Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Bab 17: Badai dalam Rumah Tangga
Kehidupan Andrian berubah menjadi sebuah drama yang tak terduga. Setelah sekian lama menjalin hubungan yang tampak sempurna, rahasia kelamnya terungkap, perselingkuhannya dengan Kirana, sang sekretaris yang selama ini dia sembunyikan dari Melinda.
Melinda adalah wanita yang selama ini setia mendampingi dan mencintainya, namun kini hatinya hancur, ketika Melinda melihat Andrian tidur bersama dengan Kirana, sekretaris nya.
Rasa curiga yang semula hanya bergejolak di dalam hatinya akhirnya terkonfirmasi. Air mata yang tak tertahan menjadi saksi betapa sakitnya pengkhianatan tersebut. Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang paling dekat dengannya. Kirana, wanita yang seharusnya menjadi tangan kanan suaminya di kantor, kini menjadi musuh dalam selimut.
Melinda selalu menjadi istri yang setia dan suportif. Namun, rasa sakit dan pengkhianatan mencabik-cabik hatinya, dan dalam sekejap, semua yang dia percayai mulai runtuh. Andrian, yang terjebak dalam situasi yang tidak menguntungkan, segera merasakan tekanan dari kedua sisi—dari cinta yang mulai tumbuh untuk Kirana dan rasa tanggung jawab terhadap Melinda yang telah menemaninya melalui suka dan duka.
Permohonan Andrian untuk tidak bercerai saat itu datang dalam nada panik. Dia tidak hanya berurusan dengan kemarahan Melinda, tetapi juga dengan perasaannya yang semakin dalam terhadap Kirana. Dalam dialog emosional yang penuh ketegangan, Andrian berjuang untuk menjelaskan posisi sulit yang dia hadapi. Dia mengakui mengagumi Kirana lebih dari sekadar hubungan profesional dan saling mendukung, dia mencintainya. Namun, pengakuan itu hanya semakin memperdalam luka Melinda.
Kirana, di sisi lain, adalah sosok yang rumit. Dia tidak bermaksud merusak keluarga Andrian, tetapi ketika cinta mulai mengakar di antara mereka, semua rencana berantakan. Kini, Kirana terjebak dalam dilema moral, dihadapkan pada konsekuensi dari tindakan mereka. Dia ingin Andrian bahagia, tetapi dia juga tidak dapat mengabaikan perasaannya yang tulus.
Di tengah kekacauan emosional, Andrian berusaha memperbaiki semuanya. Dia tahu bahwa dia telah salah dan kini dia lebih dari siap untuk menghadapi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambilnya. Dengan suara yang bergetar dan penuh penyesalan, Andrian memohon kepada Melinda untuk tidak bercerai.
"Mungkin aku telah melakukan kesalahan," ujar Andrian, menahan air mata. "Tapi aku masih mencintaimu, Melinda. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
Melinda, yang selama ini dianggap sebagai sosok kuat, kini merasa lemah dan bingung. Di satu sisi, cinta dan kenangan indah mereka selalu terlukis jelas dalam ingatannya. Namun, di sisi lain, rasa sakit yang baru saja dialaminya membuatnya ragu akan masa depan hubungan mereka.
"Kamu sudah menghancurkan segalanya, Mas," sahut Melinda dengan suara bergetar.
"Bagaimana kamu bisa berharap aku akan percaya padamu lagi? Kirana, dia... dia perempuan yang tidak ingin aku jumpai dalam hidup."
Atmosfer di ruangan itu semakin tegang. Andrian mencoba untuk mendekat, mengambil tangan Melinda, namun Melinda menariknya kembali. "Jangan, Mas. Aku butuh waktu untuk berpikir. Tidak semudah itu untuk membalikkan lembaran hidup ini."
Waktu berlalu, dan dalam keheningan malam, Andrian merasa kesepian yang mendalam. Dia teringat kembali saat-saat bahagia bersama Melinda. Mereka melalui banyak hal bersama, dari sukses hingga kegagalan. Namun kini, dia sendiri, terjebak dalam kesalahan yang membuatnya kehilangan segalanya.
Sementara itu, Kirana juga merasakan dampak dari perselingkuhan tersebut. Rasa bersalah mulai merayap di dalam diri perempuan muda itu. Dia tidak pernah berniat untuk merusak rumah tangga Andrian. Yang dia inginkan hanyalah kasih sayang dan perhatian yang selama ini tidak ia dapatkan dari pria lain. Namun, apa yang dimulainya dengan penuh gairah kini berubah menjadi pengingat yang menyakitkan akan segala hal yang tidak seharusnya terjadi.
Dalam keadaan kebingungan, Andrian mencoba menghubungi Kirana untuk menyelesaikan segalanya. "Kirana, kita harus berbicara," katanya, berharap dapat menemukan penyelesaian yang baik. Namun, Kirana menolak untuk bertemu. Dia juga tahu bahwa hubungan yang terlarang ini hanya akan berujung pada kesedihan dan kehilangan.
"Aku tidak ingin menjadi alasan keretakan rumah tanggamu, Andrian," sahut Kirana, suaranya bergetar di ujung telepon. "Kamu harus memilih, aku tidak ingin menghancurkan kebahagiaan keluarga yang ada."
Di tengah keputusan yang sulit dan emosi yang tidak menentu, Melinda diam-diam merenungkan masa depannya. Apakah dia mampu untuk memaafkan Andrian? Apakah cinta yang pernah ada cukup kuat untuk menembus pengkhianatan ini? Dia tahu bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi, namun saat ini, semua terasa kelabu dan rumit.
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta