NovelToon NovelToon
Di Balik Cadar Arumi

Di Balik Cadar Arumi

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Romansa / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:48.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Penasaran dengan kisahnya yuk lansung aja kita baca....

Yuk ramaikan...

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, like, subscribe , gife, vote and komen yah....

Teruntuk yang sudah membaca lanjut terus, dan untuk yang belum hayuk segera merapat dan langsung aja ke cerita nya....

Selamat membaca....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18

Tumben, kali ini Arumi mengangguk. Ia memang merasakan tubuhnya lelah sekali seperti benar-benar habis bergulat dengan lawan yang tidak sebanding. Aris membuatnya tak berdaya di ujung permainan karena rasa sakit di area tertentu miliknya.

"Mas ...." Lirih Arumi dengan manja.

"ΗΜ apa, Sayang?"

Pendengaran Arumi mendadak menjadi risih ketika Aris mengucapkan kata sayang. Apa mudah begini membalikkan hati sang suami yang keras menjadi sehangat ini,?

"Ada apa, Rum? Kamu butuh sesuatu?" Aris mengulang pertanyaannya.

"Aku lapar."

Aris langsung menangkap wajah istrinya, membuat keduanya saling memandang.

"Mau makan apa? Masih ada tempat makan yang buka nggak kira-kira jam segini?"

"Nggak usah keluar. Aku kemarin menyiapkan mie instan. Jaga-jaga kalau Mas tiba-tiba minta dimasakin mie."

"Mau makan mie instan?"

"Hu'um."

"Yakin?"

"Iya, Mas ... sekali-kali kan nggak pa-pa."

"Jadi ... Mas yang memasak nih?"

"Iyalah. Kan gara-gara Mas juga aku jadi begini."

"Okelah-okelah. Aku bantu kamu membersihkan diri dulu, baru kita sama-sama ke belakang. Ayo!"

Aris bangkit lebih dulu.

"Nggak usah. Aku bisa sendiri." Arumi menolaknya. Aris pun mengalah, tidak mendebat dan membiarkan Arumi bangun. Kemudian menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang sambil meringis.

"Yakin nggak mau dibantu?" Aris menawarkan sekali lagi.

"Iya, bisa sendiri Kok,"

jawab Arumi memaksakan dirinya mampu. Ia menurunkan kedua kaki, lalu mencoba berdiri. Tapi batal, ia kembali duduk lagi.

"Kenapa?" tanya Aris menguji. Ia tahu, Arumi sebenarnya membutuhkan bantuannya.

"Nggak pa-pa." Dalam keadaan seperti itupun Arumi masih saja gengsi. Aris membiarkannya tanpa beranjak dari atas ranjang. Sikap keras kepala Arumi membuatnya ingin memberi pelajaran. Aris menahan tawa melihat istrinya kepayahan saat berjalan. Apalagi sambil membungkus tubuh menggunakan selimut, Arumi terlihat lucu di matanya.

"Sudah begitu keadaannya masih juga gengsi meminta tolong," sindir Aris. Arumi menoleh mendengarnya. Mendapati pria yang masih mengenakan boxer itu turun dari ranjang, lalu berjalan mendekatinya.

"Biar menghemat waktu, aku gendong saja." Tanpa basa-basi, Aris membopong tubuh istrinya. Arumi memekik kecil tapi hanya pasrah saja ketika tubuhnya berada di antara kedua lengan Aris.

Aris menurunkan Arumi di pinggir bathtub. Ia mengunci pintu, kemudian menyalakan keran air hangat ke dalam bak besar itu. Menyuruh Arumi berendam di dalamnya. Ia sendiri memilih menggunakan shower. Tak memperdulikan hawa dingin, ia mengguyur dan membersihkan tubuhnya.

*

"Mas nggak makan?" tanya Arumi yang melihat Aris hanya menatap dirinya menghabiskan mie instan.

"Nggak. Melihatmu makan, sudah membuatku kenyang."

Memasak sesuatu yang instan sudah menjadi kebiasaan Aris, tak ada kesulitan baginya. Apalagi memasak sekelas mie instan, makanan yang kerap dikonsumsinya. Ia meraih panci kecil, lalu memanaskan dua gelas air di dalamnya. Biasanya Arumi menyimpan bahan-bahan di dalam lemari. Aris membukanya di bagian paling kiri, menemukan beberapa bungkus mie instan. Ia termenung setelah benda itu di tangannya.

Tak ingin salah membuat kesan pertama memasak untuk istrinya, Aris bergegas memasuki kamar. Pintu dibuka, menampakkan seorang wanita mengenakan piyama mandi sedang mengeringkan rambut menggunakan hair dryer.

"Rum!!" panggilnya. Arumi menoleh, menangkap sosok Aris bersandar di sisi pintu.

