Aku Bukan Pujangga

Bang Hara mengangsurkan segelas air putih untuk Rintis. Dua buah kebab habis tak bersisa dan mendekam puas di dalam perut sang istri.

"Abang harap kamu pun tidak ada hubungan lagi dengan Bang Azzam, dia sudah menikah, istrinya sedang hamil tua..!!"

Rintis cukup kaget mendengarnya, pasalnya ia mengira Bang Hara tidak tau dirinya masih memiliki 'kontak' dengan pria tersebut, pria yang sebenarnya masih merupakan senior Bang Hara.

Ucap Bang Hara memang lembut, tapi penekanannya begitu kuat dan sarat akan ancaman mematikan.

"Jika bicara soal marah, Abang lebih tau hubunganmu bahkan sejak sebelum kita menikah."

Tak ada jawaban dari Rintis. Mungkin karena istri Letnan Trihara merasa bersalah sudah kucing-kucingan dengan suaminya.

"Apa ada penjelasan??" Tanya Bang Hara.

"Awalnya Titis hanya berteman saja, sungguh Titis tidak tau kalau Bang Azzam sudah punya istri......." Jawab Rintis yang polos mulai kebingungan.

"Apa yang dia janjikan?"

Rintis gemetar mendengar pertanyaan Bang Hara namun dirinya tidak mungkin untuk tidak menjawabnya.

"Di kasih uang dua puluh ribu untuk uang saku, itu juga saat Bang Azzam masih jadi ajudan Papa." Jawab Rintis.

"Kenyataannya???"

"Nggak ada, Titis malah bayar biaya rawat inap ibunya Bang Azzam di rumah sakit."

"Berapa?" Selidik Bang Hara lagi.

"Dua puluh satu juta, Bang. Di ambil dari tabungan Titis." Jawab Rintis masih tenang. "Papa dan Abang tidak pernah tau kalau Titis mengeluarkan uang sebanyak itu."

Bang Hara menggeleng gemas dengan senyum kecut. Sebenarnya hatinya tidak nyaman dan rasanya ingin menelan bulat-bulat apapun yang ada di sekitarnya saking jengkelnya namun mengingat kepolosan sang istri membuatnya lebih tidak tega.

Rasa kasihan jelas begitu di rasakan Bang Hara. Sang istri hanya paham penyebutan nominal uang tanpa tahu seberapa banyak jumlah uang tersebut jika sudah sampai pada genggaman tangan.

"Sekarang dimana kartu ATM nya..!!" Pinta Bang Hara.

"Di bawa Bang Azzam biar aman." Jawab Rintis dengan segala kepolosannya.

"Kalau begitu buka M-banking mu..!!" Bang Hara mengarahkan agar istri kecilnya membuka perangkat M-banking.

"Sudah di perbaiki Bang Azzam tapi tidak bisa di buka lagi."

Bang Hara meraup wajahnya, kesal dan gemas mengaduk perasaan. Bukan karena menginginkan uang tersebut tapi cara seniornya untuk membohongi dan membo*ohi sang istri memang begitu mengecewakan.

Jika saja memang ada keharusan perbandingan, sebenarnya semua orang pun bisa paham jika

Paham seniornya itu ada di Batalyon bersama Bang Abri, ia pun menghubungi sahabatnya. Satyaki.

"Halloooo bro, ada apa?"

"Di Batalyon masih ada Bang Azzam atau tidak?" Tanya Bang Hara.

"Ada.. mau apa lu?"

"Merontokkan gigi seniormu itu..!!' Jawab Bang Hara.

"Maksudmu piye, ting??????"

Bang Hara mematikan panggilan teleponnya secara sepihak.

...

Rintis tidak ingin bertemu lagi dengan Bang Azzam dengan alasan pria tersebut sudah beristri. Ia sakit hati karena merasa di bohongi.

"Abang tidak menyalahkan jika kamu sakit hati. Tapi ada hak mu di dalamnya, ada keringat kedua orang tuamu yang berusaha membahagiakan kamu. Abang tidak butuh uang itu, Abang masih punya tenaga untuk bekerja. Tapi demi Allah Abang tidak ikhlas ada manusia yang berani cari perkara denganmu..!! Itu sama saja dengan menantang Abang." Jawab Bang Hara.

Rintis mengangguk berusaha paham meskipun hatinya masih takut.

"Tapi kalau Bang Azzam marah, Abang belain Titis ya..!! Nanti Titis bayar Abang, seratus ribu deh..!!"" Pinta Rintis.

Rasanya Bang Hara ingin menjitak ubun-ubun istri kecilnya. Ibarat kata mungkin uang segitu hanya cukup untuk membeli rokoknya saja untuk dirinya yang seorang perokok berat.

"Tidak perlu kamu minta juga Abang pasti akan melindungimu..!!"

Tak lama Bang Azzam menghampiri keduanya namun raut wajah itu nampak kurang bersahabat saat melihat Bang Hara menemuinya bersama Rintis.

"Kalian saling kenal?" Tanya Bang Azzam membuka sapaan pertama kalinya.

"Ijin.. Abang..!! Saya kesini mau mengambil kartu ATM milik Rintis sekalian dengan M-banking nya..!!" Jawab Bang Hara.

Seketika itu juga wajah Bang Azzam merah padam kebingungan, mungkin sekaligus bercampur rasa malu.

"Eee.. ehm.. iya, sebentar..!!" Bang Azzam mengambil kartu ATM dari dompetnya namun saat akan menyerahkan pada Bang Hara, seorang wanita menyambar kartu ATM tersebut.

"Kenapa di serahkan?? Bukannya ini kartu ATM gaji karyawan????" Kata Irna, istri Kapten Azzam.

"Maaf, mungkin Bu Irna salah paham. Istri saya tidak pernah menjadi karyawannya Kapten Azzam, malah saya kesini mau mengambil kartu ATM yang terbawa atau mungkin di bawa Kapten Azzam." Jawab Bang Hara.

Sungguh Bang Azzam kaget mendengar status Rintis saat ini. Ia menunduk tanpa kata karena begitu malu dengan keadaan.

Pandangan mata Irna langsung tertuju pada Rintis.

"Kamuu.. bukannya kamu perempuan yang sudah di tolak suamiku???. Kamu yang menggoda suamiku kan????" Tuduh Irna dengan tatapan mata tajam menusuk.

Kaki Irna sudah dua langkah maju ke depan namun Bang Hara segera menghalangi bumil milik Bang Azzam.

"Saya butuh akun M-banking terbaru begitu juga dengan sandinya dan setelah ini tolong jelaskan sejelas jelasnya pada istri Abang. Tarik kata-kata yang menyudutkan istri saya. Perhatikan Bang..!! Istri saya tidak pernah menggoda Abang, jelaskan pula bahwa Abang yang sudah memperdaya istri saya." Ucap tegas Bang Hara.

Irna yang terkejut seketika mengalami kontraksi namun Bang Hara yang juga geram akhirnya tidak mau tau akan hal itu.

"Jika ternyata Abang menggunakan uang pribadi istri saya.. Abang akan berurusan langsung dengan saya..!!" Ancam Bang Hara.

.

.

.

.