satu wanita dengan empat pria sekaligus, memiliki wajah cantik sekaligus senyuman yang dapat memikat semua mata kaum adam yang melihat kearahnya.
kania ratu ovalia mempunyai wajah yang cukup terbilang sempurna, hingga tak ada cela sedikitpun untuk mengatakan kekurangan fisik yang gadis itu punya.
di sisi lain ke empat pria tampan dan menduduki pria-pria paling terpopuler di SMA internasional school. hidup ditengah huru hara persoalan yang sering dijumpai di sekolah umum biasanya, Garvin, Ervan, Danu, Alex , dan satu wanita yang bernama kania.
memperebutkan satu hati dari gadis biasa akan tetapi memiliki wajah sempurna. serta memiliki kepribadian yang berbeda, akan kah salah satu dari mereka dapat merebut hati kania atau malah tak ada satupun dari mereka yang dapat memenangkan hati kania.
semua tergantung seberapa besar perjuangan yang akan mereka lakukan dan berikan pada kania.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifa Riris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
kringg
bel pertanda pulang pun berbunyi.
gadis yang berjalan keluar dari kelas dengan sedikit ia percepat langkah kakinya. seperti tak ingin diganggu oleh seorang gadis yang berada dibelakang Kania sejak tadi.
"aduh Kania sampai kapan kamu diemin aku?" tanya dengan nada merengek seperti anak kecil pun Tasya tunjukkan pada gadis yang sejak tadi ia ikuti.
Kania tak mengindahkan sama sekali ucapan Tasya. tentu kemarahan yang menjalar ditubuhnya sejak tadi belum juga dapat mereda sedikitpun. sekarang siapa yang tak akan marah? gara-gara satu keinginan Tasya, sudah dua pria yang harus Kania hadapi sekaligus menanggung malu setengah mati.
"Kania! " teriak Tasya sangat kencang sehingga membuat Kania pun segera menghentikan langkah kakinya sambil menutup kedua telinga dengan kedua tangan nya.
karna merasa tak ingin membuat gendang telinganya pecah dengan cepat tangan kanan Kania membungkam mulut gadis yang tengah berteriak begitu keras.
"Mmm." Tasya meronta seakan ingin mengucapkan sesuatu.
"nggak! kalau nanti aku lepasin, tuh mulut bisa buat telinga aku nih lepas." tolak Kania dan tetap membungkam mulut Tasya.
"Mmm." sambil menggelengkan kepala seperti tak ingin kehilangan kesempatan agar bisa bicara, Tasya tetap berusaha meminta diizinkan untuk bicara.
"benar yah awas aja teriak bukan cuma tuh mulut yang aku bungkam tapi sekalian tuh badan aku karungin terus aku cincang-cincang biar kapok." memberi peringatan dengan menunjuk kearah Tasya sekaligus memberikan ancaman.
Tasya yang merasa ketakutan pun hanya bisa mengangguk paham dan memberi isyarat janji dengan memperlihatkan dua jarinya.
merasa kalau Tasya bisa di percayai, Kania langsung melepaskan tangan kanannya di mulut Tasya.
"ih kok basah." ucap Kania karna melihat tangan yang tadi ia gunakan untuk membungkam mulut Tasya kini telah basah akibat air liur temannya.
"salah siapa? udah diemin aku, terus tadi tiba-tiba mau ngejar aku, dan... " ucapan Tasya pun terpotong.
"dan dan dan banyak banget yah dan nya." celoteh Kania.
Tasya yang sudah lama tak melihat sahabatnya itu berceloteh pun terdiam. sekaligus tak berani lagi menjawab, tentu karna ia pun tau kalau Kania sampai berceloteh dapat dipastikan keadaan temannya sedang tidak baik-baik saja.
"denger yah Tasya, gara-gara aku nurutin kemauan konyol kamu itu. minta nomor sama laki-laki terpopuler disekolah ini udah cukup buat harga diri aku serasa yang tadinya diatas tiba-tiba turun sampai kesini." jelas Kania sambil memeragakan tangan yang ia naik turunkan untuk memperjelas ungkapan dirinya.
