Kebohongan Istriku

Bagaimana cara mencintai yang sesungguhnya? Saat dirinya membuka mata wajah Candra kembali terlihat. Gila bukan? Bagaimana bisa anak manja ini terlihat begitu rupawan.

Sepersekian detik dirinya menyadari segalanya, kala Candra jatuh ke kolam renang. Ada perasaan yang aneh, apa dari awal dirinya menyukai anak manja ini?

Sebuah alasan dalam kebimbangan. Hingga perlahan ragu menyentuh pipi kekasihnya.

Mata Candra terbuka, memegang jemari tangan Giovani, mencium telapak tangannya."Aku mencintaimu."

Candra meraba ke arah sampingnya, memeluk Giovani erat."Hari ini kita menikah."

Entah kenapa gadis ini ingin melepaskan perasaannya. Berharap Candra lebih lama tidak dapat melihat."Iya..." ucapnya mengangguk.

Pemuda itu tersenyum, senyuman yang membuat Giovani berdebar bahagia. Apa ini salah? Entahlah. Tapi membiarkan Candra menyentuh tubuhnya sejauh ini.

"Aku bodoh..." batinnya. Mengingat apa yang diharapkannya dari perasaan ini.

"Giovani, hubungi Edi, minta dia mempersiapkan pernikahan kita." Kalimat dari Candra membuat Giovani mengangkat salah satu alisnya.

"Edi? Siapa lagi ini!? Kamu punya teman selain Petter!?" Teriak Giovani dalam hatinya menahan rasa cemburu dan kesal. Bagaimana tidak, selama ini dirinya berfikir Petter merupakan satu-satunya orang yang diandalkan Candra.

"Sayang... kenapa Edi? Siapa Edi?" Tanya Giovani pelan.

"Edi? Dia temanku, orang yang diam-diam mengawasi cara kerja Petter dalam mengelola asetku. Aku tidak bisa terlalu bergantung, atau terlalu percaya pada seseorang. Walaupun Petter sudah seperti saudaraku sendiri." Ucap Candra bermanja-manja tanpa rasa bersalah.

"Br*ngsek! Aku fikir hubungan kita istimewa!" Teriak Giovani dalam hatinya. Mengira hanya jin Aladin yang diandalkan oleh Candra. Rupa-rupanya, masih ada jin botol.

"Kenapa tidak meminta tolong Petter saja. Lalu berikan bonus padanya." Pinta Giovani penuh harap.

Tapi Candra hanya diam dalam keraguan. Dirinya yakin, benar-benar yakin Giovani dan Petter memiliki hubungan. Bagaimana bisa membiarkan Petter mempersiapkan pernikahan dari wanita yang dicintainya.

Apa Giovani tidak peka? Hanya itulah yang ada dibenak Candra. Mendekap kekasihnya lebih erat."Aku tidak ingin Petter melarikanmu di acara pernikahan kita. Saat aku sudah dapat melihat nanti, aku berjanji akan mengirim Petter untuk membantu bisnis di luar negeri. Ka...kamu dapat melupakannya perlahan."

"Sudah aku bilang! Petter satu-satunya orang yang tidak dapat aku nikahi!" Ucap Giovani murka, bagaimana caramu menjelaskan pada pria buta pencemburu ini?

"Aku ingin kamu jujur. Berucap sejujurnya, tentang pertanyaanku. Berjanjilah demi Tuhan..." Candra menelan ludahnya.

"Aku akan jujur. Kamu ingin bertanya tentang apa?" Tanya Giovani meyakinkan kekasihnya.

"Apa kamu pernah mencintai Petter?" Tanya Candra, benar-benar menunggu jawaban.

"Sialan! Mana mungkin aku tidak mencintai diriku sendiri!" Jeritan hati Giovani, benar-benar murka, kala menjelaskan pada Candra.

"Tidak mungkin aku tidak mencintainya. Tapi seperti yang aku katakan, Petter satu-satunya orang yang tidak mungkin aku nikahi." Menghela napas kasar, Giovani harus jujur bukan? Tapi malah menjadi kalimat absurb, menambahkan bensin dalam kobaran api.

"Giovani...jangan pernah tinggalkan aku. A...aku berjanji akan menjadi lebih baik dari Petter. Tidak akan membuatmu menangis." Ucapnya penuh ketulusan.

"Iya..." Giovani menghela napas kasar. Tapi memang seperti inilah seorang Candra bukan? Benar-benar keras kepala jika sudah memiliki keinginan.

Menjelaskan? Dirinya tidak dapat menjelaskan segalanya. Menghubungi orang bernama Edi? Segalanya pada akhirnya dilakukan olehnya.

*

Menunggu, seseorang seperti apa Edi sebenarnya. Menghela napas kasar mengigit kukunya sendiri.

Hingga suara mobil terdengar, dirinya dan Candra telah berpakaian rapi.

