Cinta dan Obsesi? Seperti dua sisi koin yang berbeda.
Ryu Dean sudah dua tahun ini berpura-pura menjadi security di sebuah kampus ternama, hanya untuk mengamati tunangannya, Almira. Seorang tunangan yang tidak setia padanya.
Tapi di balik itu, ada Fiona seorang mahasiswi paling alay yang selalu mengoceh bercerita tanpa henti padanya.
Perlahan perasaan patah hati Ryu pada Almira berubah. Dirinya merasa nyaman setiap kali bersama dengan Fiona.
Namun ada kalanya perasaan tidak berbalas. Fiona ingin menyatakan cintanya pada kang bakso.
Membuat ego seorang Ryu Dean tidak dapat menerimanya. Putra tunggal keluarga konglomerat, dikalahkan oleh kang bakso?
"Kamu sudah gila...?" Gumam Ryu Dean tertawa, aneh.
Bagaimana obsesi konyol ini, akan berlanjut?
🍀🍀🍀 Warning! Buatan seorang amatir yang hanya iseng menulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Taring Kecil
Kecantikan dapat memudar seiring dengan waktu. Itulah yang perlahan dialami oleh Almira.
Tidak ada bantuan dari keluarga Ryu Dean lagi, membuat bisnis Riswan mengalami kemunduran. Bukan bangkrut, tapi perlahan bagaikan demikian.
Mobil sudah dijual sejak sebulan lalu. Hanya tersisa satu mobil di rumah tersebut, itupun mobil yang biasa dibawa oleh Riswan ke kantor. Sedangkan mobil lain yang biasa dipakai oleh Yuma telah dijual.
Jumlah ART, tukang kebun dan supir, dari yang semula total 10 pekerja. Kini hanya memilih seorang ART.
Kehidupan bak tuan putri bagaikan telah lenyap. Almira melangkah dengan cepat menuju lantai dua.
"Sudah ada hasil?" Tanya Yuma antusias.
"Ryu Dean tidak membalas pesanku. Sudahlah ibu, lagipula aku tidak menyukai gajah gemuk sepertinya." Almira memutar bola matanya malas.
"Tapi perusahaan ayahmu semakin merosot. Delone sama sekali tidak memberikan bantuan apapun." Keluh sang ibu mulai kembali duduk, menghela napas berkali-kali.
"Ibu uang." Almira menadahkan tangannya."Sepertinya aku tidak cocok dengan krim perawatan wajah yang baru. Aku harus ke dokter kulit, krim perawatan wajah yang dulu lebih bagus."
Tentu saja, kulit yang benar-benar sensitif. Bahkan Cheisia sendiri yang mengantar Almira pada dokter kulit ternama. Krim dengan harga 2 juta rupiah per set, itulah yang dipakainya dari dulu. Dan sekarang diganti dengan krim seharga 250 ribu per set.
Sejatinya bukan cuma tentang harga, tapi juga kandungannya. Merkuri itulah yang terkandung dalam krim perawatan wajah yang dibelinya secara online. Memutihkan kulit wajahnya dengan cepat, tapi juga lapisan kulitnya bagaikan terkikis.
"Uang? Baru kemarin kamu meminta lima ratus ribu untuk mengikuti trend kuku palsu!" Bentak sang ibu pada putrinya.
"Ini berbeda! Ibu tidak ingin melihat anak ibu cantik!? Bukannya ibu sendiri yang bilang aku beruntung karena kecantikanku!?" Almira ikut-ikutan meninggikan nada suaranya.
"Ini." Malas berdebat, sang ibu menyodorkan uang 500 ribu rupiah.
"Cuma segini? Ibu tau kan biayanya ke dokter kulit!?" Tanya Almira.
"Tau! Minta sana pada Delone! Ibu tidak sanggup!" Sang ibu mulai bangkit menatap nyalang pada putrinya.
"Orang tua tidak guna!" Teriak Almira yang terbiasa dimanjakan dengan berbagai fasilitas mewah dari kecil.
Kesal? Tentu saja, perdebatan dengan orang tuanya membuat Almira jarang berada di rumah. Melangkah keluar setelah memesan taksi online.
Tujuannya? Tentu saja untuk menghilangkan penat. 500 ribu tidak cukup untuk ke dokter kulit, begitulah pertimbangannya, lebih memilih pergi ke club'malam.
Dentuman suara musik terdekat, aroma asap rokok dan alkohol menyebar, tubuhnya limbung merasakan keseimbangannya kurang kala menari.
Menghela napas kasar, Almira pada akhirnya duduk beristirahat di kursi samping bar. Uang yang sedikit membuat dirinya tidak dapat leluasa memesan minuman.
Meraih handphonenya mencoba menghubungi Delone. Cukup lama hingga panggilannya terjawab.
"Sayang, kamu sedang apa? Aku lumayan suntuk.Kamu ke sini ya?" Ucap Almira meminum bir kaleng sembari merokok.
"Jangan hubungi Delone lagi. Aku pacar barunya." Suara seorang wanita terdengar dari handphone kekasihnya.
