Seorang pria bernama Alzeyroz, ia hanyalah pekerjaan bangunan. Saat mendapatkan upah, ia pulang untuk membelikan kue dan kado ulang tahun istrinya, saat sampai di rumah, ternyata istri dan teman satu kantornya dulu berselingkuh, karena panik, istrinya menusuk kedua matanya dengan gunting.
Bukan hanya kedua matanya buta permanen, ia juga di jual dengan bos pengemis, ia kerap kali di siksa karena tidak mau mengemis. hingga akhirnya ia terjatuh di aspal panas, saat ingin meraba tongkat kayunya ia malah menemukan kacamata.
Saat di pakai, kacamata itu malah membuat ia kembali bisa melihat, ternyata itu adalah kacamata super yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Hadiah Misi
...❤️❤️❤️❤️ Happy reading ❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
Seorang pria tua dengan tubuh kurus, sedang berusaha memasukkan sebuah dompet ke dalam sakunya.
Tanpa pikir panjang, Alzeyroz langsung berlari menghampiri pria tua itu. Dengan sigap, ia menepis tangan pria tua itu, membuat dompet yang hendak dicuri jatuh ke lantai.
"Eh, itu dompetku!" teriak Bu Ratna, wajahnya memerah menahan amarah. "Bapak ingin mencuri dompet saya ya?"
Seketika orang-orang melihat dan penasaran adanya kekacauan tersebut.
Pria tua itu tersentak kaget. Ia terbatuk-batuk, wajahnya pucat pasi. "Ah tidak Buk, saya hanya ingin memberikan kepada Anda," jawabnya gugup.
"Kalau Anda ingin memberikan kepada ibuk ini kenapa harus dompet, kan masih banyak barang lain jika Anda ingin menyelamatkan benda yang lain," ucap Alzeyroz, suaranya dingin menusuk.
"Justru itu, saya takut dompet ibu ini hilang makanya saya ingin mengambilnya duluan sebelum di ambil orang," ucap pria tua itu beralasan, matanya melirik ke arah Alzeyroz dengan tatapan penuh harap.
Alzeyroz mengerutkan kening. Ia tidak percaya dengan alasan pria tua itu. Ia yakin pria tua itu memang berniat mencuri.
"Jangan bohong Pak! Aku melihat sendiri jika Anda ingin mengambilnya. Ibu, simpan dompet ibu baik-baik Jangan sampai di curi orang lagi," ingat Alzeyroz.
"Terima kasih ya Nak," ucap Bu Ratna kepada Alzeyroz, "Kamu sudah menyelamatkan dompetku."
Alzeyroz tersenyum tipis. Ia merasa lega karena telah membantu Bu Ratna. Ia berharap pria tua itu benar-benar telah bertobat dan tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Alzeyroz pun kembali ke kursinya. Setelah kejadian itu, orang-orang memegang tas mereka erat-erat dan tidak ada yang ingin duduk dengan bapak tua itu takut mereka menjadi target selanjutnya.
[Ting!]
Alzeyroz menekan tombol di samping kacamatanya.
[Misi Selesai]
[Reward \= uang 40.000.000]
[Penyembuhan mata \= 4%]
[Kemampuan pertahanan diri \= 6%]
[Kecepatan \= 6%]
[Kemampuan navigasi \= 6%]
[Smart Glasses level 4]
[Status : Belum bisa melepas kacamata]
"Waw, Saldo ku makin banyak saja," ucap Alzeyroz tersenyum senang.
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
Bus berhenti dengan bunyi decitan rem yang nyaring, menandakan akhir dari perjalanan panjang yang melelahkan. Alzeyroz, dengan tas ransel di punggungnya, melangkah keluar dari bus. Udara pagi yang sejuk langsung menerpa wajahnya, membawa aroma tanah dan dedaunan yang begitu familiar.
"Akhirnya," gumamnya, menghirup udara dalam-dalam.
Sepuluh jam perjalanan di dalam bus, dengan kursi yang sempit dan AC yang dingin, tak terasa sia-sia. Ia kembali ke kota kelahirannya, kota yang telah lama ditinggalkannya. Rindu yang selama ini terpendam di hatinya akhirnya terobati.
Kota itu sudah berubah. Gedung-gedung pencakar langit menjulang tinggi, mengalahkan rumah-rumah tua yang dulu menghiasi jalanan. Keramaian dan hiruk pikuk kendaraan bermotor mengalahkan kicauan burung yang dulu terdengar merdu di pagi hari.
"Selamat pagi kotaku, aku datang kembali," ucap Alzeyroz, matanya berbinar-binar.
Ia berjalan menyusuri jalanan yang dulu ia kenal. Kenangan masa kecil berputar di kepalanya, membawanya kembali ke masa-masa indah ketika ia masih kecil dan bermain bersama teman-temannya.
"Kemana dulu aku pergi ya?" gumamnya.
"Oh ya, aku ingin pergi melihat rumah lamaku," lanjutnya, "aku berharap rumah itu masih ada."
Alzeyroz berjalan menuju gang sempit yang dulu menjadi jalan menuju rumahnya. Ia berharap, rumah itu masih berdiri kokoh.
"Semoga aku masih bisa mengenali rumahku," harapnya dalam hati.
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️ Bersambung ❤️❤️❤️❤️...