Niat baik salsa untuk membantu sang bos yang sedang hangover ternyata membawa petaka untuknya. bagaimana tidak, malam ini kesuciannya di rengut oleh Azka Aditama dengan paksa.
sementara Azka sendiri bingung, sudah hampir tiga puluh tahun dia tahu dirinya impoten, tapi malam ini, kamar apartemennya menjadi saksi bisu,bagaimana keperkasaan alatnya saat menggagahi gadis di bawah kungkungannya.
Azka-Salsa here
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sedikit perhatian
"bapak makan dulu!" pagi sekali, Salsa sudah berada di rumah sakit. Dia datang di antar oleh Novia, tapi wanita itu sudah kembali pulang ke lokasi shooting. Dia hanya mengantar Salsa sampai di parkiran, dan saat ini Salsa sudah berada di ruang rawat Azka.
pria itu sudah terbangun sejak tadi, tidak ada siapapun disana, Aditya sudah kembali ke hotel untuk mengambil baju ganti untuk Azka.
Salsa menyiapkan makanan yang dia bawa dari Vila, itu adalah buatannya, dia bangun subuh hanya untuk membuat sarapan sehat untuk Azka.
"hmmm" hanya deheman singkat, Azka tak beralih dari tangan Salsa yang begitu telaten menyiapkan makanan untuknya.
"ini pak!" dengan sopan, wanita itu memberinya pada Azka, pria itu menerimanya dengan senang hati.
"kenapa bapak berada di Bali?" harusnya pertanyaan itu dia lontarkan kemarin pagi, tapi Salsa lupa.
"ngikut kamu.." jawab Azka singkat tapi berhasil membuat Salsa membulatkan matanya sejenak.
"terus kantor bapak??" tanya Salsa lagi mengorek informasi. Dia begitu penasaran, secara selama ini yang Salsa tahu, pria di depannya sangat gila kerja, bahkan dia lebih sering di kantor dari pada menemui pacarnya yang artis itu. tapi saat ini, pria itu bahkan rela meninggalkan kantor untuk beberapa hari ini, hal yang cukup mengejutkan wanita itu.
"di handle sama Deddy, kenapa memangnya?" tanya Azka balik, dia sampai menyimpan makanannya lebih dulu hanya untuk menanggapi pertanyaan Salsa.
"ya nggak apa apa, cuman tanya aja,, bapak lanjut aja makannya!" Sadar waktu makan Azka terganggu, Salsa mengakhiri percakapannya. Dia duduk di sofa, menunggu sampai Azka menghabiskan makanannya.
mengulir laman media sosialnya, tidak lupa memberi kabar pada dua adiknya yang dia tinggal di jakarta.
baru juga di buka, notif pesan masuk dari Kenzo secara beruntun terlihat jelas. Salsa tersenyum sendiri, kemudian membacanya satu persatu. Seperti biasa, isi pesan dari adiknya itu tentang kabar dan keadaan Salsa saat di Bali.
"siapa?" tanya Azka saat melihat Salsa tersenyum di depan layar ponselnya.
Salsa mendongak, Azka sudah berdiri tepat di depannya. Wanita cantik itu gelagapan, menaruh ponselnya begitu saja lalu melihat Azka dengan wajah paniknya.
"bapak bisa jalan? Bagaimana luka di kakinya, apa tidak sakit?" ya, selain di kepala, ada sedikit luka di kaki Azka. Tapi itu tidak parah sampai membuat Azka tidak bisa berjalan seperti yang di pikirkan Salsa.
Perlahan Salsa menunduk, memperhatikan luka tersebut.
"nggak separah itu,Sa.. Masih bisa jalan, kenapa kamu sepanik itu??" tidak mau senang ke ih dulu, Azka takut seperti kemarin sore, sudah senang tapi ternyata di banting setelahnya.
"ouhhh nggak parah ya,, sya pikir bapak nggak bisa jalan, sudah makannya?" tanya Salsa lagi, Azka hanya mengangguk, kembali memperhatikan wanita itu yang saat ini sedang merapikan kotak makannya kembali.
"bapak kapan pulang ke jakarta?"
"kamu kapan?" Azka bertanya balik, hal itu membuat Salsa kesal setengah mati.
"saya nggak balik pak, sudah bayar kontrakan disini, dan akan pindah besok!!" jawab Salsa ngasal.
"serius??" tidak mau percaya begitu saja, sampai Azka harus bertanya lagi
"ya enggaklah pak!!" spontan Azka menghela nafas lega.
"terus kapan pulangnya?" sekali lagi, Azka menanyakan pertanyaan yang sama.
"entah, tiga hari lagi mungkin.." jawabnya dengan malas, kemudian kembali melirik ke arah Azka yang saat ini hanya diam.
"kenapa? Ganteng banget ya?" sadar akan lirikan Salsa, jiwa narsis pria itu mendominasi. Dengan pedenya dia bertanya sambil mengedipkan sebelah matanya pada Salsa membuat wanita itu ingin sekali melemparnya dengan taperwel yang dia pegang.
"pak, kata saya mah, kurangin narsisnya, ingat umur!!" sontak tawa Azka menggema, hal langka dan pertama kalinya Salsa melihat hal itu dari dalam diri Azka. sudah hampir dua tahun bekerja bersama pria itu, selain datar dan monoton, tidak pernah sekalipun salsa melihatnya tertawa seperti barusan.
"belum setua itu, Sa... Oh iya, bisa nggak panggilannya jangan bapak bapak, kesannya seperti berumur lima puluh tahun.."