"Eh! Br*ngsek! Mulut ikan! Jangan asal bicara." Cerocos Almira dalam keadaan setengah mabuk.
Hingga kali ini suara Delone terdengar."Almira maaf, kita putus saja. Aku tidak bisa memenuhi ekspektasi kedua orang tuamu."
Hanya sebuah alasan sejatinya. Dirinya sudah bosan dengan Almira yang cintanya begitu mahal. Kedua orang tuanya juga sudah membekukan rekening Delone.
"Sial! Br*ngsek! Karenamu aku memutuskan Ryu---" Kalimat Almira terhenti, Delone mematikan panggilannya sepihak.
Menjambak kasar rambutnya sendiri. Tidak tahu dirinya harus bagaimana. Sudah beberapa bulan hidup pas-pasan seperti ini. Berbeda dengan sebelumnya kala Cheisia masih mendukung keadaan finansial nya.
Hingga seorang pria paruh baya mendekat. Tidak begitu gemuk, memang sedikit buncit. Seorang pria yang kini duduk di sampingnya."Sendirian saja?" tanyanya mengeluarkan aura maskulin, om-om genit.
"Iya!" Jawab Almira jutek.
"Mau om traktir?" Pria itu kembali bertanya, mengeluarkan black card yang dikeluarkan salah satu Bank.
"Boleh." Ucap Almira pada akhirnya berpura-pura tersenyum.
Bodoh bukan? Seolah-olah melupakan jika dirinya membuang Ryu Dean yang memberikan kehidupan lebih baik darinya. Rasa ego masih ada, dirinya terlalu gengsi untuk kembali. Tapi juga tidak ingin hidup susah. Benar! Tanpa Ryu Dean dirinya masih dapat hidup berkecukupan.
"Mau jadi pacar om?" Tanya Bono (Pemilik perusahaan eksportir), memegang jemari tangan Almira.
Almira meminum segelas Vodka dengan cepat. Tidak apa-apa, satu malam saja. Maka dirinya akan memiliki uang untuk ke dokter kulit. Menipiskan kesadarannya, yang jelas dirinya akan kembali pada kehidupan semula."Mau!"
Sebuah jawaban bodoh, berlandaskan gengsi. Dimana Ryu Dean tidak pernah lagi membalas pesannya. Kecantikannya memang akan utuh.
Bono menarik Almira ke dalam pangkuannya. Kemudian mencium pipinya.
Kita dapat menebak kemana ini akan berakhir bukan?
*
Kala dirinya terbangun, Almira menghela napas memegangi kepalanya yang sakit akibat terlalu banyak minum. Memperhatikan area sekitarnya. Ada satu alat pengaman yang telah terpakai di tempat sampah.
Sedangkan Bono masih memeluknya dalam keadaan tidur.
"Om..." Panggil Almira.
"Emmmgh...sayang, siapa namamu?" Tanya Bono benar-benar tertarik pada kecantikan gadis yang lebih muda darinya ini.
"Almira." Ucap Almira menelan ludahnya.
Satu? Tidak ada beberapa black card dari bank-bank berbeda dalam dompet pria ini. Bono meraihnya memberikan salah satunya pada Almira.
"Om mencintaimu. Mau ya menjadi pacar Om. Nanti kamu bisa tinggal di apartemen milik Om." Bujuk rayu sang siluman b*bi, eh typo maksudnya bujuk rayu sang pemilik perusahaan eksportir.
"I...iya." Ucap Almira gugup. Yang ada di otaknya ini hanya sebuah hubungan rahasia. Agar kembali pada keadaan semula, dapat membeli barang-barang yang diinginkan olehnya.
Berharap pada Ryu Dean? Pesannya sama sekali tidak mendapatkan balasan.
*
Beberapa bulan telah berlalu dari hari dimana Fiona mengalami tindak kekerasan. Penyelidikan yang dilakukan diam-diam membawakan hasil pada satu nama, Delone.
Seorang pemuda yang memang jika sedikit saja memiliki masalah dengan orang lain, akan membayar beberapa preman untuk mengatasinya.
Tapi taukah kalian bagaimana jika sang naga telah mengakui perasaannya?
"Jadi, dia pelakunya?" Tanya Ryu tengah menyetir mobil miliknya, pada seseorang di seberang sana. Earphone berukuran kecil berada di telinganya, mendengarkan kalimat dari detektif sewaan ayahnya.
Seseorang yang mendapatkan rekaman CCTV tempat pertemuan para preman dan Delone.
"Benar!" Jawaban dari sang detektif.
"Jangan katakan pada ayah. Biar aku sendiri yang mengatasinya..." Sebuah senyuman keji dari sang pemuda yang mematikan panggilannya.
Mengendarai mobil sport berwarna biru tua, pemuda yang memiliki wajah rupawan, bagaikan selebriti Asia timur itu tersenyum.
Mobil miliknya terparkir di depan area club' malam. Menggunakan sarung tangan kulit berwarna hitam. Melangkah turun dari mobilnya.
Satu tahun? Perlahan anak naga menumbuhkan taringnya bukan?
rajin2 up nya
Masih greget rasanya...