NovelToon NovelToon
Pilihan Hati Di Sekolah

Pilihan Hati Di Sekolah

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Sistem / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan / Harem
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: AYANOKOUJI

Di sebuah SMA ternama di kota kecil, siswa-siswi kelas 12 tengah bersiap menghadapi ujian akhir. Namun, rencana mereka terganggu ketika sekolah mengumumkan program perjodohan untuk menciptakan ikatan antar siswa. Setiap siswa akan dipasangkan dengan teman sekelasnya berdasarkan kesamaan minat dan nilai akademis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AYANOKOUJI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 9

Hari-hari pertama di Berlin terasa seperti mimpi. Putri dengan sabar membimbingku menjelajahi kota, mengenalkanku pada sudut-sudut favoritnya, dan membantu mengurus segala keperluan administratif. Apartemen kecil kami di Prenzlauer Berg menjadi saksi bisu perjuangan kami beradaptasi dengan kehidupan baru ini.

Minggu pertama kerja di perusahaan baru ternyata lebih menantang dari yang kubayangkan. Meski bahasa Inggris adalah bahasa utama di kantor, aku masih sering kesulitan mengikuti percakapan cepat dalam bahasa Jerman di antara rekan kerjaku. Namun, tekadku untuk belajar dan beradaptasi membuatku tetap semangat.

"Bagaimana hari pertamamu?" tanya Putri saat aku pulang kerja.

"Melelahkan, tapi menyenangkan," jawabku sambil memeluknya. "Aku masih perlu banyak belajar, terutama bahasa Jerman."

Putri tersenyum menyemangati. "Kita akan belajar bersama. Aku akan membantumu."

Setiap malam, kami duduk di balkon kecil apartemen kami, menikmati pemandangan kota Berlin yang mulai familiar. Putri mengajariku kosakata baru, dan kami berlatih percakapan sederhana. Terkadang kami tertawa keras saat aku salah mengucapkan kata-kata, membuat tetangga kami yang ramah, Frau Schmidt, mengintip penasaran.

Minggu-minggu berlalu, dan perlahan aku mulai merasa lebih nyaman dengan ritme kehidupan di Berlin. Aku mulai mengenal rekan-rekan kerjaku lebih dekat, bahkan diajak bergabung dalam tim sepak bola kantor. Putri juga semakin sibuk dengan penelitiannya di universitas, tapi kami selalu menyempatkan diri untuk makan malam bersama dan berbagi cerita tentang hari kami.

Suatu malam, saat kami berjalan-jalan di sepanjang East Side Gallery, Putri tiba-tiba berhenti dan menatapku dengan serius.

"Andi, apa kamu bahagia di sini?" tanyanya lembut.

Aku terdiam sejenak, menatap lukisan-lukisan di tembok bekas Tembok Berlin yang menjadi saksi sejarah. "Jujur, kadang aku masih merasa asing. Tapi ya, aku bahagia. Karena ada kamu di sini."

Putri tersenyum, matanya berkaca-kaca. "Aku juga bahagia, Andi. Terima kasih sudah berjuang bersamaku."

Kami berpelukan erat, diiringi suara lembut Sungai Spree yang mengalir di dekat kami.

Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Tiga bulan setelah kepindahanku, kami mendapat kabar bahwa ayah Putri sakit keras di Indonesia. Putri terpukul dan ingin segera pulang, tapi dia juga khawatir dengan penelitiannya yang sedang dalam tahap krusial.

"Pulanglah," kataku tegas. "Aku akan menjaga semuanya di sini. Keluargamu lebih penting."

Dengan berat hati, Putri akhirnya setuju. Selama dua minggu kepergiannya, aku belajar untuk mandiri di kota asing ini. Aku mengurus apartemen, berbelanja kebutuhan sehari-hari, dan bahkan mencoba memasak makanan Indonesia untuk mengobati rasa rindu pada rumah. Meski tidak sesempurna masakan Putri, setidaknya aku bisa menikmati rasa familiar di lidahku.

Selama Putri pergi, aku juga memanfaatkan waktu untuk lebih mengenal kota Berlin. Aku mengunjungi museum-museum, menjelajahi taman-taman kota, dan bahkan memberanikan diri untuk mengobrol dengan penduduk lokal di kafe-kafe kecil. Perlahan, aku mulai merasa Berlin bukan lagi kota asing, tapi rumah kedua bagiku.

Ketika Putri kembali, dia tampak lelah tapi lega. Ayahnya sudah membaik, dan dia bisa melanjutkan penelitiannya dengan tenang. Malam itu, kami duduk di balkon seperti biasa, menikmati secangkir teh hangat.

"Terima kasih sudah menjaga semuanya, Andi," kata Putri sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.

"Kita kan sudah berjanji untuk selalu ada satu sama lain," jawabku, mengecup keningnya lembut.

Bulan-bulan berlalu, dan kami semakin mapan dengan kehidupan kami di Berlin. Aku mulai mendapat promosi di kantor, sementara Putri berhasil mempresentasikan hasil penelitiannya di sebuah konferensi internasional. Kami merayakan pencapaian kecil ini dengan makan malam romantis di sebuah restoran di atas Fernsehturm, menara televisi ikonik Berlin.

Namun, di tengah kebahagiaan kami, ada satu hal yang mulai mengganggu pikiranku. Sudah hampir setahun kami tinggal bersama, dan aku merasa ini saatnya untuk mengambil langkah selanjutnya. Aku ingin melamar Putri, tapi aku bingung bagaimana caranya.

Suatu hari, saat berjalan-jalan di Mauerpark, sebuah ide muncul di kepalaku. Aku ingat Putri pernah bercerita betapa dia menyukai tradisi "Bearpit Karaoke" di taman ini setiap hari Minggu. Dengan bantuan beberapa teman kantor dan Frau Schmidt, aku mulai merencanakan sebuah kejutan.

Minggu berikutnya, aku mengajak Putri ke Mauerpark seperti biasa. Dia tidak curiga sama sekali ketika aku menawarkan diri untuk bernyanyi di panggung karaoke terbuka itu. Dengan jantung berdebar, aku naik ke atas panggung dan mulai menyanyikan lagu Indonesia favorit kami, "Akad" dari Payung Teduh.

Di tengah lagu, aku berhenti bernyanyi dan mulai berbicara, "Putri, kamu adalah alasan aku berani melangkah jauh dari rumah. Kamu adalah rumahku sekarang, di manapun kita berada." Aku berlutut dan mengeluarkan cincin dari sakuku. "Maukah kamu menikah denganku?"

Putri, dengan air mata mengalir di pipinya, berlari ke panggung dan memelukku erat. "Ya, Andi. Ya!" jawabnya di antara isak tangis bahagia.

Tepuk tangan dan sorakan penonton memenuhi udara Mauerpark sore itu. Kami berpelukan, tidak peduli dengan dunia di sekitar kami. Saat itu, aku tahu bahwa Berlin bukan lagi kota asing. Ini adalah awal dari babak baru dalam hidup kami, dan aku tidak sabar untuk menulis cerita selanjutnya bersama Putri.

1
sakura
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!