"Mau yang kuah atau goreng?" tanya Aris.

"Terserah Mas Aris saja."

"Pakai sayur?"

"Biasanya Mas membuatnya bagaimana?"

"Pakai, sih. Mau pakai telur?"

"Boleh. Pokoknya terserah Mas, yang penting matang."

"Oke!" Aris mengacungkan jempol, berbalik dan kembali ke dapur.

Lima menit berselang, Aris menuangkan mie instan di tambah sosis, telur dan campuran sayur ke dalam mangkuk. Ia membawa makanan itu ke atas meja bersamaan dengan kehadiran Arumi.

"Banyak sekali, Mas?" tanya Arumi menatap mangkuk berisi mie yang masih mengepul.

"Isi dua di tambah topingnya juga banyak, biar kamu kenyang."

Arumi meraih sendok, lalu mencicipi kuahnya.

"Enak, Mas," ucapnya sambil menyibakkan yang tergerai menutupi wajahnya.

"Isi dua di tambah topingnya juga banyak, biar kamu kenyang."

Arumi meraih sendok, lalu Arumi meraih sendok, lalu mencicipi kuahnya.

"Enak, Mas," ucapnya sambil menyibakkan yang tergerai menutupi wajahnya.

"Makanlah," jawab Aris. Ia duduk disebelah istrinya .

"Makanlah," balas Aris. Ia duduk di sebelah istrinya. Menatapnya dengan intens sambil tersenyum.

"Mas nggak makan?" tanya Arumi yang melihat Aris hanya menatap dirinya menghabiskan mie instan.

"Nggak. Melihatmu makan, sudah membuatku kenyang."

"Beneran nggak mau makan

semangkuk bersamaku?"

"Jangan salah paham. Aku mau, tapi enggak sekarang. Ini kan Mas memasaknya spesial untukmu."

"Habisnya Mas cuma liatin aja."

"Kamu tuh cantik kalau lagi makan."

"Ish, gombal aja terus ...."

"Lah, kapan pula Mas pernah menggombal? Perasaan baru kali ini."

Arumi tak membalas candaan Aris. Ia terus menyendok mie hingga tandas.

"Alhamdulillah ... habis," ucapnya.

"Enak, apa karena lapar banget?"

"Lapar banget." Arumi menjawab sambil

memperlihatkan barisan giginya, membuat Aris gemas melihatnya.

"Ternyata, meningkatkan nafsu makan itu gampang ya, Rum," celetuk Aris mem bercandai nya. Arumi mendelik pertanda mengecam ucapan Aris.

"Nggak pa-pa kita bercanda begini. Kan sudah bebas. Kamu merasa nggak punya rahasia lagi yang kamu sembunyikan kan, Rum?" Aris memandang terus tanpa bosan. Semakin dilihat, wajah natural Arumi semakin terlihat menggemaskan baginya.

"Nggak ada, Mas. Semuanya sudah Rum ceritakan sama Mas. Termasuk Adam dan mas Nijar. Tinggal Mas Aris saja yang jujur. Sepertinya, masih ada sesuatu yang sengaja Mas tutup-tutupi."

Aris berdeham. Kemudian meraih tangan istrinya.

"Iya. Ada yang kusembunyikan memang. Sekarang, aku akan mengatakannya." Aku Aris.

"Tuh, kan?" Arumi meneguk sisa air minum, lalu menatap sang suami, siap untuk menyimak. "Bicaralah," ucapnya.

Aris melirik jam yang terpasang di dinding. "Sudah hampir jam 2, tuh. Nanti kita nggak tidur semalaman," ucapnya memperingatkan.

"Nggak pa-pa. Besok kan Rum nggak ke toko."

"Aku bagaimana?"

"Mas kan biasa lembur. Jangan banyak alasan. Ayo, ngomong!" Arumi memukul pelan lengan suaminya sebagai peringatan.

"Curang namanya. Tapi ... ya, sudah deh, aku cerita sekarang biar nggak jadi beban juga."

"Soal apa sih memangnya?"

Aris tidak langsung menjawab. Ia meraih jemari tangan Arumi, meremas dengan lembut, lalu menciumnya. "Soal kamu."

Arumi mengerutkan dahi. Aris berganti mengusap kepala Arumi.

"Sebenarnya, Mas sudah pernah melihat wajahmu sebelum kamu membuka cadar dengan sendirinya."

Aris menatap lekat Arumi, memastikan perubahan wajah itu seperti apa. Sebab, mungkin saja Arumi akan marah setelah ini.

"Oya? Kapan?" tanya Arumi dengan tenang.

"Saat kamu tenggelam. Kamu pingsan dan aku membuka cadarmu."

1
Abdullah Ar-Roja'iy
Luar biasa
Merah Mawar
Ok cukup bagus
Bellenav
Buruk
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!