NovelToon NovelToon
TUMBAL RUMAH SAKIT

TUMBAL RUMAH SAKIT

Status: sedang berlangsung
Genre:Tumbal
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Pita Selina

Sebuah pembangun rumah sakit besar dibangun depan rumah Gea, Via dan Radit. Tiga orang sahabat yang kini baru saja menyelesaikan sekolah Menengah Kejuruan. Dalam upaya mencari pekerjaan, tak disangka akhirnya mereka bekerja di rumah sakit itu.

Sayangnya, banyak hal yang mengganjal di dalamnya yang membuat Gea, Via dan Radit sangat penasaran.

Apakah yang terjadi? Rahasia apa yang sebenarnya disembunyikan para author? Penuh ketegangan. Ikuti misteri yang ada di dalam cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pita Selina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Posyandu Terbengkalai

"Kau akan tidur di kamarku atau kamar tamu?" tanya Bayu.

Feri keheranan. "Terserah kau saja."

"Kau tidur di kamarku saja, biar aku tidur di kamar bawah."

"Tidak. Aku akan ikut denganmu saja," ucap Feri.

"Kau gay? Pulanglah."

"Sialan!" sentak Feri. "Maksudku ... bukankah semua orang akan menginap di kamar temannya? Mereka tidur beralaskan tikar atau hanya diselimuti oleh jaket yang dibawanya. Mereka akan tidur pada pukul tiga pagi bahkan tidak tidur."

"Tega sekali temanmu. Kalau aku jadi kau, kujauhi mereka."

"Bukan tega." Feri mengerutkan keningnya. "Semua orang memang melakukan itu, bukan?" Feri merubah posisi berdirinya seraya menebak. "Sebetulnya kau ini memang aneh atau .... begini saja, kau pernah mendengar suara token rumah berbunyi?"

"Mungkin pernah dengar tetapi aku tak pernah mendengarnya di rumah ini atau sekelilingku."

"Apa kau pernah mengganjal pintu kamar mandi memakai batu?" tanya Feri. "Melihatnya kau pernah, bukan?"

"Ayolah ... bukankah dari dulu sudah ada teknologi yang bernama 'kunci'?"

"Bahkan kau tidak pernah melihat itu. Mengapa kau memilih rumah di pertengahan desa dan kota seperti ini? Bukankah di perkotaan sana lebih banyak perumahan besar yang lebih modern?" tanya Feri.

"Ya memangnya kenapa?"

"Aneh saja ...."

"Tidak semuanya bisa dipikirkan dengan simpel, dahulu Ibu dan ayahku memang membeli rumah ini agar tidak terlalu jauh untuk pulang ke rumah nenek. Beberapa kali merombak karena kebutuhan juga. Sekarang aku punya pekerjaan di wilayah ini, mungkin kedepannya aku tidak lagi di sini." Bayu menonjok perut Feri. "Kau pasti lapar ya? Simpan tasmu di kamar, sepertinya Mbok telah menyiapkan beberapa makanan."

"Kau memangnya tidak ingin sekamar denganku?"

Bayu langsung menatap tajam. "Ck! Masih saja ... sialan." Ia mengerutkan keningnya. "Aku sedikit takut padamu, memangnya apa alasanmu ingin tidur bersamaku?"

"Dih ... aku hanya merasa tidak enak. Lagi pula, aku tidak ingin tidur bersamamu, kalau pun sekamar, mungkin kau akan tidur di kasur dan aku di karpet. Siapa sangka, pemikiranmu terlalu jauh. Aku jadi takut dan merinding."

"Ah sudahlah ... simpan barang-barangmu di kamar tamu."

"Kamarnya di mana?" tanya Feri seraya melihat sekeliling ruangan yang luas. "Rumahmu sangat luas."

"Nih." Bayu menunjuk satu ruangan disebelahnya.

"Loh .... sudah sampai ternyata. Yasudah terimakasih banyak."

****

Terlihat dari kejauhan, Ibuku berdiam diri di halaman rumah. Raut wajahnya tampak khawatir.

Aku, Via dan Radit berlomba-lomba untuk cepat sampai ke dalam rumah. Napas kami terengah-engah. Rasa takut mulai menyelimuti diri.

"Ck ahh!" Radit menoleh ke belakang. Ia seraya mengatur napasnya.

Melihat itu tentunya Ibu tersentak kaget.

"Kalian dari mana?" Ibu langsung menghampiri kami.

Kami semua tak ada yang menjawab pertanyaan Ibu. Kami fokus untuk menenangkan diri.

"Ibu pernah mengingatkan untuk tidak dan jangan pernah keluar saat menjelang malam! Kalian dari mana?"

Aku, Via dan Radit saling menatap.

Ibu menatap ke arahku. "Lukamu harus selalu bersih dan higenis. Tak boleh terkena air atau pun debu. Bagaimana kalau infeksi?"

Radit memberikan pompa air. Tangannya bergetar. "Ini ... kebanyakan tumpah saat kami berlari."

Ibuku Sera, mengerutkan keningnya. "Siapa yang menyuruhnya? Kenapa tidak ambil di dalam rumah saja? Air masih banyak."

"Bukankah tadi Ibu memaksa kami untuk pergi mengambil air ke posyandu," timpalku.