"terus mau di panggil apa, paman? Om, atau apa? Kan bapak__"
"sebentar, perasaan aku bukan om mu deh!!" percakapan keduanya mengalir begitu saja, dari tentang panggilan hingga sampai pembahasan kantor yang harusnya Salsa tidak ingin tahu.
.
.
Salsa melihat jam di ponselnya, hampir jam dua belas siang dan dia masih disini, perlahan wanita itu bangkit, membawa langkahnya mendekati ranjang.
"pak, saya pamit pulang dulu ya.."
Azka terdiam, bangkit dari ranjang.
"aku antar!" ujarnya sekilas tidak membiarkan Salsa pulang sendiri.
"a-antar?? hahaha,yang benar aja, bapak lagi sakit dan dirawat, kenapa jadi begini sih,, bapak geser ya otaknya??" tidak mengindahkan tawaran Azka, salsa malah memberi ceramah lebih dulu lantaran merasa lucu dengan pria itu. Bisa bisanya dia yang sakit hendak mengantarnya.
"ya udah,, kalau begitu biar disini aja, pulangnya tunggu aku keluar dari sini!" tambah Azka,
"ckk, yang benar saja,, malas lah pak, bosan berada disini!!" menyesal sekali rasanya Salsa datang kesini tadi, hendak bagaimana lagi, dia sudah berada di tempat ini.
"tunggu saja sebentar, Aditya akan datang kemari, juga Novia yang akan membawa baju ganti nantinya,, kamu laper? Aku pesanin makanan ya?" ini seperti terbalik, harusnya Azka yang diam dan Salsa yang banyak bertanya seperti itu, tapi disini agak lain, pria itu berlebihan.
"tidak usah dan tidak perlu!!! Aku pulang!" Salsa tidak peduli lagi, dia mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan Azka.
tapi saat melihat ke belakang, Azka dengan senyum tipisnya berjalan pelan,
"bapak apaan sih,, masih sakit loh, astaga! Cepat, kembali ke ruang rawat!" pusing sendiri, ini melebihi ngurus anak kecil.
"pulang bersama aku, ayok!! lagian aku sudah tidak apa apa, hanya luka kecil begini, menyesal aku datang ke rumah sakit, pake di suruh opname segala padahal lukanya kecil begini!!" omel Azka menyalahkan para dokter yang menanganinya kemarin. Tidak tanggung tanggung, mereka menyuruh Azka menginap selama tiga hari, itu membosankan baginya.
Kalau Salsa mau menemani di rumah sakit, bisa saja dia betah, tapi ini? wanita itu malah hendak pulang meninggalkannya seorang diri.
"pak, ayolah!! Jangan kekanak Kanakan begini,, dokter bertujuan baik menyuruh bapak nginap disini lebih dulu, agar mereka bisa pantau lukanya, tuh, luka di kepala bapak yang agak mengkhawatirkan, balik ruang rawat ya.." selembut mungkin Salsa berujar, tapi tidak mampu membuat Azka iya iya begitu saja.
"ya udah terserah bapak saja,,, tapi jangan pulang bersama saya!!!" tukas Salsa dengan mode galak. Kesabarannya tidak sebesar itu, dia berbalik, tapi kembali terhenti saat melihat Novia dan Aditya sudah datang bersamaan.
"kenapa Azka di luar??" tanya Aditya cepat.
"ntah, mau pulang katanya,, bapak pergi tanya dokter gih, di bolehin nggak pulang hari ini?"
Reflek Aditya dan Novia memandang aneh ke arah Azka, sementara yang menjadi pusat perhatian hanya diam datar.
"ka, kata dokter kemarin, kamu rawat inap selama tiga hari,, ingat?"
"enggak, aku mau pulang! lagian luka kecil begini, bisa rawat jalan, aku bukan orang stroke, bukan juga orang berpenyakit kangker yang di haruskan rawat inap seperti itu!!" panjang lebar Azka menjawab, sebuah penentangan, membuat Aditya pusing sendiri.
Tidak mau berdebat, sang asisten segera ke ruang dokter, menanyai tentang apakah boleh Azka pulang.
Tidak lama, dia balik lagi.
"bagaimana pak?" tanya Salsa.
"di bolehin, ayok kita pulang!" mendengar itu, senyum simpul di wajah Azka terpampang nyata.
berjalan cepat, hendak menyamai langkah Salsa yang sudah berlalu lebih dulu sejak tadi.
Salsa masuk ke dalam mobil Novia, pintu di sampingnya terbuka, tampilan sosok tubuh tegap Azka disana.
"ngapain lagi?? "
"pulang, aku ikut mobil ini" jawabnya dengan nada tengil.
"pak, beda arah,, ingat kan bapak nginap di hotel, atau amnesia? " bukan Salsa yang berbicara, melainkan Novia yang kini sudah duduk di kursi kemudi. Salsa mengangguk membenarkan kalimat Novia barusan.
"tapi aku sudah menelpon Aria Nov, dia membolehkan kami berdua dengan Azka menginap di Vilanya" Aditya menimpali, kebetulan Aria,sepupu Novia itu kenal dengannya, jadi secepat itu dia bekerja untuk melancarkan aksi sang bos pdkt dengan wanitanya.
"ya udah,, tapi jangan ikut mobil ini, mahal soalnya!!" pada akhirnya Novia menyerah. Berurusan dengan dua pria itu membuatnya sedikit pusing kepala.
"baiklah, kami akan ada di belakang, ayok!" Aditya menarik tangan Azka dengan sedikit paksaan, terpaksa Azka ikut ke dalam mobil yang di bawa Aditya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...