Polisi Cantik Milik Sang Penguasa

Aku update dua bab

"Darius sakit!"

Sena berbicara dengan suara yang super lirih, amarah yang tadi dia rasakan hilang begitu saja berganti dengan kesedihan ketika Darius mencengkram tangannya dan melototinya. Sena sangat mencintai Darius, bisa dibilang dia sangat terobsesi dengan suaminya itu sebabnya dia marah ketika Darius menghampiri Nana, dan dia tidak menyangka Darius yang selama ini selalu bersikap lemah lembut sekarang melakukan hal ini padanya.

Darius mengerjap, lelaki itu mulai mendapatkan kesadarannya, dia pun melepaskan cengkeraman tangannya dari tangan Sena. "Izinkan aku beristirahat sebentar, kita bicara setelah aku tenang." Seperti biasa, Darius mampu mengontrol emosinya, apalagi sepertinya dia sudah terlatih Untuk menghadapi Sena, hingga semarah apapun Darius pada istrinya dia masih bisa mengontrol amarahnya, dan sekarang Darius memutuskan untuk mendinginkan otaknya di balkon sebelum dia membujuk Sena dan menjelaskan semuanya.

Setelah Darius pergi, Sena mendudukkan dirinya di sofa. Wanita itu masih tidak percaya dengan apa yang dilakukan Darius barusan, apa yang dilakukan Darius mungkin hal yang wajar mengingat Dia yang pertama kali menampar Darius, tapi tetap saja Senna merasa nyeri, apalagi barusan Darius menemui wanita yang paling dia benci.

****

Beberapa hari kemudian

Nana dan Jayden turun dari mobil, mereka Baru saja sampai pada pukul 3 dini hari, karena barusan mereka baru saja melakukan resepsi di hotel yang mewah.

Ya, kemarin Nana dan Jayden sudah melakukan pemberkatan, dan keesokan harinya atau tepatnya hari ini mereka melakukan resepsi. Seperti yang sudah direncanakan, resepsi dilakukan di hotel termewah yang ada di negara itu, ribuan tamu datang ke sana termasuk juga teman-teman Nana dan rekan polisi Nana.

Nana dan Jayden terlihat bahagia ketika melakukan resepsi, tapi mereka tentu saja tidak sebahagia yang terlihat.

"Apa aku boleh tahu kamarku di mana?" Tanya Nana ketika mereka masuk ke dalam rumah.

"Aku akan mengantarkannya." Jayden mendahului Nana, dan mereka pun berjalan ke arah lift untuk naik ke atas.

"Ini kamarku dan itu kamarmu, ada penghubung juga dari kamarku ke kamarmu ini berjaga-jaga jika ada putriku datang ke rumah ini, walaupun aku tidak tahu dia akan datang ke sini atau tidak. Tapi, kau Jangan khawatir tidak akan ada yang terjadi."

Nana menatap Jayden dengan lekat, lelaki ini terlihat sangat putus asa. Padahal tadi ketika mereka resepsi, Jayden terlihat seperti orang yang sangat bahagia begitupun dia yang juga tentu saja berpura-pura.

"Selamat malam, Tuan." Nana memilih untuk tidak bertanya lagi pada Jayden, wanita itu memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar karena tubuhnya juga sudah sangat lelah.

Dan setelah Nana pergi Jayden pun juga berbalik, lagi itu Langsung masuk ke dalam kamar. Ketika sudah masuk ke dalam kamar, Jayden langsung melepaskan tuxedo yang melekat di tubuhnya kemudian dia memb anting tubuhnya di ranjang.

Sungguh pernikahan ini benar-benar membuat Jayden sedikit tertekan, apalagi teringat tadi mantan istrinya datang bersama keluarga barunya termasuk ada Helena juga yang datang, sedangkan putranya tidak hadir dan sepertinya, putranya masih membencinya.

Kemarin-kemarin, Jayden yakin bahwa pernikahan palsunya tidak akan membuatnya terpengaruh, dengan artian kata Jayden akan merasa bahwa tidak akan ada yang berubah dengan hidupnya Setelah dia menikahi Nana karena pernikahan mereka hanya kontrak, tapi ternyata Setelah dia resmi menikah dengan Nana pernikahan ini seperti menghabiskan energi Jayden. Tapi walau begitu, Jayden sama sekali tidak menyalahkan wanita yang sekarang menjadi istrinya, karena dia tahu posisi Nana pun sama sepertinya.

