lepaskan tanganku selagi aku masih bersikap lembut padamu,Shanum" tegas Satya
Shanum bergeming, kedua maniknya mulai mengembun. "Kumohon jangan seperti ini. Aku tidak berdusta, ini anakmu. Aku hanya melakukannya denganmu,Sat. Hanya kamu yang kucintai..." gugu Shanum
Satya memejamkan kedua matanya dengan erat, tidak tahu lagi harus bereaksi bagaimana. Dia sendiri bingung dengan situasi ini
Shanum memaksa Satya berbalik dan menghadap ke arahnya. Menatap lelaki itu dengan tatapan mengiba, perlahan Shanum menarik tangan Satya lalu meletakkan tangan kekar itu ke atas perut buncitnya
Tanpa keduanya ketahui kalau Hanita sudah mengamati mereka sejak beberapa saat lalu. Wanita itu berdiri di depan pintu masuk, menatap kebersamaan suaminya bersama wanita lain dengan hati yang hancur berantakan
"Kamu mengkhianatiku lagi,Satya. Tidak, kurasa kamu juga membodohiku..." gumam Hanita yang terdengar sangat dingin
Kepalan tangan Hanita sangat erat, darah dalam tubuhnya mendidih. Dia melihat jelas kalau Shanum sedang mengandung
Shanum adalah orang yang pertama menyadari keberadaan Hanita, wanita itu tidak peduli. Dan justru menarik tubuh Satya mendekat lalu memeluknya
"Ini anak kita, Sat..."
Satya hanya bisa diam, dan membiarkan Shanum memeluknya. Sama sekali tidak sadar kalau Hanita menyaksikan semua ini
Hanita sudah tidak tahan lagi, Shanum seperti terang-terangan menantangnya. Hanita melangkahkan kedua kaki jenjangnya untuk menghampiri Satya
Namun langkah wanita itu terhenti saat mendengar ponselnya berbunyi dan itu adalah panggilan dari Suster Elia.
"Katakan ada apa kali ini?"
"Nyonya..."
"Apa?!" Pekik Hanita
Raut wajah wanita itu mendadak pucat pasi, kedua kakinya terasa lemas. Hanita merasa dunianya baru saja runtuh
Tanpa ada sedikitpun niat untuk menghampiri Satya, wanita itu memutar tubuhnya. Segera meninggalkan area restoran
Sementara didepan sana, Shanum tersenyum puas penuh kemenangan.
.
Tbc
dulu Satya meminta hanita berhenti kerja dan mementingkan keluarga tapi hanita nggak mau dan malah sering mengabaikan keluarga, hinggga si bang sat selingkuh. bahkan untuk kedua kali nya selingkuh karena hasutan orang tua. sekarang hanita berhenti bekerja disaat semua udah hancur .. yang ada hanya balas dendam...
dari awal ini mereka kayak nya kurang komunikasi deh.. nggak saling ngomong keinginan masing-masing...
ya udah lah, udah hancur juga . nggak bisa di pertahanan lagi. yang ada hanya saling menyakiti... perpisahan lah yang terbaik...
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