Siapa sangka, cinta yang dulu hangat kini berubah menjadi api dendam yang membara. Delapan tahun lalu, Alya memutuskan Randy, meninggalkan luka mendalam di hati lelaki itu. Sejak saat itu, Randy hidup hanya untuk satu tujuan : membalas sakit hatinya.
Hidup Alya pun tak lagi indah. Nasib membawanya menjadi asisten rumah tangga, hingga takdir kejam mempertemukannya kembali dengan Randy—yang kini telah beristri. Alya bekerja di rumah sang mantan kekasih.
Di balik tembok rumah itu, dendam Randy menemukan panggungnya. Ia menghancurkan harga diri Alya, hingga membuatnya mengandung tanpa tanggung jawab.
“Andai kamu tahu alasanku memutuskanmu dulu,” bisik Alya dengan air mata. “Kamu akan menyesal telah menghinakanku seperti ini.”
Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Mampukah cinta mengalahkan dendam, atau justru rahasia kelam yang akan mengubah segalanya?
Kisah ini tentang luka, cinta, dan penebusan yang mengguncang hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Setelah 1,5 jam perjalanan, Davin menghentikan mobilnya di sebuah hotel berbintang. Mengajak Alya turun, Davin menggandeng calon istrinya itu masuk ke dalam. Dengan perasaan ragu, Alya mengikuti langkah Davin hingga mereka berhenti di restoran hotel.
“Kamu pasti belum pernah makan di sini ‘kan, Al?” tanya Davin menggeser kursi untuk Alya duduk.
Sedikit lega karena Davin ternyata hanya mengajaknya ke restoran sebuah hotel, Alya kembali tenang.
“Aku sudah reservasi jauh-jauh hari supaya kita bisa makan di sini,” lanjut Davin kemudian memanggil waitress untuk melayani mereka.
Ia langsung saja memilihkan beberapa menu rekomendasinya untuk dicicipi Alya. “Nanti kamu pasti suka.”
Celingukan melihat keadaan sekeliling restoran, Alya hanya diam, karena ia memang tak pernah keluar selama 5 tahun ini.
“Tapi tidak seharusnya sejauh ini, Vin,” ujarnya.
Tersenyum, Davin menggenggam tangan Alya erat. Seolah sedang berusaha mengambil hati mama Gio itu, Davin ingin memberikan momen romantis malam ini. “Kita memang baru saja kenal, tapi entah mengapa aku langsung jatuh cinta padamu.” Davin mengecup punggung tangan Alya.
Sontak Alya pun mengibaskan tangannya, melepaskan dari genggaman tangan Davin. Nafasnya naik turun. Melihat perlakuan Davin, traumanya tiba-tiba muncul. Memorinya akan malam panas bersama Randy kala itu berputar-putar di otaknya. Ingin rasanya berteriak histeris, tapi Alya mampu menahannya.
"Maaf, Vin,” ujar Alya sedikit menunduk, merasa tak enak hati karena telah merusak momen hangat mereka.
Memakluminya, Davin tak mempermasalahkannya. Ia bahkan akan membiasakan Alya menerima hal-hal seperti ini agar traumanya benar-benar hilang. Hal yang seharusnya membuat setiap orang bahagia dan merasa dicintai.
Beberapa saat kemudian, waitress datang dengan beberapa menu yang telah Davin pesan, hingga membuat Alya melongo karena saking banyaknya.
“Porsinya sedikit, jadi aku sengaja pesan banyak, sekaligus agar kamu bisa mencoba semuanya.” Davin pun melayani Alya begitu perhatian.
Sementara itu di sudut restoran, tampak seorang lelaki kekar dan bertopi hitam sedang memainkan ponselnya sembari sesekali melirik ke arah Davin dan Alya.
***
Tengah fokus menyetir, Randy gelisah. Berkali-kali ia membunyikan klaksonnya, agar bisa menyalip semua kendaraan di depannya. Menggigit ibu jari tangan kirinya, Randy tetap fokus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tak lama, ponselnya berdering.
Geni memanggil...
“Ya, halo. Bagus. Tahan sampai besok pagi, aku akan ke sana,” jawabnya dalam panggilan telepon kemudian mengakhirinya.
Ia pun kembali mengebut agar segera sampai tujuan.
Sementara itu, Alya dan Davin yang baru saja selesai makan, bergegas meninggalkan restoran karena hari sudah malam.
“Al, kita mampir dulu sebentar ke kamar klienku ya, ada berkas yang harus aku ambil untuk sidang besok. Kebetulan dia sedang menginap di sini,” ujar Davin tetap menggandeng tangan Alya, meski mereka berjalan depan belakang.
Mulai cemas, Alya tak ingin berprasangka negatif, karena ia telah salah menuduh Davin yang bukan-bukan, padahal lelaki itu hanya mengajaknya makan di restoran hotel.
Hingga sampai di depan kamar bernomor 209, Davin meminta Alya menunggu sebentar.
Alya pun semakin merasa aneh karena Davin memiliki kartu akses untuk masuk ke dalam.
