Pelakor Itu Adik Ipar Ku. ( Ipar Adalah Maut Bagi Rumah Tangga Ku ).

Glen yang mendengar penuturan sang adik iparnya itu hanya bisa mengeryitkan alisnya, hal itu membuat Jakson heran.

"Tuan, sebenarnya siapa yang sedang menghubungi tuan?" tanya Jakson. Dengan tatapan selidiknya.

"Alexsa!" jelas Glen.

"Halo ka, apa kau masih di situ?" tanya Alexsa.

"Hm!" dehem Glen.

"Ka, tolong jemput aku!" pintanya dengan nada suara manja.

"Baiklah, tunggu aku di situ!" pinta Glen. Setelah menerima panggilan, Glen langsung mengambil jaket dan kunci mobil yang akan di gunakan nya selama menjalani bisnis di negara orang.

"Kau lanjutkan tugas ku, aku akan menjemput seseorang!" pintanya. Dan langsung keluar dari dalam apart.

Selang beberapa menit mobil yang Glen kendarai sudah sampai di bandara Internacional London.

"Apa ka Glen masih lama!" kesalnya. Karena sudah beberapa menit dirinya menunggu kedatangan kaka iparnya itu.

Atensi mata wanita itupun menelusuri para pengunjung yang berlalu lalang.

"Ka, 'Glen!" ucapnya. Dan langsung meraih koper miliknya.

"Ka, Glen!" panggil Alexsa. Agar pria itu melihat dirinya.

Glen yang sedari tadi mencari keberadaan adik iparnya itu, langsung mendengar suara teriakan Alexa. Dan mencari asal suara, akhirnya Glen melihat Alexsa yang sudah menghampiri dirinya dengan sebuah koper.

Alis pria tampan itu mengeryit heran, dengan apa yang di lihatnya.

"Mau apa dia kemari?" batin heran Glen.

"Hy ka, aku kangen dengan mu!" jelas Alexsa. Sembari memeluk tubuh kekar pria itu.

Krek. Suara jepretan kamera seseorang.

Dengan cepat Glen melepaskan pelukan sang adik ipar yang sangat erat di tubuhnya. Hal itu membuat Glen sangat risih.

Setelah itu Glen langsung membawa wanita itu ke apart miliknya, dan langsung mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Hening, tidak ada percakapan selama di mobil.

Seampainya di depan sebuah gedung yang menjulang tinggi, sebuah susunan apartemen kalangan atas.

Glen yang sudah menepikan mobilnya, langsung keluar dari dalam mobil dan memutari ke arah lursi penumpang untuk mengambil koper milik adik iparnya itu.

"Turunlah!" pinta pria itu. Dan berjalan cepat memasuki lobi apart, dengan langkah tegapnya.

Ting. Suara pintu lift yang terbuka. Dengan cepat Glen dan Alexsa memasuki lift, dan menekan tombol angka 10 yang di mana apart tempat tinggalnya berada.

Ting. Suara pintu lift yang sudah terbuka. Di lantai nomor 10, di mana lantai itu adalah tujuan Glen. Langkah tegapnya terus saja melangkah keluar dari dalam lift yang di ikuti wanita itu di belakang nya.

Glen pun langsung mengetik pin apart nya, dan pintu langsung terbuka.

"Masuklah!" ucap Glen. Dengan nada dinginya. Nta, apa yang membuat pria tampan itu menjadi semakin seperti balok es.

"Tuan, kau sudah kembali?" ucap Jakson. Saat melihat tuan mudanya sudah kembali dengan membawa seorang wanita cantik, namun Jakson tidak mengenal wanita itu. Yang di yakini wanita yang ada di samping bos nya itu adalah istri dari tuan nya Glen.

"Hm, kau ikutlah dengan ku! Aku akan mengantarmu ke kamar." jelas Glen. Dan hal itu membuat Jakson semakin yakin, jika wanita itu adalah istri dari Glen Alexsander.

Setelah mengantar Alexsa ke kamar milik Jakson, Glen kembali menemui bawahannya itu.

