Menikah di usia muda sungguh bukan keinginan ku. Namun aku terpaksa harus menikah di usia muda karena perjanjian kedua orang tuaku.
Aku dengannya sekolah di tempat yang sama setelah kami menikah dan hidup bersama namun rasa ini muali ada tapi kami tidak saling mengungkapnya hingga suatu hari terjadi sebuah kecelakaan yang membuat kami.... ayo simak lanjutan ceritanya di novel Benci jadi cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Di Skor
Lidia menghentakkan kakinya, kemudian beranjak kedepan, diikuti oleh Dina dan Leni.
Samapi didepan, Leni, Lidia, Dina, Rena, Nana, dan Santi, semuanya akan di interogasi.
"Apa masalah kalian, kenapa bertengkar?" tanya Ibu guru pada keenam siswanya itu.
Lidia segera menjawab pertanyaan dari Ibu gurunya. Dia tidak akan mengatakan kalau dia yang memulai duluan.
"Dia yang mulai lebih dulu." Ucap Lidia menyalahkan Rena. Namun matanya melotot kearah siswa lain. Agar siswa lain takut dan tidak berani menyalahkan dirinya.
"Benar yang dikatakan oleh Lidia?" tanya Bu guru pada semuanya.
"Benar, Bu, mereka yang mulai lebih dulu, Bu guru lihat semua baju dan rambut kami berantakan karena dijambak oleh mereka." Sahut Dina menyalahkan semuanya.
Ibu guru beralih menatap kearah Rena, Nana, dan Santi. Rena menggeleng kepala, karena yang dikatakan oleh Lidia dan gengnya tidak benar.
Rena hendak membela dirinya, namun dia tidak ada kesempatan untuk bicara, karena Lidia sudah menyahut.
"Dia Anak baru disini, tapi baru sekolah dua Minggu sudah membuat rusuh." Tuduh lidia pada Rena.
Rena yang mendengar Lidia terus menyalahkannya, wanita cantik itu sudah tidak sabar lagi, dia ingin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tidak, bukan begitu masalahnya dia berbohong pada Ibu, dialah yang mulai lebih dulu." Rena membuka suara, dia tidak mau dicap sebagai murid nakal.
Lidia melototkan matanya pada Rena, namun Rena tidak peduli, sedikitpun Rena tidak gentar.
Rena bukan wanita lemah dan mudah ditindas, namun dia terlihat lemah hanya kerena dia tidak mau membuat keributan.
Lidia menyangkal apa yang di katakan Rena. "Bu, dia memfitnah kami, kami sudah sangat lama sekolah disini, tapi tidak pernah membuat rusuh, seharusnya Bu guru lihat sendiri." Lidia sangat pandai bersilat lidah.
Bu guru itu diam, dia berpikir, karena ada benarnya yang dikatakan Lidia, selama Lidia sekolah, tidak pernah Lidia membuat onar, namun baru beberapa Minggu Rena sekolah disini, sudah terjadi pertengkaran. Jadi Bu guru membenarkan pa yang dikatakan oleh Lidia.
"Rena, kamu sekarang ikut Ibu keruang BP?" titah Ibu guru pada Rena dan Nana, juga Santi.
"Tunggu, Rena tidak bersalah, Lidia berbohong, yang dikatakan oleh Rena lah yang benar," Azam yang tidak mau kebenaran disalahkan dan yang salah dibebaskan, dia langsung buka suara.
Ibu guru yang hendak berjalan, dia menghentikan langkahnya, karena mendengar teguran dari Azam.
Lidia melotot, matanya membulat sempurna, kini dia pasti akan dibawa keruang BP, karena Azam akan bersaksi yang terjadi sebenarnya.
"Apa maksud kamu Azam?" tanya Bu guru pada Azam.
"Yang sebenarnya, Lidia yang salah bukan Rena, Lidia yang pertama kali menyuruh Rena pindah, tapi Rena tidak mau, dan setelah itu terjadilah pertengkaran.
Azam menceritakan yang sebenarnya pada Ibu guru. Lidia berdecak kesal, dia sungguh marah sama Azam, namun Lidia tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tidak akan mampu melawan Azam.
"Benar, Bu, aku melihat sendiri dengan mataku, benar seperti yang Azam katakan." Sahut Ilham lagi, membenarkan apa yang dikatakan Azam.
Rena tersenyum, dia salut pada Azam dan Ilham yang membela kebenaran. Sedangkan Rangga hanya diam, tidak mengatakan apapun.
