Nibiru tidak menyangka akan diputuskan pacarnya setelah berjanji akan menikahinya. Padahal hubungan mereka sudah berjalan selama lima tahun, tetapi dengan mudahnya pria itu mengakhirinya.
Kalut akan sakit hati, Nibiru ditantang oleh seorang kuli bangunan tampan yang mempunyai identitas misterius untuk menikah dengannya. Berawal dari tantangan, berakhir di pelaminan, kisah cinta Nibiru dan Bumi dimulai saat ini.
Apakah pernikahan karena taruhan ini akan berjalan mulus ataukan justru berubah jadi petaka untuk keduanya ? Nantikan kisah Nibiru dan Bumi, dua planet yang seiras dan sama, memiliki makna yang sama sebagai tempat hidup manusia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Harsie Alive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kuli Bangunan dan Pekerja Tak Berkelas
Nibiru memegang barang-barangnya lalu menarik kopernya keluar dari kamar dengan bantuan Bumi.
"Kamu mau pindah ke mana?" Tanya Bumi heran.
"Aku punya rumah, tapi jangan bilang-bilang ya!" Bisiknya sambil celingukan memastikan tak ada yang dengar.
Bumi diam saja, dia menatap Nibiru dengan tatapan penasaran, sebenarnya seperti apa sosok Nibiru sebenarnya, dia yakin kalau gadis itu menyembunyikan sesuatu tentang dirinya.
"Loh Kamu mau ke mana! udah masak belum!? Cucian di belakang itu udah menumpuk, kau mau ke mana bawa-bawa koper segala!?" Sergah nyonya Widia yang didengar oleh tuan Robin, Agus dan Devi.
"Bukan urusan Mama, lagian Devi di rumah kan? Suruh dia yang masak dan cuci pakaian!" Ucap Nibiru dengan tatapan datar.
"Kamu ya, udah berani ngelawan Mama!" Bentak nyonya Widia.
Sudah jadi makanan sehari-hari Nibiru mendapatkan bentakan dari Ibunya, bahkan tak jarang dia dipermalukan di hadapan umum hanya karena hal kecil yang bisa dibicarakan.
"Dan kamu, siapa kamu!! Kamu hasut dengan apa anak saya!?" Tuduh nyonya Widia seraya menunjuk tajam ke wajah Bumi.
"Gak usah tuduh yang nggak-nggak Ma! Urus saja anak kesayangan Mama itu!"
"Ohh... Iya, dia kan mau nikah, jadi urus sendiri masalahnya!" Tegas Nibiru sambil menghalangi ibunya menyerah Bumi.
"Loh gak bisa gitu dong kak!" Devi menimbrung, dengan tatapan liciknya dia melirik Bumi sambil tersenyum tapi dalam hati dia terpana akan ketampanan seorang Bumi Nararya yang jarang ditemui.
"Aku nikah, kakak harus ada sumbangsih dong, gak boleh cuci tangan begitu saja!" Tegas Devi.
Hahahaha....
Tiba-tiba tawa Nibiru pecah, ditatapnya sinis ke arah adiknya yang sok manis tapi ternyata bukan lagi gadis.
"Sumbangsih!?" Alis Nibiru terangkat sebelah, dia tersenyum miring bak psikopat di film sebelah.
"Apa aku tidak salah dengar!? Kamu mau langkahin aku buat nikah!? Memangnya sejak kapan aku mengijinkanmu melangkahi giliranku!?" Serang Nibiru.
"Pa... Apa Papa gak tahu malu lagi sampai membiarkan anak tidak tahu diri ini melangkahi ku!?" Sergah Nibiru. Ditatapnya tajam ayahnya yang ling-lung bagai di tengah badai.
Sifat tuan Robin memang aneh, sudah tak tegas terhadap istrinya, pilih kasih, bahkan kadang berubah-ubah kepribadiannya hanya dengan sedikit serangan saja.
"Loh sekarang kan udah gak jamannya lagi hal begituan, kakak kok kolot sih!" Balas Devi dengan wajah masam.
Bisa gagal rencananya menikah secepatnya kalah Nibiru terus membahas soal tradisi, apalagi ayahnya yang sangat mencintai tradisi tidak bisa dibuat begini.
"Pa jawab Nibiru, apa Papa yakin mau membiarkan dia menikah duluan tanpa restu!? Tanpa ijinku sebagai kakaknya!?" Nibiru menatap ayahnya sambil tersenyum menantang.
"Apa kata pihak keluarga Agus nanti? Apalagi Mamanya adalah orang yang gak bisa dipermalukan!" Ucap Nibiru.
Bumi tersenyum bahkan menahan tawa melihat serangan balik dari Nibiru, gadis cerdik yang bisa memainkan situasi, sungguh tepat jika dia menjadi pasangan Bumi di masa depan.
Semuanya sampai terdiam, bahkan tuan Robin dan nyonya Widia sampai terdiam mendengar ucapan Nibiru.
"Bum ayo kita pergi," ucap Nibiru sambil mencengkram pegangan kopernya, tapi terlihat di mata Bumi kalau gadis itu gemetar.
"Tunggu dulu, bukannya dia cuma kuli bangunan!" Sergah Agus seraya menunjuk Bumi dan menatapnya dengan tatapan remeh.
" Iya, kalau Kuli memangnya kenapa hah!? Apa urusan kau, pria murahan!?" Umpat Nibiru sambil memelototi Agus sampai pria itu terdiam karena tatapan kejam dari Nibiru si gadis bak karakter seram.
