NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Orang Baru ?

Tak lama kemudian, Luna sampai di restoran tempat mereka akan bertemu. Dia mengenakan gaun sederhana namun anggun, dengan riasan yang menonjolkan kecantikannya tanpa terlalu mencolok. Aurel telah mempersiapkannya untuk pertemuan ini dengan sempurna. Sebelum masuk, Luna menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri. Saat dia melangkah ke dalam restoran, Dafa sudah duduk di meja pojok, menunggunya. Tampak tenang di luar, tapi sorot matanya memperlihatkan kerinduan yang tak bisa disembunyikan. Begitu Luna menghampiri, Dafa berdiri dan tersenyum tipis.

"Luna," sapanya, suaranya terdengar tenang meski ada ketegangan di baliknya. "Hai," jawab Luna, berusaha menjaga jarak emosionalnya. Dia duduk perlahan, tanpa langsung menunjukkan kegugupan yang dia rasakan.

Selama beberapa menit pertama, mereka berbicara hal-hal ringan tentang pekerjaan, tentang kondisi kesehatan Luna setelah kecelakaan, dan sedikit tentang media yang terus mengganggu kehidupan pribadi mereka. Luna terus berusaha bersikap tenang, meskipun hatinya ingin meledak dengan berbagai perasaan. Setiap kali Dafa berbicara, Luna menahan diri untuk tidak langsung menatap matanya terlalu dalam.

Setelah beberapa waktu, akhirnya Dafa mengambil napas dalam-dalam, menatap Luna dengan lebih serius.

"Aku tahu ini nggak mudah untuk kamu, Luna," katanya, suaranya mulai berat. "Media, gosip, semua ini bikin hidup kita jadi lebih rumit. Tapi... aku butuh waktu buat mikir karena ini bukan keputusan kecil."Luna menatap Dafa, ingin mengungkapkan semua perasaannya saat itu juga, tapi dia mengingat saran Aurel. Dia menahan diri.

"Aku ngerti, Dafa. Aku juga nggak mau buru-buru. Tapi yang aku mau sekarang adalah kejelasan. Apa kamu bener-bener mikir tentang kita? Atau ini hanya soal waktu sebelum kamu mutusin segalanya?" Luna berusaha menjaga suaranya tetap tenang, meskipun ada sedikit ketegangan di sana. Dafa tampak terkejut dengan pertanyaan itu. Dia menggeser posisi duduknya, menatap Luna dengan intens. "Aku nggak pernah niat buat main-main, Luna. Tapi kamu tahu, kita ini dari dunia yang beda. Aku cuma butuh yakin kalau kita bisa jalanin semua ini dengan baik."

Luna merasakan dadanya menghangat, tapi dia tetap harus kuat. Dia mengangguk, menahan perasaan itu. "Kalau kamu butuh waktu, ambil waktu. Aku nggak akan maksa."Sikap dingin Luna membuat Dafa semakin penasaran. Dia terbiasa melihat Luna penuh semangat dan antusias, tapi kali ini dia terlihat lebih dewasa dan tenang. Itu justru membuat Dafa merasa semakin kehilangan kendali atas situasi ini. Pertemuan mereka berakhir dengan keheningan yang penuh makna. Ketika Dafa berdiri untuk pulang, Luna juga ikut berdiri. Mereka saling berpandangan untuk sesaat, tapi Luna tetap menahan diri untuk tidak terlalu terbuka.

Saat Dafa berjalan keluar, Luna hanya bisa menghela napas panjang. Di dalam hatinya, dia merasa lelah karena harus menahan perasaannya. Dia sangat ingin menunjukkan betapa dia merindukan Dafa, tapi dia tahu dia harus menjaga harga dirinya. Aurel yang sudah menunggu di luar restoran, langsung menghampiri Luna. "Gimana? Kamu udah bagus banget tadi," katanya dengan senyum penuh kepuasan. Luna tersenyum samar. "Aku berhasil nahan diri, Rel... tapi jujur, aku masih ngerasa sedih."Aurel menepuk pundaknya. "Sabar, Lun. Kalau Dafa benar-benar peduli, dia bakal ngejar kamu. Kamu udah ngasih sinyal yang cukup, sekarang tinggal nunggu dia yang ambil langkah berikutnya."

Malam itu, Luna kembali ke apartemennya dengan perasaan campur aduk. Meski dia berhasil menjalankan saran Aurel, hatinya masih berdebar memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Di sisi lain, Dafa pun kembali ke rumah dengan perasaan bingung. Dia merasa semakin terikat dengan Luna, namun kesadaran bahwa hubungan mereka tak semudah yang dibayangkan terus menghantuinya.

Setelah pertemuan dengan Dafa yang meninggalkannya dengan banyak keraguan dan kesedihan, Luna memutuskan untuk menarik diri dari semua pekerjaannya. Berhari-hari dia berdiam diri di apartemennya, menolak syuting dan bahkan tidak menjawab panggilan atau pesan dari Aurel. Semua rencana kerja, promosi film, dan jadwal syuting berantakan. Luna tidak bisa fokus, hatinya masih terlalu berat memikirkan Dafa.