Rangga tidak peduli dengan apa yang terjadi, dia lebih baik menyaksikan saja.
Akhirnya, Lidia bersama gengnya dibawa keruang BP, sedangkan Rena dipersilahkan duduk, begitu juga dengan Nana dan Santi.
Setelah membawa Lidia dan juga gengnya keruang BP, Bu guru segera kembali kekelas. Anak-anak semuanya juga sudah tidak riuh lagi seperti tadi.
Belajar mereka juga berjalan dengan lancar.
Sementara di sebuah perusahaan, semua karyawan berkumpul di aula untuk menyambut Presdir mereka yang hari ini adalah hari pertama dia kembali memimpin perusahaan.
Semu karyawan menatap kagum pada Nyonya Presdir mereka yang berjalan dihadapan mereka semua.
"Selamat datang Nyonya Presdir, dan selamat pagi." Ucap para karyawan menyambut kedatangan Presdir.
"Selamat pagi juga semua, terimakasih sudah menyambut kedatangan ku." Azuhra tetap ramah pada semua karyawan.
Pakaian yang begitu elegan yang melekat ditubuhnya, tidak membuat dirinya sombong dan berkuasa, Azuhra memperlakukan semua karyawannya dengan seperti teman.
Azuhra berjalan melewati semua karyawan, dengan penuh wibawa, dia berjalan memasuki ruangannya.
Pak Wawan yang mendampingi Azuhra, menyuruh semua karyawannya bubar dan kembali bekerja seperti biasa.
Sesampai diruangannya, Azuhra mulai menempati kursi kebesarannya.
"Pak Wawan, tolong Pak Wawan perlihatkan semua data, dan juga file-file penting perusahaan, jangan lupa, beritahu juga agenda-agenda apa saja." Ujar Azuhra pada Pak Wawan.
Pak Wawan mengangguk, kemudian Pak Wawan menjelaskan semua apa yang diminta Azuhra. Pak Wawan juga memberitahu dan mengatur ulang semua agenda untuk Azuhra.
"Apa perlu diadakan rapat, biar semua lebih jelas lagi?" tanya Pak Wawan.
"Itu lebih bagus, tapi rapat diadakan nanti aja setelah jam istirahat." Jawab Azuhra dengan gaya yang penuh wibawa.
"Baik Bu, kalua begitu sapa kembali keruanganku." Pamit Pak Wawan keluar dari ruangan Presdir.
Setelah Pak Wawan keluar, Azuhra mulai fokus memeriksa dan mempelajari apa saja yang harus dia kerjakan.
Sementara disekolah, yaitu diruangan BP, Lidia dan gengnya di skor satu Minggu. Ketiganya tidak boleh masuk sekolah selama skor itu belum selesai.
Lidia sangat kesal dan marah pada Rena, karena Rena dia harus di skor. Lidia dan gengnya keluar dari ruangan itu dengan lemas dan tidak bersemangat.
"Ini tidak bisa dibiarkan, baru kali ini gue dibuat malu, anak baru lagi, gue tidak terima, kita harus memberi anak baru itu pelajaran." Ucap Lidia pada kedua sahabatnya.
"Benar, kita harus membuat anak baru itu tidak betah sekolah disini. Lo jangan sampai kecolongan. Jangan sampai Rangga Lo di embat oleh anak baru itu." Dina semakin memanas-manasi Lidia.
"Gue setuju, kita harus membalas apa yang telah Anak itu lakukan, kita harus memberinya pelajaran." Sahut Leni. Leni juga tidak terima apa yang terjadi dengannya hari ini.
Leni tidak akan membiarkan Rena Yaman bersekolah disini. Kita harus mengatur strategi, jika nanti skor kita selesai, kita harus membalas apa yang telah dia lakukan pada kita." Lidia menyeringai karena dia pikir Rena akan menyerah.
Waktu terus berlalu, bell pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid dengan antusias keluar dari kelas.
Rena, Nana dan juga Santi sudah keluar lebih dulu, ketiganya berada di parkiran. Ketiga gadis itu berniat ingin berterimakasih pada Azam dan juga Ilham.
Tanpa ketiganya sadari dia orang siswa menghampiri ketiganya yang lagi menunggu Azam.
"Hai, kamu Anak baru ya.?" tanya seorang siswa, yang lumayan tampan.
Siswa itu menyodorkan tangan, mengajak Rena berkenalan.
Bersambung.