NovelToon NovelToon
RanggaDinata

RanggaDinata

Status: tamat
Genre:Teen / Tamat / Cintapertama / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: patrickgansuwu

"Rangga, gue suka sama lo!"

Mencintai dalam diam tak selamanya efektif, terkadang kita harus sedikit memberi ruang bagi cinta itu untuk bersemi menjadi satu.



Rangga Dinata, sosok pemuda tampan idola sekolah & merupakan kapten tim basket di sekolahnya, berhasil memikat hati sosok wanita cantik yang pintar dan manis—Fira. Ya itulah namanya, Fira si imut yang selama ini memendam perasaannya kepada kapten basket tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5. Ketika kenyataan menampar harapan

Hari-hari berlalu, dan Fira semakin merasakan perubahan yang terjadi di sekitar dirinya. Hubungannya dengan Rangga memang membawa kebahagiaan yang tak terlukiskan, namun bersamaan dengan itu, ada tekanan yang semakin nyata dari lingkungan sekitar. Gosip terus berkembang, dan tatapan penuh rasa ingin tahu atau bahkan iri dari teman-teman sekolah semakin sulit diabaikan.

Setiap kali Fira melangkah di koridor, dia bisa merasakan bagaimana mata teman-temannya menyorot tajam ke arahnya, seolah-olah mereka semua menghakimi hubungannya dengan Rangga. Ada yang tersenyum, ada yang berbisik, tetapi yang paling mengganggu adalah tatapan penuh cemburu dari beberapa siswi yang dulu juga menyukai Rangga dari jauh.

Suatu pagi, ketika Fira duduk di kelas sambil menunggu bel masuk berbunyi, Dinda datang dan duduk di sampingnya dengan wajah serius. Fira bisa langsung merasakan ada sesuatu yang tidak beres.

"Lo udah denger gosip yang paling baru belum, Fir?" tanya Dinda dengan nada yang penuh kekhawatiran.

Fira menggeleng pelan. Selama ini, ia memang lebih memilih untuk tidak terlalu mendengarkan gosip-gosip yang beredar, terutama yang berkaitan dengan dirinya. Tapi kali ini, ada sesuatu dalam nada suara Dinda yang membuatnya cemas. "Gosip apa lagi?"

Dinda menghela napas panjang sebelum akhirnya membuka mulut. "Mereka bilang lo cuma deket sama Rangga karena lo mau manfaatin popularitas dia. Banyak yang ngomong kalau lo sengaja deketin dia biar lo jadi terkenal."

Mendengar itu, darah Fira mendidih. Ia tak menyangka gosip bisa berkembang sejauh itu. Awalnya, ia pikir teman-teman hanya akan berkomentar tentang kedekatan mereka, tetapi tuduhan bahwa ia memanfaatkan Rangga terasa seperti serangan pribadi yang sangat menyakitkan.

"Serius, Din? Mereka bilang kayak gitu?" Fira berusaha meredam emosinya, tetapi hatinya terasa sakit. "Padahal gue nggak pernah peduli soal popularitas. Gue cuma suka sama Rangga, dan itu aja."

Dinda menatap Fira penuh simpati. "Gue tau, Fir. Tapi lo tau kan, orang-orang di sekolah ini selalu cari-cari alasan buat ngomongin orang lain. Apalagi soal Rangga. Lo juga tau banyak cewek yang naksir dia."

Fira mengangguk pelan, mencoba mencerna semuanya. Ia sudah menyadari sejak awal bahwa hubungannya dengan Rangga akan memancing perhatian, tetapi tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa hal itu akan memunculkan gosip sekejam ini.

Hari itu, sepanjang jam pelajaran, Fira merasa kepalanya penuh dengan pikiran yang mengganggu. Ia berusaha fokus pada pelajaran, tetapi setiap kali menatap papan tulis, suara-suara gosip itu kembali menghantui benaknya. Rasa cemas dan marah bercampur menjadi satu, membuatnya tidak nyaman.

 •••

Sepulang sekolah, seperti biasa, Fira dan Rangga bertemu di taman belakang sekolah. Namun, kali ini Fira datang dengan hati yang gelisah. Ia merasa perlu membicarakan apa yang terjadi, tetapi di sisi lain, ia juga takut membebani Rangga dengan masalah yang mungkin dianggapnya sepele.

Rangga, yang sedang duduk di bangku taman, tersenyum ketika melihat Fira mendekat. Tapi Fira tidak bisa membalas senyuman itu sepenuhnya. Ia duduk di samping Rangga, namun diam. Rangga bisa merasakan ada yang tidak beres.

“Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Rangga dengan nada khawatir.

Fira menunduk, menggenggam jemarinya erat. Ia tahu Rangga pantas tahu, tapi bagian dari dirinya merasa takut merusak kebahagiaan yang baru saja mereka mulai. Namun, ia tidak bisa terus memendam semuanya.

“Ada gosip lagi tentang gue, Rangga,” kata Fira akhirnya, suaranya terdengar pelan. “Mereka bilang gue deket sama lo cuma buat manfaatin popularitas lo.”

