Bride Of Choice

"Duduk." Titah Hansel, membuat interaksi diantara Aileen dan Clint terputus.

Aileen kemudian mengambil tempat duduk persis di hadapan Hansel, mereka bersebelahan meja.

Terasa canggung bagi Aileen untuk duduk di samping sang Paman.

Dan Clint dengan segera menyajikan makanan hangat di meja makan itu, menyajikannya layaknya di restoran ternama.

"Selamat menikmati Nona Manis," ucap Clint, saat mengatakan itu dia tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya genit pada Aileen.

Tapi gadis manis ini tidak peduli itu, dia fokus pada namakan yang nampak begitu lezat.

Namun masih menahan diri untuk tidak menyentuh sebelum mendapat izin dari sang tuan rumah.

"Kenapa masih dilihat? makan lah."

"Paman dulu, nanti baru aku."

Hansel tidak bisa menjawab karena tiba-tiba terdengar suara tawa Clint yang menggelegar.

"Tunggu, tunggu Nona Aileen, kenapa kamu memanggil Hansel dengan sebutan Paman? bukannya dia calon suami mu?" tanya Clint diantara tawanya yang masih tersisa.

Sedikit banyak dia tahu tentang Aileen dari sahabatnya yang dingin ini. Hansel tak banyak bicara, hanya memintanya untuk memasak makan malam spesial untuk calon istri.

Dan Aileen yang ditanya seperti itu pun bingung harus menjawab apa, karena memang itulah panggilannya.

Aileen melirik Hansel, tapi pria yang dilirik malah sudah fokus makan.

"Memangnya kenapa Kak? apa kakak mau di panggil paman juga?" tanya Aileen balik, karena bingung mau menjawab apa jadi dia bertanya saja.

"Tidak tidak, panggilan paman terasa tidak indah terdengar di telinga ku." Balas Clint.

Setelahnya Clint ikit duduk bersama mereka dan makan malam bersama.

Sesekali Hansel dan Clint terlibat obrolan dan Aileen hanya jadi pendengar, karena dia tidak tahu apa pembicaraan kedua orang pria dewasa itu.

Selesai makan malam, Clint memberekan meja makan itu. Aileen pun secara otomatis ikut membantu pula, bahkan langsung mencuci piring di westafel.

"Aileen, jangan lakukan itu sayang. Biar aku yang bersihkan," ucap Clint, sehabis makan malam bersama mereka jadi lebih akrab.

Clint mengatakan pada Aileen jika dia akan menganggap Aileen seperti adiknya.

"Tidak apa Kak, aku biasa melakukan ini."

"Tapi gunakan sarung tangan mu, jangan dengan tangan kosong seperti itu."

"Tidak apa-apa."

"Nanti tangan mu dingin."

"Ini cuma sedikit kok, tidak akan membuatku lama berada disini."

Clint terdiam, dia kalah debat.

Hanya mampu mengusap puncak kepala Aileen dengan gemas, disaat gadis ini sibuk mencuci piring kotornya.

Dan Hansel yang melihat pemandangan itu hanya mampu teridam, dari tempatnya duduk dia menatap Aileen dengan lekat.

Selesai semua urusan di dapur, Aileen pamit ke dalam kamarnya sementara Hansel dan Clint masih berada di ruang tengah.

Menatap ke luar jendela dan melihat kota dipenuhi banyak cahaya lampu.

"Aku suka ada Aileen di sini, apartemen ini jadi terasa lebih hidup," ucap Clint, dia kemudian meneguk minuman dingin yang tadi sempat dia buat pula.

Tapi Hansel hanya diam, tidak menanggapi apapun ucapan sang sahabat.

Dan Clint tidak merasa terganggu akan hal itu, sudah biasa dia selalu bicara sendirian saat sedang bersama Hansel.

"Aileen seperti itu saja sudah sangat cantik, tidak terbayang saat nanti dia sudah jadi wanita dewasa, pasti akan sangat mempesona," ucap Clint lagi.

Dan lagi-lagi Hansel tetap diam.

"Berapa usianya?"

"Akhir tahun ini 18 tahun."

"Usia Havana?"

"21 tahun."

"Ya ampun, Havana akan punya kakak ipar yang lebih muda daripada dia." Clint tertawa, kedua pria itu terus berbincang hingga tengah malam.

Dan Clint memutuskan pulang.