"Camila, kau terlihat sangat cantik tadi." Jayden bergumam pelan, wajah mantan istrinya terbayang-bayang di dalam benak, apalagi tadi dia melihat mantan istrinya begitu cantik bersama suami barunya.

****

Waktu menunjukkan pukul 02.00 malam, Nana terbangun dari tidurnya. Wanita cantik itu langsung pergi ke kamar mandi, dan setelahnya dia mengambil lilin lalu berdiri di depan jendela, setelah menyalakan lilin Nana mengepalkan tangannya kemudian menyatukannya dan menyimpannya di bawah dagu, kemudian wanita cantik itu mulai berdoa.

"Tuhan, Aku tahu pernikahan yang aku jalann sekarang adalah hal yang salah, karena pernikahan kami tidak tulus, Dan tolong ampuni kami Tuhan atas itu. Tapi aku tahu, kau maha mengetahui semuanya. Tuhan beribu-ribu terima kasih aku panjatkan padamu karena kau telah mempertemukan aku dengan Jayden." Setelah berdoa tanpa sadar, bulir langsung terjatuh dari pelupuk mata wanita itu. Jika biasanya setiap malam dia berdoa dengan tangis kesakitan, tapi sekarang berbeda dia berdoa dengan tangis kebahagiaan.

Setelah berdoa, Nana langsung mematikan lilin, kemudian dia berjalan ke arah sofa di mana ada tasnya di sana, balas Kak itu dia membuka dompet dan mengambil foto dia dan neneknya.

Malam berganti pagi, Nana keluar dari kamar dengan pakaian rapih, tentu saja dia berniat untuk bekerja.

"Kau mau ke mana?" Jayden langsung bertanya ketika melihat Nana keluar dari kamar, karena kebetulan ketika Nana keluar, Jayden pun juga keluar dari kamarnya.

"Oh, selamat pagi Tuan Jayden. Aku akan mulai bekerja."

"Bukankah sudah aku bilang kau harus mengambil cuti selama 1 minggu, orang-orang akan curiga ketika kau langsung bekerja sedangkan kita baru resepsi kemarin malam." Terlihat jelas Jayden begitu kesal ketika mengatakan itu.

Nana tertegun ketika melihat Jayden yang menatapnya dengan kesal, tatapan yang tidak pernah Jayden perlihatkan padanya. Karena selama ini tatapan Jayden selalu hangat, lalu kenapa setelah mereka menikah lelaki di depannya ini berbeda.

Rupanya, semalaman Jayden tidak bisa tertidur, ternyata pernikahan palsu membuat Jayden sedikit tertekan, bahkan dia juga belum bisa melupakan bayang-bayang mantan istrinya yang kemarin datang ke resepsi pernikahannya. Jadi ketika mendengar Nana akan bekerja, Jayden merasa kesal, padahal dia sudah memberitahukan Nana.

"Maafkan, aku tuan Jayden aku lupa." Tidak ingin banyak berpikir, Nana Langsung meminta maaf. Apalagi dia tahu batasannya, begitupun Jayden yang langsung tersadar, dia sadar dia tidak boleh bersikap seperti itu pada Nana karena Nana tidak tahu apapun.

"Pelayan akan mengantarkan sarapan ke kamarmu, maaf aku terbiasa sarapan sendiri," ucap Jayden, lelaki itu sangat menghormati Nana yang sekarang menjadi istrinya, tapi dia tidak ingin Nana terlalu berani ke depannya. Jadi dia benar-benar harus membatasi dirinya dan istri kontraknya.

"Baik Tuan." Nana sedikitpun tidak merasa tersinggung dengan ucapan Jayden, karena dia juga sudah menetapkan batasan pada suaminya. Dan setelah itu Nana pun langsung berbalik untuk kembali ke kamarnya, begitupun dengan Jayden yang langsung berjalan ke arah lift untuk turun ke bawah.

"Tolong bawakan Nana sarapan!" Titah Jayden pada pelayan, hingga pelayan itu mengangguk dan dia pun langsung berjalan ke arah meja makan untuk memakan sarapan yang sudah terhidang di sana.