Rangga terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. “Gue juga denger sedikit soal itu. Gue cuma berharap lo nggak ngedenger dan nggak peduliin omongan mereka.”

Fira menggeleng pelan, matanya mulai berkaca-kaca. “Gue coba nggak peduli, Rangga, tapi lama-lama capek juga dengerin mereka ngomong yang nggak-nggak. Gue nggak pernah peduli soal popularitas, lo tau itu. Tapi kenapa mereka harus bilang hal yang jahat kayak gitu?”

Rangga menggeser tubuhnya, mendekatkan diri ke Fira, dan menggenggam tangannya. “Fira, gue tau lo bukan orang yang kayak gitu. Dan buat gue, itu udah cukup. Omongan orang lain nggak akan ngerubah apa yang gue rasain tentang lo.”

Fira menatap Rangga, dan sejenak, semua rasa cemasnya mereda. Namun, jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini bukan soal kepercayaan Rangga padanya. Ini tentang bagaimana ia harus menghadapi semua tatapan dan komentar orang-orang di sekitar mereka setiap hari. Ia mulai merasa lelah.

“Tapi Rangga,” Fira mulai berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih putus asa, “gue nggak tau sampai kapan gue bisa kuat ngadepin ini. Gue suka sama lo, tapi kadang gue takut kalau hubungan ini malah bikin semuanya jadi makin rumit.”

Rangga menatap Fira dengan serius. "Gue ngerti, Fir. Gue juga nggak mau lo ngerasa tertekan gara-gara hubungan kita. Tapi kita bisa hadapin ini bareng-bareng, kan? Selama kita jujur satu sama lain, semuanya pasti bisa kita lewatin."

Fira ingin percaya pada kata-kata Rangga. Ia ingin percaya bahwa segala masalah ini hanya sementara, dan pada akhirnya, mereka bisa melewatinya. Tapi masalahnya bukan hanya soal bagaimana mereka saling percaya. Ada begitu banyak faktor eksternal yang tidak bisa mereka kontrol, terutama gosip dan cemburu dari orang-orang di sekitar mereka.

Ketika sore itu berakhir, dan Fira pulang ke rumah, pikirannya tetap dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Ia mulai meragukan kekuatannya sendiri untuk tetap berada di tengah badai gosip yang semakin lama semakin tak terkendali. Ia mencintai Rangga, tak ada keraguan akan hal itu, tapi apakah cinta saja cukup untuk menghadapi semua tekanan ini?

 •••

Beberapa hari kemudian, situasi semakin memanas. Gosip tentang Fira tidak hanya berhenti pada tuduhan memanfaatkan Rangga, tetapi berkembang menjadi cerita yang lebih buruk. Ada yang mengatakan bahwa Fira berusaha memutuskan hubungan Rangga dengan teman-temannya yang lain, meski itu sama sekali tidak benar.

Suatu hari, saat Fira sedang berjalan di koridor menuju kelas, ia dihentikan oleh sekelompok siswi yang terkenal dekat dengan Rangga. Mereka mengelilinginya, wajah-wajah mereka penuh kemarahan.

"Jadi lo pikir lo bisa dapetin Rangga cuma dengan pura-pura baik di depannya?" salah satu dari mereka menyembur dengan nada sinis.

Fira terkejut dan mundur selangkah, tak tahu harus bagaimana menghadapi situasi ini. Ia ingin membela diri, tetapi kata-kata mereka terus menyerangnya tanpa henti. "Dia cuma kasihan sama lo, makanya dia deketin lo. Lo pikir lo siapa bisa ngerebut Rangga dari kita?"

Kata-kata itu seperti duri yang menusuk hati Fira. Dia merasa terpojok, tak berdaya, dan di luar kendali. Ia ingin melawan, tetapi lidahnya terasa kelu. Tatapan tajam mereka membuat Fira merasa kecil, tak berarti.

"Lo cuma numpang popularitas Rangga aja!" teriak salah satu dari mereka, membuat suasana semakin panas.

Saat itulah Rangga muncul, melihat Fira dikelilingi oleh gadis-gadis itu. Dengan langkah cepat, dia mendekati mereka. "Udah, berhenti!" teriaknya dengan nada penuh amarah.

Para siswi itu terkejut melihat Rangga. Mereka langsung membubarkan diri, tapi tak lupa melemparkan tatapan penuh kebencian pada Fira sebelum pergi.

Rangga berlari mendekati Fira, yang kini berdiri mematung dengan air mata yang menggenang di matanya. “Lo nggak apa-apa?”

Fira hanya menggeleng pelan, merasa terlalu lelah untuk berkata-kata. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar—sebuah ujian yang mungkin takkan mudah mereka lewati.

 ---

Fira harus menghadapi kenyataan pahit tentang bagaimana lingkungan mereka bereaksi terhadap hubungan mereka.

Bagaimana menurutmu kelanjutan ceritanya?

1
Rea Ana
wes fir.... fir... semoga kau tak stress, hidup kau buat tarik ulur, pusing dibuat sendiri
Rea Ana
fira labil
Rea Ana
bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!