Aurel, yang selalu menjadi tulang punggung dalam karier Luna, merasa kebingungan dan mulai frustrasi. Setiap kali dia mencoba menghubungi atau mengunjungi Luna, dia hanya mendapat tanggapan dingin. "Lun, kamu nggak bisa kayak gini terus," ucap Aurel saat akhirnya bisa menemui Luna di apartemen. "Semua jadwal syutingmu tertunda. Ini bisa merusak reputasi kamu, lho!" Luna hanya menatap kosong keluar jendela, masih dalam balutan pakaian santainya. "Aku nggak bisa, Rel. Aku butuh waktu sendiri. Aku nggak tahu harus gimana."

Aurel menghela napas panjang. "Aku ngerti kamu lagi sedih soal Dafa, tapi kamu nggak bisa biarin hidup kamu berhenti cuma karena satu masalah ini." Namun, Luna tetap tidak merespons, membuat Aurel semakin pusing.

Di sisi lain, Arman, lawan main Luna dalam film terbarunya, mulai merasa ada kesempatan. Sejak proses syuting berakhir, Arman merasakan ketertarikan yang semakin besar pada Luna. Meskipun awalnya dia menganggap hubungan mereka hanya sebatas gimik yang dibuat oleh produser untuk mendongkrak popularitas film, lama kelamaan Arman mulai merasa ada sesuatu yang lebih dalam.

Ketertarikannya pada Luna membuatnya berpikir untuk mengambil langkah lebih serius. Dia tahu bahwa Luna sedang dalam masa sulit, dan dia melihat ini sebagai kesempatan untuk mendekat. Arman memutuskan untuk berinisiatif dan mengunjungi apartemen Luna secara langsung.

Suatu sore, saat Luna masih larut dalam pikirannya yang penuh kesedihan, bel apartemennya berbunyi. Dia mengira itu Aurel, jadi tanpa banyak berpikir, Luna membuka pintu. Namun, di luar dugaan, yang berdiri di depan pintu adalah Arman, dengan senyum ramah di wajahnya. "Hai, Luna," sapanya dengan lembut. "Boleh aku masuk?" Luna terkejut, tapi dia terlalu lelah untuk menolak. Dia memberi isyarat agar Arman masuk ke dalam apartemennya.

"Kamu baik-baik aja, kan? Aku dengar dari kru kalau kamu nggak ikut syuting beberapa hari ini," kata Arman sambil memandang Luna dengan perhatian. Luna hanya mengangguk, kemudian duduk kembali di sofa, membiarkan Arman berdiri di tengah ruangan, merasa sedikit canggung. "Aku butuh waktu buat diriku sendiri," jawabnya singkat. Arman duduk di kursi seberang, tak ingin terlihat memaksa. "Aku ngerti. Terkadang kita memang butuh jeda dari segalanya." Suaranya terdengar tulus, tapi Luna merasa dia belum siap membuka diri kepada Arman. "Kenapa kamu di sini?" tanya Luna, langsung pada intinya. Wajahnya tetap datar, tapi ada sedikit keingintahuan dalam nada suaranya.

Arman tersenyum tipis, mengangkat bahu. "Aku cuma mau lihat kamu. Aku tahu syuting kemarin melelahkan, dan aku pikir kamu mungkin butuh teman bicara." Luna menatapnya, merasa aneh dengan kehadiran Arman yang tiba-tiba. Dia tahu bahwa gimik yang dibuat produser untuk film mereka membuat seolah-olah ada hubungan romantis antara mereka, tapi dia tidak pernah menganggap Arman sebagai lebih dari sekadar lawan main. Namun, kehadirannya saat ini, di tengah situasi hatinya yang kacau, membuat Luna sedikit luluh.

"Aku nggak butuh simpati," jawab Luna, mencoba menjaga jarak. "Aku bukan datang buat kasih simpati, Luna. Aku cuma mau bantu. Kalau kamu butuh teman bicara atau sekadar seseorang buat dengerin, aku ada di sini." Arman berkata dengan nada yang tenang dan tulus, membuat Luna sedikit terkejut dengan ketulusan itu. Luna merasa bingung. Di satu sisi, kehadiran Arman memberinya sedikit distraksi dari pikiran tentang Dafa, tapi di sisi lain, dia tidak ingin terlalu dekat dengan Arman. Perasaannya masih terlalu terpaku pada Dafa, meski hubungan mereka belum menemukan titik terang.

"Kamu nggak perlu repot-repot, Arman. Aku baik-baik aja," kata Luna, meskipun jelas terlihat dari wajahnya bahwa dia tidak benar-benar baik-baik saja. Arman tersenyum tipis, lalu berdiri. "Baiklah. Aku nggak akan ganggu kamu lama-lama. Tapi ingat, aku selalu ada kalau kamu butuh teman bicara."Setelah Arman pergi, Luna merasa kembali tenggelam dalam kesepiannya. Meskipun Arman memberikan perhatian yang hangat, hatinya masih terpaut pada Dafa. Namun, sekarang dia menyadari satu hal—Arman mungkin benar. Dia tidak bisa terus-menerus lari dari semua orang dan menyembunyikan dirinya dari dunia.

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!