Danisha Putri atau yang akrab di sapa Anis, tidak menyangka niatnya ingin menolong persalinan seorang wanita yang menderita keracunan kehamilan justru berujung menjadi sasaran balas dendam dari seorang pria yang merupakan suami dari wanita tersebut, di kala mengetahui istrinya meregang nyawa beberapa saat setelah mendapat tindakan operasi Caesar, yang di kerjakan Anis.
Tidak memiliki bukti yang cukup untuk membawa kasus yang menimpa mendiang istrinya ke jalur hukum, Arsenio Wiratama memilih jalannya sendiri untuk membalas dendam akan kematian istrinya terhadap Anis. menikahi gadis berprofesi sebagai dokter SP. OG tersebut adalah jalan yang diambil Arsenio untuk melampiaskan dendamnya. menurutnya, jika hukum negara tak Mampu menjerat Anis, maka dengan membuat kehidupan Anis layaknya di neraka adalah tujuan utama Arsenio menikahi Anis.
Mampukah Anis menjalani kehidupan rumah tangga bersama dengan Arsenio, yang notabenenya sangat membenci dirinya???.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memberi penanganan pada baby Naya.
Setelah mendapat cincin, mereka pun segera meninggalkan pusat perbelanjaan tersebut.
"Ingat jangan pernah melepasnya dalam situasi dan kondisi apapun !! Awas, Jika sampai kau melanggarnya." pesan Ansenio ketika mereka berada di perjalanan kembali ke rumah.
"Baik tuan." jawab Anis, Meski saat ini ia sendiri masih bingung alasan mengapa Ansenio tiba tiba membelikan sebuah cincin untuknya. bertanya pun percuma menurut Anis karena Sudah pasti pria itu tidak akan menjawabnya.
"Jasen langsung kembali ke rumah saja, saya lelah mau istirahat!!." titah Ansenio, lagi pula sekarang waktu hampir menunjukkan pukul lima sore.
"Baik tuan."
Setelah kurang lebih setengah jam berkutat dengan padatnya jalanan ibukota kini mobil yang di kendarai Jasen telah tiba di kediaman Wiratama.
Seperti biasa Jasen yang baru saja turun dari mobil lantas membukakan pintu mobil untuk Ansenio dan juga Anis.
"Kau boleh kembali ke apartemenmu untuk beristirahat, jangan lupa untuk datang lebih awal besok pagi karena rencananya besok kita akan meninjau lokasi pembangunan proyek." pesan Ansenio dan Jasen pun mengiyakannya.
Baik Ansenio dan juga Anis kini beranjak masuk ke dalam rumah.
Dari lantai bawah sayup-sayup Ansenio mendengar tangisan bayi dan bisa di pastikan suara tersebut adalah suara tangisan putrinya. Dengan langkah lebarnya Ansenio beranjak menuju kamar baby Naya begitu pun dengan Anis yang menyusul di belakang langkah Ansenio.
"Apa yang terjadi mah?? Kenapa Naya Sampai menangis seperti ini???." baru juga tiba di kamar putrinya, Ansenio sudah mencecar mama Dahlia dengan berbagai pertanyaan.
"Mama juga tidak tahu Ansen, tiba tiba saja Naya menangis seperti ini." sudah sejak satu jam yang lalu mama Dahlia berusaha menenangkan baby Naya namun usaha wanita paru baya tersebut sepertinya belum membuahkan hasil buktinya sampai sekarang baby Naya Masih saja rewel.
"Maaf Nyonya.... Apa boleh saya memeriksa kondisi baby Naya??." tawar Anis dengan hati hati, tidak ingin sampai memancing emosi Ansenio, dan dirinya berakhir menjadi sasaran amukan dari pria itu.
Pandangan Ansenio beralih pada Anis yang kini berdiri di sampingnya.
"Kali ini saja tuan, kasihan jika baby Naya terus menangis seperti ini bisa bisa nanti perutnya sakit akibat terlalu lama menangis." kata Anis, berharap Ansenio memberi izin padanya untuk memeriksa kondisi baby Naya.
"Ayolah Ansen, di dalam situasi seperti ini kamu masih saja berpikir yang bukan bukan. Apa salahnya jika nak Anis memeriksa kondisi putrimu." mama Dahlia yang merasa semakin panik akhirnya turut memberikan komentarnya ketika melihat Ansenio masih diam saja.
Tanpa menunggu jawaban dari putranya, mama Dahlia merebahkan tubuh baby Naya di atas tempat tidur lalu meminta Anis untuk segera memeriksa kondisi cucunya itu.
Anis lantas mengeluarkan stetoskop dari dalam tas selempangnya kemudian mulai memeriksa kondisi baby Naya.
"Badannya tidak panas, tapi hampir di seluruh tubuh baby Naya terlihat memerah. Menurut hasil pemeriksaan saya sepertinya baby Naya alergi dengan susu tinggi kadar lemak." jelas Anis setelah usai memeriksa kondisi baby Naya.