"belum cukup disitu gara-gara tadi aku ngejar kamu, aku sampek malu untuk yang kedua kalinya. aku nabrak cowok Tasya, dan kamu tau aku dan cowok itu jatuh dilantai." imbuh Kania dan kini raut wajahnya pun ikut menunjukkan keadaan hatinya.
"emm Kania.. " dengan hati-hati Kania mencoba untuk memberi ketenangan terhadap temannya.
"bentar dengerin aku dulu." sela Kania.
Tasya terkejut, ia pun langsung mengangguk paham dan terdiam.
"kamu tau lebih parahnya lagi gadis yang udah buat aku ngalamin semua itu pergi ninggalin aku gitu aja, dia pergi. dan aku harus malu sendirian untuk kedua kalinya." jelas Kania.
"emm Kania... " sedikit ketakutan Tasya berusaha berucap sekali lagi.
"apa? " bentak Kania.
untuk kedua kalinya tubuh Tasya terkejut bukan main, dan kini sampai membuat tubuh mungilnya bergetar akibat bentakan dari Kania.
"emm a-nu i-tu. " jawab Tasya dengan terbata-bata.
"em anu itu, apa? " tanya Kania pada jawaban tak jelas dari Tasya.
"paspor kamu udah jadi." Tasya menutup mata dan kini sudah lancar kembali ucapannya.
Kania yang mendengar lontaran dari Tasya pun langsung spontan memeluk tubuh temannya dengan sangat erat.
"beneran jadi aku bakal ke London." Kania memperjelas sekali lagi ucapan Tasya tadi.
"iyah minggu depan kita ke London." balas Tasya.
"ya ampun, teman aku kasihan dari tadi aku marahin mulu." ucap Kania, dan membelai lembut pundak Tasya.
Tasya sangat tau hanya dengan cara seperti ini maka kemarahan sahabatnya itu akan langsung mereda. jadi ketika Kania masuk ke kelas setelah jam istirahat kedua tadi, dan melihat bahwa Kania sedang dalam kondisi marah.
Dengan kepintaran sekaligus kekayaan yang dirinya punya, langsung ia mengirim pesan pada ayahnya untuk segera membuatkan Kania paspor agar bisa menemani dirinya untuk ke London.
Tentu karna Tasya yang notabene anak tunggal sekaligus keluarga nya cukup kaya raya. dengan cepat, tanpa menunggu beberapa hari paspor Kania pun langsung jadi, karna koneksi orang dalam dari papa Tasya.
"mangkanya jangan marah-marah mulu lagian kayak nya aku lihat-lihat tadi Garvin lihatin kamu terus loh." ucap Tasya.
"Tasya! " panggil Kania dengan senyuman yang seperti ia paksakan.
"ada apa?" merasa terpanggil Tasya pun menimpali ucapan kania sekaligus menatap kearah dirinya. "ih tapi kok senyum nya gitu." imbuh Tasya sambil berkedik ngeri.
"udah yah jangan ngomongin masa lampau, gimana kalau kita packing-packing buat ke London." ajak Kania dengan menggandeng lengan Tasya.
"semua udah disiapin sama bibi aku kok." balas Tasya.
"kalau gitu bantuin aku buat packing." sahut kania dengan santai dan mengajak Tasya untuk segera pergi dari lorong sekolah.
Tasya pun menuruti ucapan Kania dan mengikuti langkah kaki temannya itu.
sesekali mereka saling bercanda hingga gelakan tawa pun mengeimbangi langkah kaki mereka berdua. akan tetapi ketika Kania dan Tasya telah sampai di depan gerbang sekolah tiba-tiba ada yang memanggil nama Kania cukup keras tapi terdengar familiar ditelinga Kania.
"Kania." panggil pria yang berjalan dengan santai kearah Kania.
Merasa terpanggil Kania pun langsung menoleh ke belakang dan menatap kearah sumber suara.
bersamaan dengan itu Tasya pun ikut penasaran dengan orang yang telah memanggil nama sahabatnya.
"itu kan.. " tunjuk Kania pada pria sambil tersenyum yang cukup mempesona ia perlihatkan, dan berjalan dengan penuh karismatik kearah dirinya.
"ya ampun Kania ini aku udah mati yah, kok ini aku udah bisa lihat malaikat." ucap Tasya seperti tengah kagum melihat ketampanan cowok yang berjalan di depan dirinya.
Bersambung.