Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 - Membiasakan Diri
Aslan tidak langsung menjawab pertanyaan Cindy tersebut, tapi dia tetap melajukan mobilnya untuk menuju rumah kontrakan Cindy.
Sementara Cindy saat ini wajahnya sudah nampak kesal, baru beberapa jam menikah Aslan sudah berhasil membuat hatinya jadi buruk.
Harusnya sekarang ini, Cindy bisa mendapatkan semua yang dia mau. Kehormatan di depan Nadia, dan mengklaim bahwa kini Aslan telah benar-benar jadi miliknya.
Sungguh, Cindy sangat ingin telihat lebih di mata Nadia itu.
Dan tak lama kemudian, akhirnya mobil Aslan pun tiba di rumah kontrakan Cindy. Beberapa baju Aslan memang sudah ada di rumah ini karena sebelumnya pun dia sering menginap.
"Ayo turun," ajak Aslan, setelah dia mematikan mesin mobil.
Tapi Cindy tidak langsung turun, dia masih butuh penjelasan kenapa mereka berdua malah datang ke rumah ini dan bukannya langsung pulang ke rumah Aslan.
"Mana janji mu Mas, katamu dulu setelah kita menikah kita akan langsung pulang ke rumahmu, tapi kenapa sekarang malah kita pulang ke sini? apa kamu tidak ingin Nadia tahu tentang pernikahan kita?" tuntut Cindy, ketika mengucapkan kalimat panjang lebar itu dia menunjukkan wajahnya yang terlihat sendu.
Ingin kembali menarik simpati Aslan padanya, dengan begini pria itu pasti akan mengabulkan semua yang dia mau.
"Banyak hal yang belum aku ceritakan pada mu Cin, tapi sekarang kepala ku terlalu pusing untuk banyak bicara. Jadi tidak bisakah kita nikmati saja kebersamaan ini?" balas Aslan pula.
Sungguh dia tidak ingin banyak berdebat sekarang, tapi mengutarakan semuanya kepada Cindy sekarang baginya juga bukanlah waktu yang tepat.
"Baiklah, maafkan aku sudah banyak menuntut," balas Cindy, dia lalu bergerak lebih dulu untuk memeluk Aslan, pria yang saat ini telah resmi jadi suaminya.
di dalam pelukan itu Cindy pun tersenyum, tidak apa-apa mengulur waktu untuk pulang ke rumah itu. lagi pula sekarang ataupun nanti semuanya sama saja, rumah itu akan jadi miliknya dan dia akan mengusir Nadia dan bocah kecil itu keluar dari rumah tersebut.
di mana-mana istri muda lah yang selalu tinggal di rumah utama.
Dan Aslan pun membalas pelukan Cindy tak kalah erat, pikirannya kusut, dia butuh pelampiasan hasrat untuk membuatnya jadi tenang.
*
*
Di tempat lain.
Jam 10 tadi Steve benar-benar menjemput Zayn di sekolah sang anak.
Sebelum menjemput Zayn, Steve pun lebih dulu menelpon Nadia dan mengatakan bahwa Nadia tinggal saja di rumah. Setelah menjemput Zayn, Steve masih akan mengajak bocah tersebut untuk pergi ke suatu tempat.
Nadia menurut-menurut saja, dia pun mulai mempercayakan semuanya pada pria tersebut.
Namun hingga sore menjelang, belum ada tanda-tanda Steve dan Zayn pulang.
Tidak ingin menunggu tanpa kepastian, Nadia pun coba untuk menghubungi Steve ...
Panggilan itu terhubung.
Lalu tak lama kemudian langsung dijawab oleh suara kecil yang sangat dia kenal, Ya, malah Zayn yang menjawab teleponnya tersebut.
"Halo Ma, kami sudah di jalan pulang, 10 menit lagi sampai," jelas Zayn langsung, sebelum ibunya sempat bertanya 1 pertanyaan pun.
Dan mendengar penjelasan sang anak itu, Nadia pun tersenyum.
"Baiklah, mommy akan tunggu kalian datang," balas Nadia.
"Ya Mom," balas Zayn pula.
Panggilan itu pun terputus.
Namun senyum di bibir Nadia masih belum hilang.
Jika Aslan mana boleh Zayn menyentuh ponselnya, baru dipegang sedikit saja pasti Aslan akan marah.
"Ya Tuhan, aku tidak boleh membanding-bandingkan mereka. Aku hanya perlu fokus pada Steve ... dan Zayn," gumam Nadia. Saat menyebut Steve lidahnya masih terasa kelu.
Namun dia harus membiasakan diri.