Revenge : Istri Nakal Tuan Keyvan

Keyvan masih menunggu jawaban Nayya. Dia memang tidak ingat apa yang terjadi malam itu, tapi ia sangat yakin jika tidak terjadi apapun diantara mereka.

Malam itu, dia tidak sadarkan diri karena mabuk, bukan karena obat tidur ataupun obat bius. Jadi, samar-samar ia masih bisa merasakan saat tubuhnya di papah oleh seseorang. Hanya saja karena terlalu banyak minum, membuatnya tidak bisa melakukan apapun.

"Jadi benar, tidak terjadi apapun diantara kita malam itu, hm?" tanya Keyvan

"A-apa maksud mu? Apa kau tidak melihat bukti yang ada di depan matamu, hah? Kita berada di satu tempat tidur tanpa memakai apapun. Itu sudah membuktikan jika kita ... "

"Maksudmu seperti ini?" Keyvan tiba-tiba membuka handuknya yang membuat Nayya membelalakkan kedua matanya.

"APA YANG KAU LAKUKAN, HAH?" teriak Nayya sambil memalingkan wajahnya.

Keyvan tertawa keras dan mencengkeram dagu Nayya agar menatap dirinya. "Kenapa? Bukankah kau sudah melihat semuanya, hah? Kau malu?"

Deru nafas Nayya terdengar tidak beraturan. Dia menatap Keyvan dengan tatapan tajam. Tapi sedetik kemudian, Nayya tersenyum dan menepis tangan Keyvan. Kemudian dia mendorong pria itu hingga terlentang di atas tempat tidur dan duduk tepat di adik kecilnya yang masih tertutup oleh celana boxer.

"Kau menantang ku ya? Apa kau pikir aku takut, hm?" Nayya mulai mengusap pipi Keyvan perlahan, kemudian turun ke leher, merasakan jakun pria itu yang bergerak naik turun yang membuat Nayya tersenyum menggoda.

Tidak hanya itu, tangan nakal Nayya juga mengusap dada Keyvan dan berakhir pada perut berpetak pria itu. "Kau sangat seksi sayang. Aku sampai tidak bisa menahan diri. Kau benar, harusnya kita melakukannya lagi agar aku bisa hamil. Jadi, bagaimana jika kita ulangi percintaan kita malam itu?"

Nayya menggigit bibirnya sensual dengan tangan yang terus mengusap perut pria itu. Ia bisa merasakan sesuatu yang mengganjal di bawah sana dan dengan sengaja bergerak maju-mundur, yang membuat Keyvan menahan nafas.

Nayya tersenyum penuh kemenangan saat melihat Keyvan yang tidak bisa berkutik. Tangannya mulai turun kebawah dan hendak menyentuh bagian terpenting pria itu yang mulai menonjol. Namun tiba-tiba, Keyvan mencekal tangannya dengan nafas yang memburu.

"Cukup!! Aku hampir terlambat," seru Keyvan.

Nayya tersenyum dan menyingkir dari atas tubuh Keyvan. Dia melipat kedua tangannya, melihat pria itu yang buru-buru mengambil baju kerjanya dan membawanya ke kamar mandi.

Setelah pintu kamar mandi tertutup, Nayya merosot kan tubuhnya ke lantai dengan nafas yang terengah-engah. Dia melihat kedua tangannya yang gemetar sambil menggelengkan kepalanya.

"Apa yang sudah aku lakukan? Aku menyentuhnya? Itu tadi, aku menyentuhnya. Astaga ... " Nayya mengusap kedua tangannya sambil bergidik. Tapi dia merasa lega karena Keyvan tidak merespon apa yang ia lakukan karena pria itu harus pergi ke kantor.

"Untung saja perkiraan ku tepat. Jika tidak, bisa-bisa ... Aish, lupakan Nayya!! Lupakan!!"

Ya, Nayya berani melakukan hal itu karena sudah memperkirakannya. Keyvan adalah pria yang tepat waktu apalagi mengenai pekerjaan. Itu sebabnya ia yakin Keyvan tidak akan merespon apa yang ia lakukan padanya.

Sedangkan di dalam kamar mandi, tubuh Keyvan tak kalah bergetar. Dia memejamkan kedua matanya, merasakan setiap sentuhan dari Nayya yang membuat jantungnya berdetak kencang. Apalagi saat wanita itu bergerak maju-mundur sambil menekan adik kecilnya, membuatnya merasakan getaran aneh di dalam dirinya.

"Astaga, ada apa denganku?" Keyvan menghela nafas panjang, mencoba menghilangkan pikiran kotornya dan memilih untuk segera bersiap.

...****************...

Kini semuanya kembali berkumpul di ruang makan. Nayya melayani suaminya dengan mengambilkan makanan dan hal itu membuat Flora tersenyum senang. Walaupun mereka menikah karena sebuah kesalahan, tapi sepertinya mereka mau menerima satu sama lain.