“Vin, aku tunggu di sini saja ya,” pinta Alya sedikit menjaga jarak.
“Tak apa, Al, masuk saja.” Tanpa basa-basi, Davin pun menarik tangan Alya ke dalam, tak memberikan kesempatan bagi Alya untuk memberontak.
“Vin, maksudnya apa?” Alya mulai mengeraskan suaranya, nafasnya terengah mulai ketakutan.
Menempelkan tubuh Alya di balik pintu kamar yang sudah tertutup, Davin berbisik lirih padanya. “Aku akan membuat traumamu hilang. Rileks ya, Al, tenang. Nikmati saja semuanya, kamu pasti suka.” Dengan lembut Davin mulai menyibakkan rambut Alya yang sedikit menutupi mata.
Tubuh Alya pun mulai bergetar, hingga ia menguatkan dirinya mendorong tubuh Davin menjauh darinya. “Jangan macam-macam kamu, Vin. Selama ini aku percaya kamu orang baik, tapi nyatanya kamu sama saja!” Nada bicara Alya bergetar.
Kembali mendekati Alya, Davin meletakkan jari telunjuknya di bibir Alya, seolah memintanya tak bicara keras. "Sssttt, kita akan menikah, Al. Apa salahnya kita bermain dulu sekarang."
Depresi Alya yang mulai kambuh, membuat ketakutannya pun tak terbendung. Peluhnya keluar, nafasnya semakin tak karuan. Memejamkan matanya, Alya berteriak sekencang mungkin saat Davin mulai membuka kancing kemejanya.
“Aaaaaarrrgggh, tolooong,” teriak Alya meringkukkan tubuhnya ke bawah.
Sementara di luar, seorang lelaki bertopi yang sedari tadi memperhatikan mereka di restoran, kini sudah berada di lorong kamar. Ia tampak menghubungi seseorang agar segera datang. Hingga tak lama, orang yang ia tunggu pun datang.
“Di sana, Bos,” tunjuknya.
Laki-laki yang baru saja tiba, yang ternyata adalah Randy itu pun segera menggedor begitu kuat pintu kamar Alya. Tanpa bersuara, Randy memberi kode pada anak buahnya yang telah diutus untuk memata-matai Davin dan Alya sejak dari keluar dari panti, untuk membantunya mendobrak pintu. Teriakan Alya meminta tolong pun kian terdengar nyaring, membuat Randy semakin panik.
Hingga pintu kamar pun terbuka setelah Randy dan anak buahnya mendobrak sekuat tenaga. Melihat Davin dengan baju setengah terbuka dan Alya yang tampak ketakutan, membuat Randy menghantam Davin tanpa aba-aba. Tak membiarkan Davin selamat, Randy membuatnya babak belur.
“Aku bisa laporkan perbuatanmu, ini penganiayaan! Kamu salah telah mencari perkara denganku!” tegas Davin dengan bibir berdar*h.
“Apa kamu pikir aku tidak bisa memperkarakan peleceh*n ini? Ini yang kamu bilang ingin menyembuhkan traumanya? Aku bisa menjebloskanmu ke dalam penjara!” Randy kembali memukul Davin tanpa ampun.
Hingga Randy yang sudah kelelahan, menghentikan serangannya dan memberi kode pada anak buahnya untuk mengurus Davin, sementara dirinya segera menghampiri Alya yang masih meringkuk ketakutan.
“Alya, kamu tidak apa-apa?” Randy memastikan mantan kekasihnya itu tak ternodai sedikit pun.
Berteriak, Alya menghempaskan tangan Randy sembari terus menangis.
“Alya, ini aku,” tutur Randy kembali berusaha meraih tubuh Alya.
Semakin terisak dan menjerit, Alya tak mampu mengontrol emosinya. Luka batin di masa lalu itu seakan kembali dibangkitkan. Rasa jijiknya pada dirinya sendiri seketika kembali muncul, mengingat pertama kali ia dinodai 5 tahun lalu.
Merangkulnya, Randy berusaha menenangkannya. “Alya, tenang, aku tidak akan melukaimu, aku ingin menolongmu. Maafkan aku sudah membuatmu seperti ini.”
Tak kuasa memberontak, Alya tak henti menangis dan menjerit dalam pelukan Randy.
***
Dini hari ketika Randy baru saja sampai di rumahnya setelah mengantar Alya ke panti, Nadia menghampirinya panik.
“Ran, papaku, Ran,” ujar Nadia cemas.
Dengan wajah tenang dan datar, Randy tak begitu merespons ucapan sang istri.
“Randy! Papa hilang dari semalam!” Nadia mengeraskan volume suaranya.
"Lalu aku harus apa?” Randy tak tampak khawatir. Ia justru begitu tenang dan seakan tak terjadi apa-apa.
...****************...
alurnya teratur baca jdi rileks banyak novel yang lain tulisan nya di ulang ulang terlalu banyak kosakata aku senang cerita kamu terus deh berkarya walaupun belum juara
Semangat kutunggu Karya selanjutnya Thoor, semoga sehat selalu