Maura gadis 24 tahun, gadis polos yang sangat penurut. Maura wanita yang baik dan tidak pernah macam-macam. Dia selalu mengalah sejak kecil sampai dewasa.
Memiliki Ibu tiri dan adik tiri yang dua tahun di bawahnya. Membuat Maura mendapatkan perlakuan kurang adil. Tetapi tetap dia sangat mencintai keluarganya dan tidak pernah mempermasalahkan hal itu.
Tapi pada suatu seketika Maura dihadapkan dengan kegelisahan hati. Banyak pernyataan yang terjadi di depannya, pengkhianatan yang telah dia terima dengan adiknya Jesslyn yang ternyata menjalin hubungan dengan calon suaminya dan bahkan calon suaminya tidak menyukainya dan hanya menikah dengannya agar bisa lebih dekat dengan adik tirinya.
Maura juga dihadapkan yang menjadi korban fitnah dari sang ibu tiri. Hal itu membuat Maura berubah dan berniat untuk membalas dendam atas pengkhianatan yang telah dia dapatkan.
Maura melakukan hal yang sama dengan merebut calon suami adiknya. Maura terikat kontrak pernikahan untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 2 Di Antara
Mereka yang mulai mengambil makanan mereka masing-masing.
"Kak Rafa biar Jesslyn ambilkan!" sahut Jesslyn dengan tiba-tiba mengambil alih saat Rafa ingin mengambil nasi.
"Saya bisa sendiri," sahut Rafa menolak dan hal itu tidak biasa bagi Rafa.
"Tidak apa-apa kak Rafa," sahut Jesslyn yang tetap mengambilkan nasi tersebut.
Jessica tampak tersenyum melihat kemanisan tersebut. Tetapi berbeda dengan Bian yang malah datar seperti tidak suka melihat kedekatan Jesslyn dan Rafa. Untung saja ekspresi Bian yang seperti itu tidak diperhatikan oleh Maura yang sekarang sudah fokus makan.
"Kak Rafa mau lauk apa?" tanya Jesslyn.
"Aku akan ambil sendiri," jawab Rafa.
"Baiklah," sahut Jesslyn.
"Maura apa hari ini acara kamu berjalan dengan lancar?" tanya Darius.
"Iya pah, semua lancar," jawab Maura.
"Lalu bagaimana selanjutnya?" tanya Darius.
"Aku sama Bian akan melanjutkan atau fitting baju pengantin setelah acara pembukaan galeri," jawab Maura.
"Pah, sangat tidak etis membicarakan hal lain saat ada tamu seperti ini," sahut Jessica menegur suaminya.
"Tidak apa-apa Mah!" sahut Jesslyn yang memotong pembicaraan itu.
"Lagi pula biar sekalian kita undang Kak Rafa ke acara pernikahan Kak Maura dan Kak Bian," sahut Jesslyn dengan tersenyum yang melihat ke arah Rafa dengan Jesslyn yang tersenyum seolah mengagumi pria yang duduk di sampingnya itu.
"Kak Rafa tidak masalah kan mendapatkan undangan dari kami?" tanya Jesslyn memastikan.
"Mereka akan menikah?" tanya Rafa yang bergantian melihat Bian dan Maura.
"Iya benar. Kak Maura akan melangsungkan pernikahan dalam bulan ini dan biasanya setelah kakak pertama menikah maka adik akan cepat menyusul," sahut Jesslyn dengan tersenyum yang seperti memberikan kode dan membuat Jessica ikut tersenyum.
"By the way. Kenapa Kakak mempertanyakan mereka akan menikah. Apa Mereka terlihat bukan seperti pasangan?" tanya Jesslyn yang membuat pandangan Maura melihat ke arah Jesslyn.
"Maksud kamu?" Rafa kembali bertanya.
"Memang banyak yang mengatakan jika mereka berdua bukan seperti pasangan. Kata orang-orang jika Kak Maura memiliki cinta yang lebih besar daripada kak Bian. Kak Maura aku masih merasa lucu dengan cerita kamu yang mengejar-ngejar Kak Bian sejak dulu," ucap Jesslyn yang punya dunianya sendiri untuk berbicara.
"Benarkah Maura kamu mengejar-ngejar Bian. Atau kamu juga yang melamar Bian," Jessica ikut-ikutan dalam pembicaraan anak muda itu.
"Kak Rafa bagaimana tanggapan kakak dengan seorang wanita yang memiliki cinta lebih besar dibandingkan seorang pria?" hanya Jesslyn yang melempar kepada Rafa.
"Tidak ada masalah wanita dan pria mempunyai hak masing-masing untuk mencintai atau dicintai. Jadi itu bukan suatu hal yang aneh," sahut Rafa menjawab dengan singkat.
"Oh iya begitu. Tapi aku belum pernah mendengar Kak Maura bercerita jika Kak Bian mengungkapkan rasa cintanya kepada kakak atau bagaimana cara melamar Kakak," sahut Jesslyn. Entah apa maksud Jesslyn membahas hal itu di meja makan.
Maura hanya memperhatikan adiknya itu yang sangat tenang bicara. Namun kata-kata itu memiliki makna tersendiri yang membuat perasaan Maura jadi aneh.
"Bagaimana Kak Maura?" tanya Jesslyn lagi.
"Jesslyn cinta itu tidak perlu diucapkan. Yang merasakan cinta itu hanya diri sendiri dan kita tahu pria itu mencintai kita atau tidak," sahut Maura dengan simple yang membuat mata Rafa melihat ke arahnya.