"Gak usah campuri urusanku, jangan banyak tanya kau di rumah ini!" Kesal Nibiru, tanpa di sadari dia terus menggenggam tangan Bumi, membuat Bumi tersenyum tipis sambil melirik remeh ke arah tempelan ban kurang Mateng itu.
"Ehh..... Ilernya genderuwo, kalau gak punya niat buat serius jangan unjuk ingus di rumahku ya jayus, jangan sampai kepala kau pun ku bius!!"
"Dan kau Devi, gak usah sok mau nikah deh, gak bakal kuijinkan sebelum aku nikah duluan, ingat itu!" Sergah gadis itu sambil menatap remeh pada Devi.
Devi mengepalkan kedua tangannya dengan erat, menatap tajam ke arah Nibiru sambil menggeretakkan giginya.
"Kak... Hiks hiks hiks... Kakak jahat!!" Pekik Devi sambil menangis dan merengek seperti anak bebek yang ditinggal emaknya di paret.
"Idihhh.... Emang Lo siapa!?" Ketus Nibiru dia berjalan menyeret koper sambil menarik tangan Bumi untuk keluar dari rumah itu.
Rasanya dia sudah tidak bertahan tinggal satu atap bersama orangtuanya, padahal mereka keluarga kandung, tapi Nibiru diperlakukan bagai anak tak tahu diuntung, yang benar saja, Nibiru malah buntung karena harus merelakan hidupnya demi keluarga tak tahu diuntung!
"Nibiru kembali ke rumah!!" Sergah tuan Robin sambil menatap tajam pada putri keduanya.
Dengan wajah dongkol Nibiru menatap ayahnya yang plin-plan. Sebentar membela si A, sebentar lagi menyalahkannya, sungguh orangtuanya yang tidak bijak dan tidak tegas.
"Apa lagi Pa? Belum cukup Papa nyalahin Nibiru dan biarin Mama nampar Nibiru!?" Tanyanya dengan suara bergetar.
Rasanya seperti menatap hujan di hari yang cerah, tidak bisa dijelaskan, bahkan hati Nibiru kini sedang kalut karena ulah mereka.
"Kamu gak boleh sembarang memutuskan, kamu masih anak gadis, gak boleh keluar dari rumah tanpa ijin!" Titah tuan Robin.
" Ohhh aku gak boleh tapi kalau dia boleh gitu Pa!?" Tunjuknya pada Devi.
Ya, selama ini Devi hidup bebas, suka-suka nya memilih tinggal di mana, hidup di mana, bermain di mana bahkan pulang larut dengan alasan lembur pun dia dibiarkan.
Tetapi ketika giliran Nibiru yang begitu, dia akan dicap sebagai gadis nakal, perempuan munafik bahkan di cap tidak benar oleh semua orang.
Apa salahnya? kenapa dia ditekan sampai sejauh ini?
"Diam!"
"Jangan sekali-kali meninggalkan rumah ini, kecuali kamu sudah menikah Nibiru!"
"Jangan membuat Papa marah dan memilih mengurungmu di rumah!" Senggak tuan Robin yang terus menerus menjerumuskan putrinya ke lubang penuh luka.
Sedang Devi di ujung sana asik bergelayut manja dengan Agus, tersenyum puas nan senang melihat kakaknya dimarahi habis-habisan oleh sang ayah yang jelas lebih menyayanginya.
Nibiru menahan tangisannya, hatinya benar-benar hancur, apa di rumah ini dia dianggap penghancur?
"Nibi... Sebaiknya tenangkan dirimu... Jangan memaksakan keadaan, bukankah aku sudah berjanji padamu?" Bujuk Bumi.
Bumi bisa merasakan sesak yang diderita Nibiru, mendapatkan kecaman di sana sini bahkan tekanan besar dari ayah dan ibunya sendiri. Dia yakin Nibiru menahan dirinya selama ini.
Jemari Nibiru perlahan melemas, genggamannya pada koper semakin longgar bersamaan dengan bukit air mata yang mengalir bak hujan tanpa mendung.
"Bumi.... Kumohon.... Bawa aku dari rumah ini," lirihnya sambil menundukkan kepalanya, tak mau dirinya terlihat lemah di hadapan orang lain.
"Kita akan bicarakan ini, kita tunggu sampai Yefta kakak kalian kembali!" Ucap tuan Robin.
" Dan kau Nibiru, jaga sikapmu, jangan membuatku malu, suaramu dan kelakuanmu sudah mencoreng nama keluarga kita, jika masih ingin ku anggap anak, maka menurut pada perintahku!" Sergah tuan Robin.
"Pa, aku.." Nibiru tersentak dia menatap ayahnya dengan tatapan tak berdaya. Tetapi Bumi menggenggamnya dan menahannya agar tidak membalas.
"Sudah, kita pergi saja, ayo tenangkan dirimu," bujuk Bumi.
"Cih.... Kuli bangunan dan pekerja yang gak berkelas memang cocok satu sama lain, percuma wajah tampan tapi kalau makan di atas nampan, kalian memang cocok jadi pasangan kelam hahahaha!" Tawa sarkas Devi dan Agus terdengar, tapi Bumi sama sekali tidak peduli.
Dia merangkul Devi dan membawa gadis itu keluar setelah menyimpan kopernya di kamar.