"Jangan lupa nanti malam kita akan menghadiri pesta." Keyvan mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya pada Nayya. "Beli gaun yang kau ingin kan. Kau bisa mengajak Keyra pergi denganmu," ucapnya lagi.

"Wah, aku boleh ikut?" tanya Keyra berbinar.

"Ya, kau temani dia pergi. Aku berangkat dulu." Keyvan meraih tas kerjanya dan pergi begitu saja.

"Aku juga akan berangkat bersama Keyvan." Kevin mencium kening Flora dan menyusul Keyvan.

"Aku juga sudah selesai. Aku mau siap-siap dulu," ujar Keyra yang juga meninggalkan ruang makan. Sementara Nayya hanya tersenyum dan menatap kartu yg ada di depannya.

Di perjalanan, Kevin membuka pembicaraan dengan Keyvan yang saat ini tengah fokus mengendarai mobilnya.

"Apa kau yakin akan membawanya ke pesta?" tanya Kevin

"Tidak ada pilihan lain. Semua orang tahu dia istriku. Jadi rasanya akan aneh jika aku pergi seorang diri," sahut Keyvan.

Kevin mengangguk paham dan kembali berkata, "Daddy bisa mengerti kenapa kau memintanya pergi dengan Keyra. Tapi, kita tidak bisa terus mencari alasan untuk menjauhkan Flora dari Nayya."

"Aku sudah mengajaknya untuk pindah dad, tapi dia menolaknya sepertinya dia sudah merencanakan sesuatu. Ini semua salahku karena terlambat mengetahui tujuan Nayya melakukan hal ini. Maaf, dad," sesal Keyvan.

"Tidak ada yang terlambat. Kita masih bisa mencegahnya. Jika dia tidak mau pindah, terpaksa Mommy dan Daddy yang akan pindah."

Deg

"Apa maksud Daddy?" tanya Keyvan

"Jangan salah sangka. Kami hanya akan mengunjungi kakek dan nenekmu. Dan untuk sementara waktu, kami akan menemani mereka," ujar Kevin

...****************...

Waktu terus berlalu, tidak terasa hari sudah malam. Keyvan sudah siap dengan setelan jas berwarna navy yang di padukan dengan kemeja berwarna putih. Dia turun keluar lebih dulu dan menunggu Nayya di ruang tamu.

"Mana Nayya, Van?" tanya Flora

"Dia masih bersiap mom," sahut Keyvan.

Flora hanya mengangguk dan tidak berapa lama terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga. Flora tersenyum melihat Nayya yang terlihat sangat cantik. Bahkan Keyvan tidak bisa mengalihkan pandangannya saat menatap sang istri.

"Kau cantik sekali, sayang," puji Flora

"Terima kasih mom. Gaun ini pilihan Keyra, jadi ...

"Tidak, bukan karena gaun ini ataupun wajahmu yang kau rias yang membuatmu terlihat cantik. Tapi karena hatimu juga. Percuma, kan punya wajah cantik tapi berhati jahat," ujar Flora

Deg

Nayya mengepalkan kedua erat dan berusaha tersenyum di depan Flora. "Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri, nyonya? Kau menasehati ku seolah kau adalah wanita yang suci, cih!" batin Nayya.

"O iya." Flora memakaikan sebuah kalung di leher Nayya dan berkata, "ini hadiah dari mommy atas pernikahan kalian."

"Terima kasih mom," ucap Nayya

"Kalau begitu, kami berangkat dulu." Keyvan pergi lebih dulu, di susul Nayya yang mengekor di belakangnya.

Selama di perjalanan, baik Nayya maupun Keyvan tidak mengeluarkan sepatah katapun. Mereka terdiam dengan pemikiran masing-masing, sampai-sampai tanpa sadar mereka sudah sampai di tempat pesta.

Keyvan menyodorkan lengannya yang langsung dipeluk oleh Nayya. Mereka berdua masuk ke aula, dimana pesta itu di adakan.

Banyak mata menatap kagum keduanya yang terlihat serasi, yang mana Keyvan yang terlihat tampan dan juga Nayya yang terlihat cantik.

"Selamat ulang tahun perusahaan, tuan Bara," ucap Keyvan

"Terima kasih tuan. Terima kasih sudah menyempatkan diri hadir di acara ini. Silahkan nikmati hidangannya, saya akan menyapa tamu yang lain," seru Bara

Keyvan hanya tersenyum tipis. Dia mengajak Nayya untuk bergabung dengan tamu undangan lainnya, sehingga mereka terlibat dalam pembicaraan. Namun, bagi Nayya yang tidak paham tentang apa yang mereka bahas, hanya bisa mendengus pelan karena merasa bosan.

"Apa yang mereka bicarakan? Membosankan sekali," gerutu Nayya dalam hati. Dia mengedarkan pandangannya, melihat kemewahan pesta. Namun tanpa sengaja, kedua matanya terkunci pada satu tamu undangan yang membuatnya melebarkan kedua matanya sempurna.

Deg

"Kenapa dia di sini?" batin Nayya