Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
"Kenapa kamu marah hanya karena aku membeli parfum murah, Mas?" Dania tidak mengerti, padahal ia membeli parfum itu karena ingin menghemat uang dan kualitas nya tidak kalah bagus dengan parfum mahal.
"Itu artinya kamu tidak mendukung usaha suami kamu sendiri Dania" Felix mengguncang pundak Dania dengan kedua tangan, mendelik gusar.
"Sekarang aku tanya sama kamu Mas, berapa kamu menafkahi aku setiap bulan?" Dania pun kini berteriak. Sebenarnya dia tidak mau mengungkit masalah ini, tetapi karena Felix bicara tidak dipikir dulu, kata-kata yang Dania pendam selama ini terlontar juga.
Felix melepas tangannya dari pundak Dania lalu berpaling. "Kamu tidak malu menanyakan itu Nia. Padahal kamu tahu usaha aku hampir bangkrut karena uang perusahaan habis untuk biaya berobat kamu" Felix berbicara tidak dipikir hingga kata-katanya menyakiti hati Dania.
"Jadi kamu menyesal telah mengobati aku Mas, bukan hanya kamu yang bisa mengungkit. Tubuhku menjadi bobrok begini karena kamu bukan? Kamu keterlaluan Mas" Dania menangis sesegukan karena disalahkan. Padahal semua ini terjadi karena Felix, Dania dijauhi keluarga juga karena Felix, tetapi Dania tetap bersabar mendampingi Felix, bahkan setiap mama papa memarahi Felix, Dania selalu membela. Tetapi ini balasan yang Nia terima. Lagi pula selama menikah dengan Felix tidak ada kehangatan yang Dania terima selayaknya suami istri, jika mau mengungkit seharusnya sudah Dania lakukan sejak sadar dari koma.
"Kenapa kamu tidak membunuh aku sekalian Mas Felix, daripada kau siksa aku lahir batin" pungkas Dania sambil keluar kamar. Tidak ada tempat untuk menenangkan diri selain kamar sempit yaitu kamar bibi. Rumah itu hanya ada satu kamar yang dia tiduri bersama Felix dan kamar kecil itu.
"Ada apa Non?" Bibi menyusul ke kamar memandangi nona mudanya yang meringkuk di tempat tidur sambil menangis.
"Tidak apa-apa Bi, saya numpang istirahat" lirih Dania.
"Silakan Non" bibi menutup pintu lalu keluar rumah. Bibi sebenarnya mendengar pertengkaran Dania dengan Felix karena pintu terbuka. Ia memang sengaja mendengarkan bukan harena lancang, tetapi ini tugas yang diberikan nyonya Susana agar mengawasi putrinya. Jika ada perlakuan yang tidak baik dari Felix, Susana minta agar bibi melaporkan. Bibi pun akhirnya menghubungi Susana.
Sore harinya, Dania memilih mandi di kamar mandi dapur karena malas bertemu dengan Felix. Hatinya masih marah dan kecewa karena perkataan Felix tidak disaring dulu.
"Non, ada Nyonya Susana" bibi mendekati Dania yang masih di depan kamar mandi.
"Oh... Mama kemari ya Bi" Dania yang masih mengenakan handuk bergegas ganti baju yang sudah bibi siapkan di tempat tidur.
"Mama..." Dania seketika sumringah begitu melihat sang mama sudah di ruang tamu.
"Temani Mama ke supermaket yuk" Susana nampak santai pura-pura tidak tahu jika hati putrinya sedang sedih.
"Tapi Ma..." Dania malas minta izin Felix.
"Sudahlah... sekali-kali jalan-jalan dong Nia, memang kamu tidak bosan diam di rumah terus seperti burung dalam sangkar" Susana meyakinkan putrinya. Sebenarnya Susana mengajak ke supermaket hanya karena ingin menghibur Dania.
"Iya Ma" Dania pun akhirnya menurut, daripada di rumah pusing.
Susana tersenyum, tangannya merangkul pundak Nia lalu berjalan pelan mengikuti langkah putrinya yang belum bisa berjalan cepat. Wanita yang masih cantik itu menghidupkan mobil lalu berangkat. Susan mengajak Dania ngobrol sesekali melempar candaan. Namun Dania rupanya sulit untuk tertawa. Susana benar-benar kehilangan Dania yang dulu selalu terbuka kepadanya, apa yang Nia alami selalu cerita hingga anak dan ibu itu seperti teman saja. Tetapi setelah menikah dengan Felix, Dania menjadi pribadi yang tertutup. Maka tidak ada jalan lain, Susana membayar pembantu rumah tangga selain untuk menjaga Dania juga untuk mengawasi Felix jika sampai kdrt. Sejak pertama Dania mengenalkan Felix sebagai pacar, Susana tidak rela melepas putrinya itu jika bukan karena Dania merengek seperti anak kecil minta balon.
