Bagi Kenzio Danierka Velert yang seumur hidupnya hanya diisi dengan belajar dan belajar, cinta itu tak nyata adanya. Ia tidak pernah percaya dengan adanya cinta, terlebih melihat bukti nyata yaitu keluarganya yang tak lagi utuh.
Dan saat ayahnya menikah kembali, hadirlah Zafanya Reskantara sebagai adik tirinya yang membuat Kenzio berubah. Zafanya dengan segala kegilaannya membuat Kenzio berhasil menyicipi seberapa panas cinta yang sahabat-sahabat gilanya sebutkan.
Dan saat itu terjadi, dirinyalah yang lebih tergila-gila dengan adik tirinya itu.
•••
"Kak, mau ciuman?"
-Zafanya Reskantara
"Mumpung Ayah Bunda lagi nggak dirumah, lo mau coba lebih jauh?"
-Kenzio Danierka Valert
...
"Hmphh, Kak, pelan-pelan, nanti Ayah Bunda denger." Zafanya membekap mulutnya rapat-rapat.
"Sshh..." erang Kenzio tak peduli.
•••
Warning⚠️
Bocil jangan mendekat🙂↕️🙂↕️
Dosa tanggung sendiri ya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Polaroid Usang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 16 The Trust is Starting to Disappear
•••
Karena didepan sana, Kenzio membalas ciuman wanita itu.
Lelaki itu kini memegang kendali. Tangan Kenzio menarik pinggang ramping wanita itu untuk mendekat, sedangkan tangan satunya menangkup lembut wajah wanita itu. Dan jemari wanita itu membenam dalam helaian rambut Kenzio.
Zafanya tak tahu lagi, semakin lama ia menatap kesana, perasaannya semakin hampa. Ia hanya menatap kosong pemandangan itu dengan mata perih tanpa air mata.
Sebab, itu ... tak bisa lagi disebut ciuman. Karena lidah mereka saling tertaut dan membelit. Kenzio ... dia memagut bibir wanita itu dalam, memakannya dengan lapar dan berulang-ulang. Seakan jika ia berhenti sedetik saja, bibir wanita itu akan hilang dan tak bisa ia sesap lagi.
Mata Zafanya semakin perih, begitupun dadanya. Ia ingin pergi dari sana, tetapi tubuhnya berat, terpaku ditempat. Seakan-akan dunia menyuruhnya untuk terus melihat itu sampai ia sadar dimana posisinya. Sampai ia sadar bahwa Kenzio tak pernah terlihat tertarik pada dirinya sedetik pun. Sampai ia sadar bahwa Kenzio tak pernah serius dengan semua perkataan dan perlakuan lembutnya.
Sampai ia sadar, bahwa perkataan Kenzio kemarin bukanlah candaan semata. Zafanya memang bukan yang pertama.
Tubuhnya melemas, jiwanya seakan-akan telah direnggut dengan lembut dan perlahan melihat tangan Kenzio naik dan meremas dada wanita itu. Mereka melakukannya disana, didepan banyak orang.
Tubuhnya terjatuh seketika saat wanita itu menaiki tubuh Kenzio dan duduk dipangkuan lelaki itu, dengan bibir yang masih memagut satu sama lain.
"ZAFANYA!"
Pekikan Aidan yang baru saja datang mengalihkan perhatian orang-orang didalam ruangan private itu. Dapat Zafanya lihat, kini Kenzio menoleh menatapnya dan Aidan yang menopang tubuhnya yang hampir menyentuh lantai.
"Za, lo ... " Aidan sempat terpukau sejenak dengan penampilan Zafanya, "Lo kenapa? Ada yang sakit? Ayok masuk dulu." Katanya memapah Zafanya memasuki ruangan.
Terlihat Kenzio mendorong wanita itu menjauh sembari mengelap sekilas bibirnya, lalu menghampiri Zafanya dengan alis menukik tajam. Cowok itu merebut Zafanya dari rengkuhan Aidan.
"Kenapa disini?!" Kenzio bertanya tajam, matanya melihat penampilan Zafanya dari atas hingga bawah, kemarahannya semakin tersulut.
"Ngelacur?!"
Deg!
Zafanya mendongak, menatap Kenzio dengan lemah dan hampa. Menatap cowok itu dengan isi pikiran yang berisik, matanya lalu melirik sekitar, banyak orang-orang yang memperhatikannya di rendahkan.
Saat Zafanya hendak menarik tangannya untuk pergi, Kenzio juga menarik tangannya kasar hingga ia terhuyung. Hampir terjatuh jika saja Jayden tak menahan kedua bahu polosnya.
Mata Kenzio mengilat melihatnya, dia segera menarik kembali cewek itu dengan rahang bergemelatuk.
"Tenang dulu, woi!" Sentak Jayden menarik Zafanya serta Kenzio untuk duduk, beberapa orang mulai sibuk dengan aktivitas nya, tak lagi memperhatikan mereka.