"Hmmm, aku setuju. Memang di zaman sekarang ini tidak perlu dengan ucapan cinta. Tetapi kita akan tahu pria itu mencintai kita atau tidak dari cara dia menatap kita dengan sangat dalam dan mengeluarkan senyum dan maka kita akan bisa melihat seberapa besar cinta seseorang dari tatapan matanya," sahut Jesslyn dengan tersenyum yang memberikan tanggapannya.
Mata Bian ternyata sejak tadi tidak lepas menatap Jesslyn. Bian bahkan sampai tersenyum seolah kagum dengan kata-kata yang keluar dari mulut Jesslyn. Saat Maura ingin minum pandangan mata itu tertuju pada Bian dan masih memperlihatkan ekspresi yang sama.
"Apa pendapatku bisa diterima," sahut Jesslyn.
"Aku setuju dengan pendapat kamu. Menatap orang yang dicintai juga satu hal yang sangat indah," saut Bian yang berbicara tidak lepas menatap Jesslyn. Maura melihat hal itu menelan salivanya yang tiba-tiba perasaannya berdebar yang tidak mengerti apa yang dia rasakan.
Rafa yang sudah makan melihat ekspresi dari dari Bian yang melihat Jesslyn yang tersenyum-senyum dan juga melihat wajah Maura yang sangat datar. Rafa mendengus kasar melihat eksperesi itu dan kembali melanjutkan makannya.
"Sudah-sudah kita lanjutkan saja makan. Apapun itu semoga semua diberi kelancaran dan untuk pasangan yang akan menikah semoga bisa saling mencintai," sahut Darius.
Jesslyn mengangguk dan juga mengambil nasi ke dalam piringnya yang tadi memang sangat sibuk berbicara sampai tidak sempat makan. Tangan Jesslyn mengambil salah satu jenis lauk.
"Jangan dimakan Jesslyn!" tiba-tiba Bian mencegah Jesslyn yang kembali membuat perhatian orang-orang melihat ke arah Jesslyn dan Bian.
"Aku sudah mencobanya dan ada campuran ikan giling di dalamnya dan itu bisa membuat kulit kamu merah-merah," sahut Bian
"Oh benarkah!" sahut Jesslyn yang tidak jadi mengambil makanan itu.
"Kenapa Bibi sembarangan sekali memasak. Apa dia tidak tahu jika kamu alergi dengan ikan," sahut Jessica tampak kesal.
"Kamu banyak tahu sekali tentang Jesslyn!" sahut Rafa tiba-tiba.
"Kak Rafa jelas sangat banyak tahu. Kami berdua tumbuh sejak kecil," sahut yang menjawab pertanyaan itu.
"Begitu rupanya," sahut Rafa dengan mengangguk-angguk saja.
Maura menghela nafas yang kembali minum dan entah mengapa tenggorokannya begitu sangat kering.
*********
Acara makan malam yang akhirnya sudah selesai dan Maura yang mengantarkan Bian keluar rumah menuju mobil.
"Kamu langsung pulang?" tanya Maura.
"Iya!" jawab Bian yang membuka pintu mobil dan hendak masuk tetapi tiba-tiba tidak jadi.
"Maura!" ucap Bian.
"Ada apa?" tanya Maura.
"Rafa, tamu yang tadi ikut makan malam. Apa dia CEO dari Perusahaan Unity?" tanya Bian yang terlihat penasaran.
"Iya kamu benar," jawab Maura.
"Apa ada hal besar dengan kedatangan dia ke rumah ini dan sampai diajak makan malam. Atau menyusun kerjasama bersama papa kamu?" tanya Bian yang seperti ingin mengetahui sesuatu.
"Entahlah aku juga tidak tahu. Aku mendengar Jesslyn dan dia menjalin kedekatan dan juga berencana untuk bertunangan," jawab Maura.
"Bertunangan!" pekik Bian yang terlihat begitu kaget.
Maura memperhatikan ekspresi sang kekasih yang ada rasa ketidaksukaan dalam mendengar hal tersebut yang membuat Maura bingung.
"Kenapa?" Tanya Maura
"Tidak apa-apa!" jawab Bian dengan mengeluarkan senyum tampak terpaksa.
"Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu," sahut Bian. Maura menganggukkan kepala yang melihat kepulangan Bian yang sudah memasuki mobil dan melajukan mobil itu yang keluar dari pekarangan rumah mereka.
Maura tiba-tiba mengingat pembicaraan di meja makan tadi bagaimana perkataan Jesslyn yang membicarakan tentang seorang pria yang mencintai dari tatapan mata.
Huhhhhhh
Maura membuang nafas begitu panjang dan membalikkan tubuhnya dengan melangkah memasuki rumah. Namun langkah Maura berhenti ketika berpapasan dengan Rafa yang tampaknya juga ingin pulang.
Langkah mereka berdua sama-sama berhenti dengan mereka berdua yang saling melihat satu sama lain. Tetapi tidak lama hal itu dengan Maura menundukkan kepala dan langsung pergi dari hadapan Rafa.
Tetapi hal itu membuat kepala Rafa menoleh ke belakang yang melihat kepergian wanita itu yang memasuki rumah sampai tidak terlihat lagi. Rafa hanya menghela nafas yang tidak tahu apa yang telah dia pikirkan dan langsung pergi meninggalkan kediaman Maura.
Bersambung.