"Nia, apa tidak sebaiknya kamu minta cerai saja" Saran Susana yang seharusnya tidak pantas diucapkan orang tua, tetapi Susana tidak ingin Dania selalu menderita. Dengan begitu, Susana bisa merawat putrinya hingga kembali seperti dulu.
"Mama kok bicara begitu sih? Aku dengan Mas Felik tidak ada masalah kok" Dania tidak tahu jika sang mama sudah tahu semua. Dania melirik Susana sekilas lalu berpaling ke arah jalanan. Dania tentu tidak sependapat dengan Susana, walaupun bagaimana Nia ingin rumah tangganya dengan Felix langgeng. Nia masih mengira jika Felix sedang banyak masalah maka marah seperti tadi.
Susana tidak menimpali karena mereka sudah tiba di tempat yang dituju, lalu mengajak putrinya ke toko kosmetik.
"Sekarang kamu pilih kosmetik mana yang kamu suka" titah Susana lalu memegang telapak tangan Dania memberikan kartu atm.
"Mama?" Dania menatap Susana, darimana mamanya tahu jika ia sedang kesulitan keuangan.
"Sudah... Ayo pilih, biar wajah kamu kembali cantik dan tunjukkan kepada Felix kalau anak Mama bisa seperti dulu" Susana menguatkan hati putrinya, tentu ia tidak mau jujur jika tahu dari bibi.
"Tapi Ma" Dania merasa malu sudah berumah tangga, tetapi masih minta uang orang tua.
"Jangan tapi-tapian, sekarang kamu pilih ya, Mama mau mencari buah" Susana meninggalkan putrinya.
Dania pun akhirnya memilih kosmetik, sebenarnya ia ingin ambil yang murah tapi kualitasnya bagus. Namun, dia takut jika Felix semakin marah, kemudian ambil beberapa produk perusahaan Felix.
Dibalik rak, wanita yang sedang memilih sepatu mendengarkan percakapan Dania dengan Susana, ia kaget dan tidak menyangka separah itu perubahan Dania. "Sebaiknya aku dekati" monolognya.
"Mbak Dania ya?" Ia semakin terkejut ketika sudah berhadapan dengan Dania. Tidak menyangka jika model terkenal yang sudah menyandang nama Felix Alfadio itu berubah 180 derajat.
"Kamu kenal saya" Dania menatap wanita yang tak lain adalah Sifa. Dania tidak tahu bahwa Sifa adalah musuh suaminya bukan hanya secara pribadi tetapi sudah merambah ke dunia bisnis.
"Siapa yang tidak kenal Mbak, Mbak kan model terkenal" Sifa tersenyum.
"Tapi itu dulu Dek, sekarang sudah berlalu" Dania malu jika masih ada orang yang menyebut dirinya model.
"Mbak Dania masih muda, masih banyak waktu untuk memulai dari awal" kata Sifa bukan bermaksud menasehati, tetapi tidak tega ketika melihat Dania sekarang.
"Sudah tidak laku" Dania tidak mau lagi membahas masalalunya, kemudian kembali memilih minyak. Ia ambil satu botol parfum mawar lalu mengendusnya. Sebenarnya ingin membeli produk itu tetapi lagi-lagi takut kepada Felix.
Sifa memandangi keranjang Dania yang isinya produk Felix. Hati Sifa geram, ternyata Felix gemar menyakiti wanita. Dania pun rupanya sangat menderita tanpa Sifa tanya sudah bisa menebak.
"Sifa aku sudah dapat semua" seru Siti yang mendorong strorell ke arah Sifa.
"Sifa?" Batin Dania lalu menatap Sifa, ia ingat tadi siang ketika Felix menyebut nama Sifa.
"Ya sudah kita ke kasir" pungkas Sifa lalu pamit Dania yang masih menatapnya lekat dan menimbulkan tanda tanya di hati Sifa.
"Siapa yang kamu ajak ngobrol Sif?" Tanya Siti ketika sudah berjalan ke kasir.
"Kamu pasti lupa, itukan Dania model terkenal setahun yang lalu, Sit"
"Masa sih" Siti menoleh cepat ke Dania yang masih memandangi Sifa dari belakang.
"Sudahlah... Ayo" Sifa tidak ingin Dania merasa di perhatikan. Setelah antri di kasir dan membayarnya, mereka pun pulang berboncengan dengan kendaraan roda dua.
Malam harinya di kediaman Sifa sudah sepi, para wanita sudah tenggelam dalam mimpi masing-masing termasuk Sifa.
Di depan garasi yang sementara ini belum ada kendaraan, Sifa gunakan untuk produksi kosmetik. Dua orang pria tengah berusaha mencongkel rolling door hingga akhirnya berhasil.
Satu pria menggerakkan tangan cepat agar temannya mengikutinya ke dalam garasi.
...~Bersambung~...