Seseorang memasuki ruang tamu. Kala itulah Giovani tertegun, Edi yang dimaksud merupakan asisten mendiang ayah Candra. Edi Wiratmoko. Mundur selangkah menelan ludahnya.

Pria paruh baya yang terlihat tidak terkejut sama sekali. Menghela napas kasar, duduk di hadapannya dan Candra. Melihat ke arah penampilan Giovani dari atas sampai bawah. Bukan karena tertarik atau jatuh cinta, pada gadis yang luar biasa cantiknya ini.

Pria tua yang mengernyitkan keningnya, menipiskan bibir menahan tawanya.

"Jangan tertawa!" Komat-kamit Giovani ingin mengomel tapi tidak jadi.

"Jadi apa permintaan tuan muda?" Tanya Edi, masih memperlihatkan ekspresi berusaha tidak tertawa.

"Ini Giovani Meiraini, pacar baruku. Seseorang yang diperkenalkan Petter untuk menjadi kekasihku. Aku ingin menikah dengannya." Jawab Candra terdengar penuh keyakinan.

Edi menghela napas berkali-kali, berusaha menetralkan dirinya. Dari 7 tahun lalu, ketika mendiang ayah Candra masih hidup dirinya sudah tau, Petter seorang wanita.

Bahkan Jio Firgon (Ayah Candra) begitu tertarik dengan kecerdasan dan kesetiaan Petter. Pada akhirnya memilih untuk bungkam, bahkan Jio sendiri yang mendidik Petter untuk dapat mengatasi kekurangan Candra yang lembek.

Tapi apa tujuannya sebenarnya? Diam-diam Jio ingin perlahan Candra dapat melupakan Titania. Apa perasaan dapat tumbuh jika terlalu sering bersama? Entahlah mungkin cepat atau lambat Jio akan mendekatkan Petter versi wanita dengan Candra.

Tapi sayangnya, kematian Jio yang disebabkan pecah pembuluh darah di otak. Membuat segalanya gagal total. Candra masih menjalin hubungan dengan Titania, dan Petter masih berpura-pura menjadi laki-laki.

Bagaimana dapat mengatakannya, jika sejatinya Petter, maksudnya Giovani adalah jodoh yang dipilihkan mendiang Jio Firgon.

"Jadi kalian akan menikah?" Tanya Edi, berusaha terlihat setenang mungkin.

"Benar! Aku ingin menikah hari ini juga." Ucap Candra antusias.

Sedangkan Giovani memijit pelipisnya sendiri. Menghela napas berkali-kali, tidak mungkin Edi tidak mengenalinya, mengingat betapa jelinya orang tua ini.

"Baik! Aku akan mengurusnya. Tapi kenapa kamu tidak meminta tolong Petter saja?" Tanya Edi yang selama ini ditugaskan oleh Candra mengawasi kinerja Petter. Perlahan menuangkan air putih ke dalam gelasnya sendiri. Hendak meminum air.

"Petter...aku tidak ingin Giovani jatuh cinta lagi pada Petter..."

Perrth!

Sebuah semburan air, bak Mbah dukun membaca mantra di hadapan Jini dan majikannya. Edi terbatuk-batuk.

"Hah? Giovani jatuh cinta pada Petter? Gila!" Kali ini sang pria paruh baya tidak dapat menahan tawanya lagi. Bagaimana bisa Giovani jatuh cinta pada Petter.

"A...aku serius! Paman Edi, tolong aku ingin menikah hari ini juga sebelum pacarku berubah fikiran." Pintanya, mencengkeram tongkat lipatnya.

"Aku mengerti, pasti sudah punya pacar cantik." Edi menatap penampilan Giovani dari atas sampai bawah. Benar-benar wanita tulen, dengan bentuk tubuh menantang, wajah cantik menggoda.

Tapi sebagai pria juga benar-benar sempurna. Tunggu bagaimana cara Giovani menyembunyikan tubuhnya, bahkan dapat membentuk tubuh pria yang cenderung memiliki bahu lebar dan dada bidang.

Apa dengan menggunakan otot palsu seperti cosplayer? Entahlah, tapi jika bukan karena mendiang Jio Firgon menyadari identitas Petter merupakan identitas palsu, mereka tidak akan menemukan fakta bahwa Petter adalah seorang wanita.

"Aku perlu bicara secara pribadi dengan paman Edi, tentang persiapan pernikahan. Boleh kan sayang?" Tanya Giovani mengeluarkan suara manja.

"Entah dimana Petter yang sangar seperti harimau putih..." Gumam Edi.

"Apa Petter datang?" Candra berusaha mendengarkan suara sekitarnya.

"Tidak! Tapi aku memang perlu bicara dengan Giovani." Ucap Edi.

"Mampus, cinta bersemi kemudian putus. Dipecat dari pekerjaan, semuanya menanti. Sial!" Batinnya.