"Alergi??." tiba tiba mama Dahlia teringat jika tadi pagi ia baru saja mengganti susu formula baby Naya dengan merk yang lain. ternyata belum tentu harga yang lebih mahal menjamin kecocokan pada setiap anak. Mama Dahlia merasa menyesal atas tindakannya Mengganti merk susu formula cucunya tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.
Mama Dahlia yang merasa bersalah pada cucu kesayangannya itu lantas menceritakan semuanya pada Ansenio.
"Oh astaga mama....." Ansenio hanya bisa memijat pangkal hidungnya ketika mendengar penjelasan dari mama Dahlia.
"Maafkan mama Ansen, mama juga tidak menyangka akan seperti ini akibatnya." mama Dahlia sudah hampir menangis karena tak tega melihat kondisi cucunya itu.
"Jangan terlalu panik Nyonya, jika anda tidak keberatan saya bisa merawat baby Naya di rumah saja." tawar Anis dan tentunya tanpa berpikir lama lama mama Dahlia mengiyakannya.
"Lakukan yang terbaik untuk cucu saya Nak Anis!!." kini mama Dahlia tak sanggup lagi menahan air matanya.
Anis mengangguk seraya mengusap lembut lengan mama Dahlia seolah ingin menenangkan wanita itu.
"Anda tidak perlu terlalu cemas, nyonya, kasus seperti ini belum termasuk dalam kondisi darurat, hanya saja rasa gatal pada tubuhnya membuat baby Naya jadi rewel." Anis mencoba menenangkan mama Dahlia.
Anis mengeluarkan nota resep dari dalam tasnya lalu mulai menulis resep untuk keperluan melakukan tindakan perawatan pada baby Naya.
"pak, tolong tebus resep ini di apotek!!." setelah menulis resep Anis pun meminta bantuan pada salah seorang penjaga di rumah itu untuk menebusnya di apotek terdekat.
"Baik Nona."
Tak berselang lama, pria tadi kembali dengan sebuah kantong plastik hitam di tangannya.
"Ini Nona."
"Terima kasih pak."
"Apa kau yakin tidak perlu membawa putriku ke rumah sakit??." tanya Ansenio yang belum sepenuhnya yakin.
"Saya memang bukan dokter spesialis anak, tuan, tapi setidaknya saya paham tentang kasus seperti ini." jawab Anis berusaha meyakinkan Ansenio.
Dengan berat hati akhirnya Ansenio memberi izin pada Anis untuk memberikan penanganan pada putrinya.
"Apa yang akan kau lakukan pada putriku??." intonasi suara Ansenio terdengar mulai meninggi ketika melihat Anis mengeluarkan sebuah jarum infus.
"Tuan, sekalipun anda membawa baby Naya ke rumah sakit tim medis juga pasti akan melakukan tindakan yang sama, dengan memasang selang infus jika melihat kondisi baby Naya saat ini." Anis mencoba memberi pengertian pada Ansenio.
"Ayolah Ansenio, putrimu sedang membutuhkan penanganan berhentilah berpikiran bodoh seperti itu!!." lama lama mama Dahlia geram juga melihat sikap putranya itu.
Setelahnya, Anis pun mulai memasang selang infus pada baby Naya lalu menyuntikkan beberapa vitamin serta obat alergi pada selang infus yang telah terpasang di punggung tangan baby Naya.
Kurang dari dua puluh menit baby Naya mulai terlihat tenang dan bayi itu pun mulai terlelap, tak lagi rewel seperti sebelumnya.
Kini mama Dahlia mulai merasa tenang melihat cucunya telah terlelap dan tak lagi rewel.
"Ternyata enak juga punya menantu seorang dokter." ucapnya, entah sengaja atau tidak yang jelas gumaman mama Dahlia terdengar cukup keras, dan itu membuat Ansenio mengusap tengkuknya. entah apa yang kini dirasakan pria itu, hanya tuhan dan author yang tahu....
"Sebaiknya kamu mandi saja dulu nak Anis, kamu pasti sudah gerah seharian beraktivitas. Biar baby Naya saya yang jaga!!." tutur mama Dahlia, sementara Anis yang sudah merasa tubuhnya sangat gerah itu pun mengiyakannya.
Anis berlalu meninggalkan kamar baby Naya hendak menuju kamarnya. Namun ketika di kamarnya Anis dibuat terkejut ketika tak menemukan satupun barang barangnya yang tersisa di kamar itu. Untuk memastikan Anis lantas membuka lemari, dan benar saja tak satupun pakaiannya di sana.
"Kemana barang barangku, apa tuan Ansenio sudah membuangnya???." gumam Anis, sebelum kemudian beranjak keluar untuk menanyakan hal itu pada Asisten rumah tangga.
"Bi, apa bibi melihat barang barang saya??." tanya Anis dengan hati hati agar tidak menyinggung perasaan ART tersebut.
"Maaf Nona, tadi saya diminta oleh tuan Ansenio untuk memindahkan barang barang anda ke kamar tuan Ansenio." Jawab bibi apa adanya.
"Tuan Ansenio meminta bibi memindahkan barang barang saya ke kamarnya??." ulang Anis dan bibi mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan dari Anis.