"Nona muda tidak ikut makan tuan?" tanya Jakson. Sembari melirik ke arah belakang pria yang ada di hadapan nya saat ini.

"Tidak, dia sedang mandi!" jelas Glen.

"Jek, nanti kau tidur di kamar ku saja! Karena, Alexsa lah yang akan menempati kamar mu untuk malam ini. Sampai aku mencarikan penginapan untuknya nanti!" jelas Glen.

"Bukan nya tadi itu, istri tuan muda?" tanya heran Jakson. Yang tidak mengerti apa maksud dari perkataan Glen.

"Dia adik iparku, istri dari Ronal Alexsander!" jelas Glen. Tampa menutupi apa pun itu.

"Jakson, pun hanya ber"oh"ria saja, mendengar penuturan dari pria itu. Meski Jakson masih tak mengerti dengan apa yang terjadi, terlebih Alexsa berstatus hanya sebagai adik ipar. Dan mengapa harus menginap di apart milik mereka, dan ada perlu apa Alexsa datang ke negara jauh ini.

"Sudah, sebaiknya kita makan saja!" ajak Glen. Dan langsung duduk di kursi yang ada di meja makan tersebut, untuk melakukan makan malamnya. Yang di susul oleh Jakson.

☆☆☆☆☆

Azhara yang sedang berbelanja kebutuhan dengan di temani bibi Sumi, pelayan satu-satunya yang paling dia sayangi.

Azhara sudah menggangap wanita parubaya itu selayak nya seorang ibu, karena orang tuanya yang tinggal jauh darinya. Apa lagi jarak mereka itu berbeda kota, yang akan memakan waktu sampai berjam-jam lamanya.

"Non, sepertinya di ujung sana sayuran nya sangat segar! Tunjuk bibi Sumi. Ke arah pedagang sayuran yang ada di pasar tradisional itu.

"Ayo bi, kita ke sana saja!" ajak nya. Sembari melangkah terlebih dahulu. Bibi Sumi pun langsung mengikuti langkah nona mudanya itu, yang akan mendekat ke arah pedagang sayur-mayuran.

Uweee,,, uweeee...

"Nona kenapa?" tanya panik bibi Sumi. Saat melihat majikan nya itu tiba-tiba mual-mual layak nya orang yang ingin muntah.

Azhara yang merasa mual pun langsung berlari menuju kamar mandi yang ada di pasar tradisional itu, agar dirinya tidak muntah di sembarang tempat. Karena hal itu akan membuat orang merasa jijik.

Dengan sigap bibi Sumi langsung memijat pangkal leher nona mudanya dengan pelan, agar nona mudanya bisa mengeluarkan isi perut yang akan di muntahkan.

Namun hasilnya nihil, tidak ada sama sekali muntah yang keluar. Namun rasa mual yang semakin bergejolak saat dirinya mengingat betul buah yang berwarnah orange itu semakin membuatnya mual.

"Bi, kepala ku pusing!" jelas Azhara dengan nada suara lirihnya.

Bibi Sumi yang takut akan terjadi pada nona mudanya, segera meraih ponsel miliknya dan langsung menghubungi seseorang.

Tak berselang lama dua orang bodyguard suruhan bibi Sumi pun tiba, dengan badan kekarnya kedua bodyguard itu langsung meraih tubuh sang majikan dan membawanya ke luar dari pasar Tradisional itu.

"Buka pintunya!" pinta seorang bodyguard pada supir yang membawa majikan nya itu. Supir pun dengan sigapnya langsung membuka pintu, dan melihat wajah pucat sang majikan.

Bibi Sumi yang masih panik dan takut akan hal yang terjadi pada nona mudanya itu langsung masuk untuk menopang kepala sang majikan di pangkuan nya.

"Jalan pak!" pinta bibi Sumi.

"Ada apa dengan nona muda bi?" tanya heran pak Dandi. Yang bertugas menjadi supir pribadi di kediaman Glen Alexsander dan Azhara Silla.

"Saya juga tidak tau, 'Pak! Tadi, nona muda seketik mual-mual saat kami mendekat ke arah salah satu pedagang sayuran yang biasa bibi dan nona belanja." ucap bibi Sumi.