Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab12
"Ayah meninggalkan aku saat aku masih kecil. Dia merasa kecewa karena ibu memilih meninggalkannya, sebab ayah tidak punya apa-apa. Ayah terjun ke sungai yang dalam, dan aku tidak tahu di mana dia sekarang," jelas Sarena.
"Lalu, ibumu?" tanya Aldevaro.
"Sejak kejadian itu, keluarga ibu menjodohkannya dengan seorang pengusaha kaya. Ibu meninggalkanku, dan dia memiliki dua anak tiri yang membenciku. Mereka tidak mengizinkan aku bertemu dengan ibu," jelas Sarena.
"Ternyata kau bekerja di usia muda karena ini, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah juga karena alasan ini," ujar Aldevaro.
'Ternyata selama ini dia hidup dalam penderitaan, tidak ada yang peduli padanya, tetapi dia masih bisa kuat dan tegar. Bahkan, dia terpaksa menikahi saya, namun tidak pernah menunjukkan kesedihan hatinya,' gumam Aldevaro.
"Iya," jawab Sarena.
"Apa kau masih ingin melanjutkan pendidikan?" tanya Aldevaro.
"Aku tidak tahu," jawabnya.
"Jika kau mau, aku bisa mendaftarkanmu masuk kuliah dan membiayaimu," ujar Aldevaro.
"Aku rasa, saat ini aku tidak ingin melanjutkan pendidikan. Lagi pula, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu," ucap Sarena.
"Kau ini..."
---
Sejak hari itu, hubungan Aldevaro dan Sarena mulai sedikit membaik. Kini, Sarena tidak lagi memanggil Aldevaro dengan sebutan 'Tuan', melainkan dengan 'Mas'.
#5 bulan kemudian
Perut Sarena mulai terlihat buncit, dan dia sudah mulai ngidam banyak hal.
"Mas," ujar Sarena.
"Ada apa?" jawab Aldevaro.
"Aku ingin makan bakso," ujar Sarena.
"Bakso? Apa kau tidak lihat ini sudah tengah malam? Mana ada orang yang berjualan bakso jam segini?" jelas Aldevaro.
Sarena yang sedih merasa Aldevaro tidak mau menuruti keinginannya, lalu dia menangis tersedu-sedu.
"Kau jahat," ujar Sarena sambil menangis seperti anak kecil.
"Heh, jangan menangis. Aku akan menyuruh Dafa mencarikannya untukmu," ucap Aldevaro.
"Aku tidak mau dibelikan oleh Dafa, aku maunya kamu yang belikan," tegas Sarena.
"Hah? Saya harus mencarinya ke mana?" tanya Aldevaro.
Sarena kembali menangis.
"Baiklah, saya berangkat," ucap Aldevaro sambil mengambil kunci mobilnya, namun Sarena menahannya.
"Kenapa kau ambil kuncinya?" tanya Aldevaro.
"Aku mau ikut, tapi harus naik motor," ucap Sarena.
"Apa? Ini sudah malam, udara malam tidak baik untuk ibu hamil, apalagi naik motor. Kamu ini semakin hari semakin banyak permintaan aneh," ujar Aldevaro.
Mata Sarena mulai berkaca-kaca.
"Baiklah, kau boleh ikut, tapi kita naik mobil, bukan motor," ujar Aldevaro.
"Baiklah," ucap Sarena dengan senang.
"Pakai jaketmu," ujar Aldevaro.
Namun, Sarena hanya memegang jaketnya tanpa memakainya.
"Mengapa tidak dipakai?" tanya Aldevaro.
"Pakaikan," pinta Sarena.
"Astaga, Sarena, kau sudah dewasa, kenapa begitu manja," ujar Aldevaro, lalu dia memakaikan jaket untuk Sarena.
Setelah itu, mereka masuk ke dalam mobil. Sarena dan Aldevaro mulai mencari penjual bakso.
"Lihatlah, tidak ada satu pun restoran bakso yang buka," ujar Aldevaro.
"Aku tidak ingin bakso dari restoran. Aku ingin bakso di tempat yang enak, dan aku tahu tempatnya," jelas Sarena.
Aldevaro pun menuruti Sarena, dan Sarena menunjukkan lokasi tempat tersebut. Sesampainya di sana, Aldevaro begitu terkejut.
"Sarena, apa kau serius mau makan bakso di sini?" tanya Aldevaro.
"Ya, serius. Memangnya kenapa? Bakso di sini adalah yang paling enak, ini langgananku sejak dulu," ucap Sarena.
"Ya ampun, penjual bakso pinggir jalan seperti ini, apa benar bersih?" ujar Aldevaro.
"Sudah, bersih kok. Jangan banyak bicara, ayo!" ujar Sarena sambil menarik tangan Aldevaro.