Dimas, seorang Mahasiswa miskin yang kuliah di kota semi modern secara tidak sengaja terpilih oleh sistem game penghasil uang. sejak saat itu Dimas mulai mendapat misi harian
misi khusus
misi kejutan
yang memberikan Dimas reward uang IDR yang melimpah saat misi terselesaikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon slamet sahid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
End Flash back
Menjelang sore, keluarga bu Dhe Ningrum dan keluarga pak Kartono berkumpul di ruang tamu. Suasana hangat dan akrab, diselingi dengan canda tawa dari Bu Dhe Ningrum yang ramah dan penuh perhatian.
Namun, di sudut ruangan, Pak Roni dan Toni duduk dengan wajah masam dan cemberut melulu, menunjukkan sikap acuh tak acuh terhadap tamu mereka.
Pak Kartono tidak mau ambil pusing dengan hal itu, Dia sudah merasa menjadi seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih, Kenapa harus baper? pak Kartono berdiri dari kursinya. Ia menatap istrinya, Bu Ningsih, dengan senyum lembut, kemudian melirik Astrid yang sedang berbincang dengan Bu Dhe Ningrum.
" Dik, kita harus segera bersiap-siap pulang," katanya dengan nada lembut namun tegas.Bu Ningsih mengangguk pelan. "Baiklah, Pak. Kita memang harus segera berangkat agar tidak kemaleman sampai di Wanagari," jawabnya sambil merapikan rok panjangnya.
Astrid, yang berusia sekitar dua puluh satu tahun, memeluk Bu dhe Ningrum dengan mata berkaca-kaca. "Astrid pamit dulu Bu dhe, Terima kasih banyak, Bu Dhe, atas segala kebaikan dan keramahannya," ucapnya tulus.
Bu Dhe Ningrum tersenyum lebar dan memeluk Astrid dengan penuh kasih. "Sama-sama, Nak. Kalian hati-hati di jalan, ya. Jangan lupa kabari jika sudah sampai di rumah."
Pak Roni, yang duduk di pojok ruangan, hanya mengangguk singkat tanpa berkata apa-apa, sementara Toni tampak sibuk dengan ponselnya. Pak Kartono dan Bu Ningsih saling berpandangan, menyadari sikap acuh tak acuh dari Pak Roni dan Toni, namun memilih untuk tidak mengomentarinya.
Setelah berpamitan dengan seluruh anggota keluarga pak Roni, Pak Kartono, Bu Ningsih, dan Astrid melangkah keluar dari rumah Bu Dhe Ningrum.
Udara sore yang sejuk menyapa mereka saat mereka berjalan menuju mobil yang terparkir di depan rumah.Perjalanan dari Kota Karang Baru ke Wanagari memakan waktu sekitar empat sampai lima jam. Pak Kartono memutuskan bahwa jika mereka belum sampai di tujuan pada pukul sembilan malam, mereka akan mencari penginapan di daerah terdekat.
Ia tidak ingin mengambil risiko mengemudi di malam hari ketika semua orang sudah mulai lelah dan juga rawan tindakan kriminalitas.
Pak Kartono mengambil tempat di balik kemudi, sementara Bu Ningsih duduk di kursi penumpang depan. Astrid, yang membawa sebuah tas kecil berisi makanan ringan dan minuman, duduk di kursi belakang. Mobil pun melaju perlahan meninggalkan halaman rumah Bu Dhe Ningrum.
Selama perjalanan, mereka bertiga berbincang tentang berbagai hal. Mulai dari kenangan masa kecil, rencana masa depan, hingga hal-hal ringan yang membuat mereka tertawa. Suasana di dalam mobil terasa hangat dan akrab, meski di luar langit sudah mulai berwarna jingga menandakan senja.
"Wanagari, aku sangat merindukan kampung halaman," kata Bu Ningsih dengan senyum kecil di wajahnya. " Baru empat hari kita tidak pulang ke sana, Rasanya kayak k seperti sudah lama.
"Pak Kartono mengangguk. "Benar, Wanagari adalah tempat yang indah. Rasanya menyenangkan bisa kembali ke sana setelah empat hari keluar.
"Astrid, yang sedang melihat pemandangan di luar jendela, tersenyum tipis. "Aku juga rindu Wanagari. Semoga perjalanan kita lancar dan bisa sampai di rumah dengan selamat."
Waktu terus berlalu, dan langit semakin gelap. Mobil mereka melaju di jalanan yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan yang berkelip memberikan cahaya redup di sepanjang perjalanan. Ketika jam menunjukkan pukul sembilan malam, mereka belum mencapai Wanagari.
"Sudah jam sembilan malam. Kita sebaiknya mencari penginapan terdekat," kata Pak Kartono sambil melihat ke arah istrinya.Bu Ningsih mengangguk.
"Baik, Pak. Lebih baik kita beristirahat dulu agar besok bisa melanjutkan perjalanan dengan kondisi yang segar."
Pak Kartono memperhatikan tanda-tanda di jalan dan menemukan sebuah papan penunjuk arah yang mengarah ke sebuah penginapan kecil tidak jauh dari jalan utama. Ia membelokkan mobil ke arah yang ditunjukkan papan tersebut.
Setelah beberapa menit berkendara, mereka tiba di depan penginapan sederhana namun tampak nyaman. Lampu-lampu kecil yang menggantung di teras memberikan kesan hangat dan ramah. Pak Kartono memarkir mobilnya di tempat yang disediakan, kemudian mereka bertiga turun dari mobil.
Di depan pintu penginapan, seorang wanita paruh baya dengan senyum ramah menyambut mereka. "Selamat malam. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.Pak Kartono membalas senyumnya. "Selamat malam. Kami ingin mencari kamar untuk beristirahat malam ini. Apakah masih ada dua kamar yang tersedia?"Wanita itu mengangguk.
"Tentu saja, Pak. Kami masih memiliki beberapa kamar kosong. Silakan masuk dan isi formulir ini terlebih dahulu."
Pak Kartono mengisi formulir dengan cepat, kemudian wanita itu mengantar mereka ke kamar yang telah disiapkan. Kamar tersebut sederhana namun bersih dan nyaman, dengan dua tempat tidur dan sebuah meja kecil di sudut ruangan.Astrid merebahkan diri di salah satu tempat tidur dan menghela napas lega. "Akhirnya kita bisa beristirahat. Perjalanan tadi cukup melelahkan," katanya dengan senyum kecil.
Bu Ningsih duduk di tepi tempat tidur yang lain. "Benar, Nak. Besok pagi kita lanjutkan perjalanan dengan lebih segar."Pak Kartono, yang telah selesai menaruh barang-barang mereka, tersenyum. "Iya, kita beristirahat dulu malam ini. Semoga besok perjalanan kita lancar hingga sampai di Wanagari."
Setelah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur, mereka bertiga merenungi perjalanan hari ini. Meskipun harus menempuh jarak yang cukup jauh, kebersamaan dan kehangatan keluarga membuat setiap momen perjalanan menjadi berharga.Malam itu, mereka tertidur dengan perasaan tenang dan bahagia. Sementara di luar, bintang-bintang berkelip di langit malam, seolah menyaksikan perjalanan sebuah keluarga yang penuh dengan kasih sayang dan kebersamaan.
.