Seketika semuanya hening.

"Sudahlah ... lupakan. Mari masuk, makan malamnya keburu dingin. Ibu sudah memasaknya sedari tadi," ucap Ibu.

Tak ada gumaman dariku, Via maupun Radit. Kami bertiga sama-sama tak percaya dengan apa yang sudah terjadi hari ini

****

"Orang dengan hartanya yang banyak, mereka sebetulnya bekerja apa, sih? Padahal, mencari uang sepeser saja susahnya minta ampun." Feri terus menatap ruangannya. "Kamar untuk tamu saja seluas dengan rumahku di kampung. Kalau Ibu merasakan kasur empuk ini, mungkin Ia akan senang." Raut wajahnya tersenyum. Seketika semangat dalam dirinya kembali lagi.

Krauk ... krauk

Feri langsung menahan perutnya. "Lapar sekali ...."

Tak lama terdengar suara telepon berbunyi. Feri langsung mengambil handphonenya yang berada di saku celana.

"Ibu ...." Feri mengangkatnya. "Malam Ibu, bagaimana kabarnya?"

"Ibu masuk rumah sakit lagi!" sentak saudara kandung Feri, Fera.

Mata Feri mulai terbelalak. "Bagaimana bisa? Bagaimana kabar Ibu sekarang?"

"Kondisi Ibu semakin kritis. Pulanglah ... kumohon, kalau tidak, kirim uang saja. Ibu harus segera membeli obat."

"Apa tidak bisa dibayar memakai asuransi kesehatan?"

"Tidak. Tolong Kak!"

"Berapa harga obatnya?"

"Dua juta lima ratus lima belas butir. Aku sudah mencari uang. Tinggal tersisa dua juta. Aku akan mencari uang lagi malam ini."

"Kau akan mendapatkannya dari mana?" Feri mengerutkan keningnya. "Kalau begitu, aku akan segera mengirimkan uangnya. Tenanglah, tetap menemani Ibu."

"Tolong ... cepatlah Kak! Jaga dirimu baik-baik."

"Malam ini aku akan mencari uangnya."

Feri langsung bangun dengan tubuhnya yang masih terasa sakit. Ia menghela napasnya. "Kali ini aku harus bisa!"

Feri memakai jaketnya lagi. Ia langsung keluar dari kamarnya.

Ceklek

Berpapasan dengan Bayu hendak turun tangga.

"Kau mahu ke mana?" Suaranya menggema.

"Ibuku kritis. Aku harus mencari uang sekarang."

"Kau akan mencarinya ke mana?"

"Belum pasti. Tetapi semuanya akan kulakukan. Sudahlah aku pamit dulu." Feri hendak melangkahkan kakinya lagi-lagi Bayu terus bertanya.

"Memangnya Ibumu membutuhkan biaya berapa?"

"Untuk obat saja. Tak banyak."

"Katakan saja berapa."

"Dua juta, itu untuk lima belas butir obat." Feri terus berjalan seraya menahan kakinya yang sakit. "Aku akan kembali secepatnya."

Bayu mengangguk. "Sudahlah ... ayo makan malam. Aku akan meminjamkannya untukmu."

Seketika Feri menoleh ke belakang. "Ah tidak. Kau terlalu banyak membantuku, biarkan aku berusaha sendirian."

"Ayolah ... hidup itu tidak semudah kata-kata motivasi. Semuanya butuh waktu. Kau tidak akan langsung mendapatkannya malam ini. Berpikirlah logis. Sekarang, terimalah hal yang sudah ada di depanmu, bukankah itu sebuah kesempatan yang bagus?"

****

Ibu menyiapkan beberapa lauk yang sudah di masaknya. "Ibu sudah memasak berapa lauk untuk malam ini. Radit, apa kau sudah memberitahu Ibumu untuk menginap lagi di rumah ini?" tanya Ibu.

Radit tak menjawabnya. Ia terlihat melamun.

"Radit," panggil Ibu lagi. "Hei ...."

Radit terkejut.

Hal itu membangunkan lamunan Radit.

"Kau kenapa? Terlihat melamun sejak tadi. Bagaimana? Kau sudah memberitahu Ibumu?"

"Hm? Memberitahu apa?" ucap Radit tampak gugup.

"Malam ini kau akan pulang atau menginap lagi?"

"Aku akan bersama Gea dan Via malam ini. A-aku sudah memberitahu Ibuku." Raut wajahnya tampak ketakutan.

Ibu membawa piring-piring berisikan lauk pauk ke meja makan. Ia langsung duduk di bangku yang kosong, di hadapanku.

"Sebenernya, apa yang terjadi dengan kalian semua?" tanya Ibu. Kini suasana kembali hening lagi.

Tidak ada keberanian dalam diri kami untuk menjawabnya. Kami semua hanya terdiam. Apalagi memori tadi masih terekam jelas dalam ingatan.

"S-semuanya baik-baik saja Ibu," jawabku.

1
Rena Ryuuguu
Sempat lupa waktu sampai lupa mandi, duh padahal butuh banget idung dipapah😂
Hafizahaina
Ngakak sampe perut sakit!
sweet_ice_cream
🌟Saya sering membawa cerita ini ke kantor untuk membacanya saat waktu istirahat. Sangat menghibur.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!