Kenzio menarik nafasnya dengan emosi masih membara, dia melepas tuksedo hitamnya hingga tubuhnya shirtless, lalu memakaikannya di tubuh cewek itu.
"Minum, Za." Kata Jayden memberikan sebotol air mineral, yang segera Kenzio rebut botol minum itu.
Bukan untuk ia berikan pada Zafanya, tapi untuk ia lempar pada seorang temannya yang sejak tadi menatap instens Zafanya.
"Bangsat, Ken?!" Pekik lelaki itu marah, dia berdiri hendak memukul Kenzio namun segera ditahan oleh temannya.
"LO YANG BANGSAT! JAGA TATAPAN LO!"
Kenzio pun hendak menerjang cowok itu, tetapi segera ditahan oleh Jayden, Jayden melirik Zafanya, membuatnya ikutan melirik cewek itu dengan nafas yang tak beraturan. Cewek itu hanya diam mematung dengan ekspresi syok— ralat, ekspresi kosong lebih tepatnya.
Kenzio berbalik dan melepas paksa jaket yang Jayden pakai, membuat Jayden mendengus tak menyangka. Segera Kenzio ikat pada pinggang Zafanya, berhasil menutupi paha Zafanya hingga lututnya.
"Pulang!" Kata Kenzio menarik tangan Zafanya, membuat cewek itu akhirnya tersentak kaget. Bahkan ia baru sadar ada sebuah jaket yang kini melingkar di pinggangnya.
"Jangan kasar, Ken." Tegur Jayden.
Zafanya mendongak perlahan, penglihatannya memburam. Yang dapat ia lihat samar-samar adalah Kenzio yang menatapnya nyalang. Cewek itu mengerjabkan matanya, berusaha menfokuskan pengelihatannya.
Tapi saat ia bisa menatap Kenzio dengan jelas, bayangan kejadian tadi kembali terlintas dalam ingatannya. Ia menatap bibir itu kosong, lipstik merah cherry wanita itu membekas di bibir Kenzio. Membuat dada Zafanya sesak saat bayangan kejadian itu kembali terlintas, saat Kenzio memagut bibir wanita itu lapar. Saat lidah mereka saling membelit seakan kutub magnet utara bertemu dengan kutub magnet selatan.
Zafanya merasakan tubuhnya melayang, Kenzio menggendong cewek itu ala bridal style, membuat Zafanya refleks melingkarkan tangannya pada leher Kenzio. Posisi yang membuat Zafanya bisa menatap wajah Kenzio lebih jelas. Menatap bibir Kenzio yang terkotori oleh lipstik merah cherry murahan.
"Lo bukan cewek pertama..."
"Gue bukan cowok baik-baik, Za..."
Zafanya meremas lengan tuksedo Kenzio yang ia pakai, merasakan dadanya yang kembali sesak. Perih, seakan-akan disayat dengan pisau tajam secara perlahan.
Sebelum mereka keluar dari ruangan itu, Zafanya masih bisa mendengar pembicaraan teman-teman Kenzio yang membicarakan Heskal.
"Bangsat, Heskal! Jangan bilang lo mau nge we disini?!" Kata seseorang dengan suara cempreng.
"Ngamar sana." Kata Jayden datar.
"Tau tuh, grepe-grepe kagak tau tempat." Balas si cempreng lagi.
"Lo nga ceng kali liatnya," balas yang lainnya.
"Lo kali!"
Zafanya menoleh menatap Heskal yang melepaskan ciumannya dengan seorang wanita, wanita yang sama dengan yang Zafanya lihat didepan pintu. Lalu ia segera menarik wanita itu keluar ruangan, mengekorinya dan Kenzio.
Zafanya kembali menatap sekitar sebelum pintu ruangan ditutup oleh Kenzio. Dadanya kembali merasakan nyeri melihat teman-teman Kenzio berciuman dengan bebas disana. Lalu saat Kenzio mulai berjalan menjauhi ruangan itu, ia mengedarkan pandangannya mencari Heskal. Lelaki itu sedang berciuman lagi disebuah lorong diseberang mereka, lalu kemudian ia memasuki sebuah kamar dengan masih bercumbu dengan wanita tadi.
Zafanya menelan ludahnya kasar. Ia kembali menatap wajah Kenzio yang terhiasi oleh lampu kelap-kelip.
Ternyata ... pergaulan Kenzio seperti ini. Lelaki itu ... sama saja. Benar, semua lelaki sama saja.
Kepercayaannya ... perlahan mulai hilang.
...•••...
...The Trust is Starting to Disappear...
...Kepercayaan yang mulai hilang...
...•••...
Kenzio Outfit Today⬇️⬇️⬇️
Jayden⬇️⬇️⬇️
Heskal⬇️⬇️⬇️
Like and Comment gaess!